GAIRAH CINTA ROOSJE
Penulis : David KhanzBagian 62—---- o0o —----Sekitar pukul tujuh pagi, Hanan sudah berada di Balai Kesehatan warga setempat. Sebuah gedung sederhana dengan desain khas berdindingkan ragam bentuk batu templek berwarna kehitaman, menghiasi di sepanjang pandangan mata."Mamang kalau mau kembali ke rumah, pulanglah dulu," kata pemuda tersebut sebelum melangkah memasuki bangunan tadi. "Nanti siang, jemput lagi saya di sini, ya?"Mang Dirman terpana sejenak, menatap sedemikian rupa terhadap anak dari majikannya tersebut. Lantas mengulas senyum lebar dipadu dengan bias wajah semringah."Subhanallah, Aden terlihat gagah dan tampan sekali dengan setelan pakaian seperti itu, Den," puji orang tua itu tidak henti-hentinya mengulas senyum. "Mirip sekali dengan mendiang Juragan Laki-laki.""Ah, Mamang ini," kata Hanan tersipu. "Bagaimana, Mamang mau tunggu di sini atau pulang dulu?" Kembali anak mGAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 63—---- o0o —----"Uummhhh, apa yang bisa saya bantu untuk Anda, Nona Roos?" tanya Hanan merasa agak risi dipandangi oleh Roosje sedari awal tadi. "Mohon maaf, jika kondisi ruangan ini begitu sederhana dan saya belum mempersiapkannya untuk menyambut Anda."Sekali lagi gadis itu hanya mengulas senyum simpul. Balasnya kemudian usai melihat-lihat ke sekeliling ruangan tersebut, "Tidak apa-apa, Hanan. Justru, saya ingin mendengar dari kamu orang, mungkin agar ruangan … atau bila perlu bangunan ini diperbaiki agar bisa terlihat lebih nyaman. Supaya kamu orang bisa bekerja dengan lebih baik.""Ah, tidak perlu, Nona. Dengan begini saja, kami sudah sangat bersyukur," ujar Hanan. "Hanya saja, mungkin kayu-kayu jendela dan pintu itu perlu diganti saja. Soalnya saya lihat tadi, ada banyak yang sudah lapuk.""Oh, soal itu? Baik, saya akan secepatnya sampaikan itu ke Papa," timpa
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 64—---- o0o —----"Hei, Dasimah!" seru Roosje begitu sosok Dasimah muncul tergopoh-gopoh di dapur. "Ke mana saja kamu orang, heh? Saya cari-cari kamu orang dari tadi.""Maafkan saya, Nona," ujar Dasimah tampak pucat ketakutan. "S-saya baru kembali dari kebun belakang. T-tadi … mencari-cari sedikit bahan bumbu untuk memasak." Dia melirik sejenak ke arah Ambu Darsih yang tampak sedang sibuk sendiri di dekat tungku perapian. "Nona mencari saya? Maaf, apa yang bisa saya lakukan untuk Nona sekarang?"Roosje mendengkus kesal, lantas berkata, "Kamu orang buatkan itu minuman untuk tamu saya Hanan di ruang depan, ya? En bawakan sekarang juga. Jangan berlama-lama!""B-baik, Nona. S-segera saya laksanakan," balas Dasimah tergagap-gagap sambil menyingsingkan lengan kebayanya secara tidak sengaja. "S-sebentar, a-akan saya buat dan bawakan sekarang juga."Tiba-tiba kelopa
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 65—---- o0o —----Mang Dirman baru saja menepikan sadonya di bawah rindang pepohonan di belakang rumah, sekonyong-konyong Juragan Sumiarsih keluar menyongsong dari pintu dapur."Mang!" panggil perempuan tua tersebut seraya mendekat.Mang Dirman menoleh dan langsung membungkuk. "Eh, Juragan," katanya seraya mengulas senyum. "Ada apa, Juragan? Ada yang bisa saya bantu?""Ah, tidak. Justru saya ingin bertanya," balas Juragan Sumiarsih. "Mengapa Mamang pulang? Tidak menunggu sampai Hanan nanti pulang, Mang?" imbuhnya kembali bertanya.Senyum Mang Dirman seketika terhenti. Tampak sekali dia merasa bingung untuk menjawab. Sampai kemudian terpaksa berkata, "Saya disuruh Den Dokter untuk kembali ke rumah, Juragan.""Loh, mengapa?" Juragan Sumiarsih mengerutkan kening. "Bukannya saya tadi saya sudah berpesan, Mamang harus menemani kemanapun Hanan pergi. Mama
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 66—---- o0o —----Keesokan harinya, Roosje kembali datang berkunjung ke tempat Hanan bertugas di Balai Kesehatan. Kali ini dia mendampingi Dasimah yang sebelumnya dipinta oleh dokter muda tersebut untuk berobat. "Nona Roos kembali datang, Den," kata Mang Dirman sesaat sebelum gadis itu masuk ke dalam ruangan. Hanan mengerutkan kening di sela-sela kesibukannya melayani pasien."Sendiri?" tanya anak muda tersebut menduga-duga. Mang Dirman menggeleng, lantas menjawab, "Tidak. Kali ini ditemani oleh seorang perempuan muda, Den. Kalau tidak salah, namanya Dasimah.""Dasimah? O, iya … saya kemarin memang minta dia datang berobat," kata Hanan kembali. "Suruh tunggu saja dulu dan mengantre dengan pasien lainnya.""I-iya, Den," sahut Mang Dirman menurut. Tidak berapa lama suasana di dalam gedung itu pun mendadak senyap begitu Roosje masuk. Tidak
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 67—---- o0o —----"Adik?" tanya Bunga begitu Hanan tiba kembali di rumah pada sore hari. Sepasang kekasih tersebut terlibat perselisihan kecil usai Bunga mendapati Hanan tengah bercakap-cakap berdua bersama Roosje."Nèng, tunggu!" seru dokter muda tersebut begitu Bunga berbalik arah, mengurungkan diri menemui Hanan di ruang kerjanya. "Nona Roos tunggu sebentar, ya? Aku hendak mengurus adikku terlebih dahulu," ujarnya sebelum bergegas menyusul kekasihnya."O, iya … silakan, Hanan," jawab gadis bule tersebut dengan tatapan heran setelah melihat sikap Bunga tadi.Beberapa warga yang sedang menunggu antrean, sontak menoleh dan memperhatikan tingkah kedua sejoli tersebut, disusul oleh Mang Dirman di belakang Hanan."Nèng, tunggu dulu sebentar," pinta Hanan sambil menghalangi langkah Bunga. "Biar aku jelaskan terlebih dahulu maksud aku tadi."Ga
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 73—---- o0o —----Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah."Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang."Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado."Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 72—---- o0o —----Hanan mendesah, miris, melihat kondisi Dasimah yang tengah tergolek lemah di atas kasur. Sebagai tenaga medis, dia ingin bertugas secara profesional, tapi berhubung ada banyak orang yang turut memperhatikan proses pemeriksaannya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang bisa dia teliti.'Hhmmm, kalau memperhatikan psikis Dasimah, sepertinya dia telah mendapatkan perlakuan yang bisa membuatnya merasa ketakutan dan trauma. Tapi aku tidak tahu sepenuhnya, apa yang menyebabkan dia menderita seperti ini,' membatin laki-laki tersebut seraya menatap wajah Dasimah yang pucat. 'Aku yakin, di bagian tubuh yang lebih dalam, masih ada bekas luka lebam yang jauh lebih parah daripada yang kulihat di tangannya itu.'
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 71—---- o0o —----Hanan makin dibuat bingung dan sampai menggaruk-garuk kepala sendiri, padahal tidak merasa gatal sama sekali. Kemudian kembali membalas, "I-iya, Nona. Ada keperluan apa? Kalau di luar urusan tugas dan medis, mohon maaf, aku tidak bisa. Karena saat ini kami sekeluarga sedang—""Dasimah membutuhkan bantuanmu orang, Hanan. Kamu orang masih bersedia untuk menolak?" tukas Roosje buru-buru memotong ucapan laki-laki tersebut. Karena dia tidak ingin mendengar alasan, jika ketidakbersediaannya itu menyangkut urusan dengan sosok Bunga."Dasimah? Ya, Allah! Ada apalagi dengan Nèng Imah, Nona?" Kali ini semua yang ada di sana turut terkejut dan bertanya sendiri-sendiri. "Apakah dia jatuh sak
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang