GAIRAH CINTA ROOSJE
Penulis : David KhanzBagian 56—---- o0o —----"Saya hamil, Kang," ujar Nyai Ayu begitu Sendang Waruk tiba di tempat biasa mereka bertemu.Sontak lelaki tersebut terkejut dibuatnya. Dia menggeleng. "Tidak mungkin, Nyai. Mustahil ini bisa terjadi," ujarnya merasa belum meyakini dengan benar akan ucapan perempuan yang kini telah menjadi kekasihnya tersebut. "A-aku … eh, maksudnya kita … melakukannya pun hanya sekali, 'kan? I-itu pun karena … khilaf. Eh?" Mendadak dia tergagap-gagap dan tampak salah tingkah.Nyai Ayu menatap Sendang Waruk. "Tapi yang terjadi memang benar, Kang. Haid saya telat beberapa pekan ini. S-saya … m-mengandung anakmu."'Ah, sial!' rutuk lelaki itu memaki diri. 'Mengapa aku sampai ceroboh dan berbuat bodoh? Ini seharusnya tidak pernah terjadi!' Lantas teringat pada sebuah kejadian nahas di ambang senja.Kala itu, di tempat yang sama, Sendang Waruk dan Nyai Ayu tengaGAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 57—---- o0o —----Di saat keduanya terdiam, tiba-tiba Nyai Ayu menanggalkan pakaiannya satu per satu di hadapan Sendang Waruk seraya berujar manja penuh menggoda, "Kamu menginginkan aku 'kan, Kang? Silakan … kalau memang ini yang kamu mau."Laki-laki itu terperangah. Matanya pun sontak membulat besar disertai leletan lidah menjilati tepian bibir, diikuti pergerakan jakun turun-naik mereguk air liur. "Nyai …." desah Sendang Waruk perlahan.Dengan raut wajah sedih, Nyai Ayu berimbuh kembali, "Ini 'kan yang membuat Akang cemburu pada Juanda? Ini juga yang membuat Akang menilai saya tidak berharga? Silakan kalau Akang memang menginginkannya. Bukankah Akang juga yang telah merenggut kehormatan saya ini?" Lantas, perempuan itu pun perlahan menghampiri sosok Sendang Waruk dalam kondisi tidak berbusana sama sekali. "Lakukan sekarang, Kang.""Nyai … apa yang kamu lakukan ini?
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 58—---- o0o —----Buru-buru Ki Ranah Welung menghampiri kembali Sendang Waruk untuk melakukan pertolongan pertama. Dia melakukan beberapa kali totok dan pijatan pada bagian tertentu tubuh lelaki muda itu. Pada saat yang bersamaan, kesempatan tersebut dipergunakan oleh Bajra untuk melarikan diri dari sana.'Sialan! Dia telah kabur ….' gerutu Ki Ranah Welung begitu menyadari bahwa sosok Bajra sudah tidak tampak lagi di tempat semula. 'Culas sekali bekas muridku yang satu itu. Dia selalu mencari-cari celah agar bisa menjauh dariku. Keparat!'Karena kondisi Sendang Waruk masih dirasa memperihatinkan, maka sosok lelaki tua berambut putih digelung di atas kepala itu memutuskan untuk membawanya dari sana. Lelaki muda tersebut dirawat di kediamannya yang terletak di pedalaman belantara. Sebuah gubuk sederhana yang dikelilingi oleh lahan kebun bukaan dan dipenuhi berbagai tanaman pala
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 59—---- o0o —----Tidak disangka, tanpa sepengetahuan Sendang Waruk, ternyata Nyai Ayu pernah nekat menemui Sumiarsih dulu. Entah apa yang dibicarakan oleh kedua perempuan itu sesungguhnya. Sosok lelaki tersebut tidak diberitahu secara terperinci."Ke mana Juanda suamimu itu, Sum?" tanya Sendang Waruk setelah beberapa lama tidak melihat sosok sahabatnya tersebut. Jawab Sumiarsih, "Akang Juanda sedang bersama Tuan Hansen. Aku dengar, mereka berdua sedang mengerjakan proyek pembangunan saluran irigasi perkampungan.""Oh, begitu?" Sendang Waruk mengerutkan dahi. "Hhmmm."Setelah itu keduanya pun terdiam hingga lelaki tersebut memutuskan untuk kembali pulang. Pertemuan itu pula yang menjadi perjumpaan terakhir antara Sendang Waruk dan Sumiarsih. Selanjutnya dia pun menghilang bersama kelompok pejuang sampai kemudian tersiar kabar bahwa Juragan Juanda mengalami
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 60—---- o0o —----"Saya belum sempat meminta maaf pada Guru," ujar Ki Bajra kemudian. Lalu menoleh ke arah Ki Sendang Waruk dengan mata menyipit. "Kira-kira, kamu tahu apa yang menyebabkan kematian Guru?"'Pertanyaan bodoh macam apa itu?' tanya Ki Sendang Waruk. "Mungkin karena memang sudah waktunya untuk meninggal, Ki," jawabnya tanpa membeberkan perihal yang menimpa Ki Ranah Welung, sewaktu pertama kali dia temukan dalam kondisi mengenaskan. "Apa ada hal lain yang hendak Aki tanyalan kembali? Saya masih punya sedikit urusan dengan keluarga almarhum Juanda ini."Ki Bajra tiba-tiba mengekeh. "Urusan apa, Waruk? Urusan dengan janda tua itu? He-he-he," ujarnya seraya mendekat.Ki Sendang Waruk tidak ingin menjawab. Dia bersiap-siap hendak melangkah, meninggalkan sosok tadi."Permisi, saya pamit pergi, Ki, kalau memang sudah tidak ada lagi hal yang patut kita b
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 61—---- o0o —----"Saya tinggal di kediaman Nèng Asih pada waktu itu, berlangsung hingga beberapa pekan. Sampai luka dalam yang saya rasa, benar-benar telah pulih seperti sediakala," pungkas Ki Sendang Waruk menutup kisahnya di hadapan Hanan dan Mang Dirman. "Namun karena kondisi saat itu tengah genting, saya pun lantas memutuskan diri untuk berpindah tempat dan bergerilya kembali, bergabung bersama para pejuang lainnya."Ki Sendang Waruk dicari-cari oleh pihak Belanda atas dasar laporan dari Ki Bajra. Kemudian terburu-buru meninggalkan kembali Asih, sendiri tinggal di gubuknya. "Siapa itu Asih, Ki?" tanya Hanan setelah —lama— menyimak penuturan kisah hidup Ki Sendang Waruk dan alasan lelaki tua tersebut, menghilang, usai pemakaman ayahnya dulu.Orang tua itu menarik napas berat. Lalu menjawab risau, "Saya sendiri belum sepenuhnya mengenal siapa sebenarnya perempuan
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 62—---- o0o —----Sekitar pukul tujuh pagi, Hanan sudah berada di Balai Kesehatan warga setempat. Sebuah gedung sederhana dengan desain khas berdindingkan ragam bentuk batu templek berwarna kehitaman, menghiasi di sepanjang pandangan mata."Mamang kalau mau kembali ke rumah, pulanglah dulu," kata pemuda tersebut sebelum melangkah memasuki bangunan tadi. "Nanti siang, jemput lagi saya di sini, ya?"Mang Dirman terpana sejenak, menatap sedemikian rupa terhadap anak dari majikannya tersebut. Lantas mengulas senyum lebar dipadu dengan bias wajah semringah. "Subhanallah, Aden terlihat gagah dan tampan sekali dengan setelan pakaian seperti itu, Den," puji orang tua itu tidak henti-hentinya mengulas senyum. "Mirip sekali dengan mendiang Juragan Laki-laki.""Ah, Mamang ini," kata Hanan tersipu. "Bagaimana, Mamang mau tunggu di sini atau pulang dulu?" Kembali anak m
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 63—---- o0o —----"Uummhhh, apa yang bisa saya bantu untuk Anda, Nona Roos?" tanya Hanan merasa agak risi dipandangi oleh Roosje sedari awal tadi. "Mohon maaf, jika kondisi ruangan ini begitu sederhana dan saya belum mempersiapkannya untuk menyambut Anda."Sekali lagi gadis itu hanya mengulas senyum simpul. Balasnya kemudian usai melihat-lihat ke sekeliling ruangan tersebut, "Tidak apa-apa, Hanan. Justru, saya ingin mendengar dari kamu orang, mungkin agar ruangan … atau bila perlu bangunan ini diperbaiki agar bisa terlihat lebih nyaman. Supaya kamu orang bisa bekerja dengan lebih baik.""Ah, tidak perlu, Nona. Dengan begini saja, kami sudah sangat bersyukur," ujar Hanan. "Hanya saja, mungkin kayu-kayu jendela dan pintu itu perlu diganti saja. Soalnya saya lihat tadi, ada banyak yang sudah lapuk.""Oh, soal itu? Baik, saya akan secepatnya sampaikan itu ke Papa," timpa
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 64—---- o0o —----"Hei, Dasimah!" seru Roosje begitu sosok Dasimah muncul tergopoh-gopoh di dapur. "Ke mana saja kamu orang, heh? Saya cari-cari kamu orang dari tadi.""Maafkan saya, Nona," ujar Dasimah tampak pucat ketakutan. "S-saya baru kembali dari kebun belakang. T-tadi … mencari-cari sedikit bahan bumbu untuk memasak." Dia melirik sejenak ke arah Ambu Darsih yang tampak sedang sibuk sendiri di dekat tungku perapian. "Nona mencari saya? Maaf, apa yang bisa saya lakukan untuk Nona sekarang?"Roosje mendengkus kesal, lantas berkata, "Kamu orang buatkan itu minuman untuk tamu saya Hanan di ruang depan, ya? En bawakan sekarang juga. Jangan berlama-lama!""B-baik, Nona. S-segera saya laksanakan," balas Dasimah tergagap-gagap sambil menyingsingkan lengan kebayanya secara tidak sengaja. "S-sebentar, a-akan saya buat dan bawakan sekarang juga."Tiba-tiba kelopa
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 73—---- o0o —----Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah."Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang."Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado."Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 72—---- o0o —----Hanan mendesah, miris, melihat kondisi Dasimah yang tengah tergolek lemah di atas kasur. Sebagai tenaga medis, dia ingin bertugas secara profesional, tapi berhubung ada banyak orang yang turut memperhatikan proses pemeriksaannya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang bisa dia teliti.'Hhmmm, kalau memperhatikan psikis Dasimah, sepertinya dia telah mendapatkan perlakuan yang bisa membuatnya merasa ketakutan dan trauma. Tapi aku tidak tahu sepenuhnya, apa yang menyebabkan dia menderita seperti ini,' membatin laki-laki tersebut seraya menatap wajah Dasimah yang pucat. 'Aku yakin, di bagian tubuh yang lebih dalam, masih ada bekas luka lebam yang jauh lebih parah daripada yang kulihat di tangannya itu.'
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 71—---- o0o —----Hanan makin dibuat bingung dan sampai menggaruk-garuk kepala sendiri, padahal tidak merasa gatal sama sekali. Kemudian kembali membalas, "I-iya, Nona. Ada keperluan apa? Kalau di luar urusan tugas dan medis, mohon maaf, aku tidak bisa. Karena saat ini kami sekeluarga sedang—""Dasimah membutuhkan bantuanmu orang, Hanan. Kamu orang masih bersedia untuk menolak?" tukas Roosje buru-buru memotong ucapan laki-laki tersebut. Karena dia tidak ingin mendengar alasan, jika ketidakbersediaannya itu menyangkut urusan dengan sosok Bunga."Dasimah? Ya, Allah! Ada apalagi dengan Nèng Imah, Nona?" Kali ini semua yang ada di sana turut terkejut dan bertanya sendiri-sendiri. "Apakah dia jatuh sak
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang