GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki hendak ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!"
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki akan ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!""I-iya, Ki," jawab kusir sado tersebut buru-buru pergi ke belakang. "Sebentar
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 53—---- o0o —----Sepi melanda alam di siang itu. Sesunyi area tanah luas yang dikelilingi oleh rerimbunan semak belukar, tumbuh liar meranggas di sekitar tempat.Bumi tengah mengganas, membakar hampir setiap tumbuh-tumbuhan dan makhluk-makhluk hidup yang bercokol di permukaannya melalui panggangan matahari. Hawa panas pun merata, menyebar terbawa silir-semilir udara yang terengah-engah.Sementara itu, sesosok manusia tengah berjongkok terdiam di depan sebuah pusara, dengan mata terkatup, tapi lisan bersuara dalam bisik. Dia khusyuk melafalkan bait demi bait kalimat suci disertai kedua telapak tangan menengadah. Seakan enggan mengindahkan terpaan bara dari langit yang asyik memanggangi. Sesaat kemudian, dia pun mengucap kata 'aamiin' sembari mengusapkan telapak tangan tadi ke wajah, mengakhiri prosesi dipengujung doa. Matanya terlihat sembab, disertai sedikit sisa l
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 54—---- o0o —----"Den Hanan! Berhenti, Den!" teriak Mang Dirman seraya menghalang-halangi laju kuda yang hendak melewati tempatnya berdiam saat itu. Lelaki tua tersebut menggerak-gerakkan tangan ke atas dan ke bawah secara memutar berulang-ulang. "Tunggu! Berhenti dulu, Den!"Hanan menarik tali kekang kuda, hingga membuat binatang tunggangannya tersebut meringkik dengan kaki depan terangkat ke atas."Awas, Mang! Minggir!" seru Hanan memperingatkan.Namun Mang Dirman bersikukuh berdiri menghalangi di tengah jalan. Ujarnya dengan wajah memelas, "Tolong, Den. Berhentilah dulu. Kita bicarakan semuanya secara baik-baik!"Anak muda itu mendengkus kesal."Apa yang harus dibicarakan lagi, Mang?" tanya anak muda tersebut dari atas kudanya. "Semua orang jelas-jelas ingin menyembunyikan hal yang sebenarnya tentang Ayah. Termasuk Mamang sendiri.""Iya
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 55—---- o0o —----Tanah pekuburan itu masih menggunung merah dan basah. Berhiaskan taburan bunga-bunga mewarnai permukaannya. Lengkap bersama dua tancapan nisan kayu berukir di batas atas serta bawah sebagai penanda.Beberapa orang berjongkok di sepanjang sisi makam dengan mata sembab, seraya melafalkan doa-doa yang terucap dengan penuh kesedihan.Sumiarsih, perempuan yang hampir memasuki usia baya itu, tampak lekat memandangi kuburan suaminya, Juanda. Mengenakan kerudung hitam yang dipadu bersama busana berwarna senada memanjang hingga menjuntai tanah. Raut wajah cantiknya tampak sendu memucat dan tatapan hampa, seakan belum mempercayai bahwa lelaki yang dia cintai tersebut —kini— telah tiada.Ki Sendang Waruk mendeham perlahan, bermaksud memanggil sosok keponakannya —Bunga— yang berada persis di samping Sumiarsih.Gadis itu menengok. Melihat-lihat ke arah
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 56—---- o0o —----"Saya hamil, Kang," ujar Nyai Ayu begitu Sendang Waruk tiba di tempat biasa mereka bertemu.Sontak lelaki tersebut terkejut dibuatnya. Dia menggeleng. "Tidak mungkin, Nyai. Mustahil ini bisa terjadi," ujarnya merasa belum meyakini dengan benar akan ucapan perempuan yang kini telah menjadi kekasihnya tersebut. "A-aku … eh, maksudnya kita … melakukannya pun hanya sekali, 'kan? I-itu pun karena … khilaf. Eh?" Mendadak dia tergagap-gagap dan tampak salah tingkah.Nyai Ayu menatap Sendang Waruk. "Tapi yang terjadi memang benar, Kang. Haid saya telat beberapa pekan ini. S-saya … m-mengandung anakmu."'Ah, sial!' rutuk lelaki itu memaki diri. 'Mengapa aku sampai ceroboh dan berbuat bodoh? Ini seharusnya tidak pernah terjadi!' Lantas teringat pada sebuah kejadian nahas di ambang senja.Kala itu, di tempat yang sama, Sendang Waruk dan Nyai Ayu tenga
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 57—---- o0o —----Di saat keduanya terdiam, tiba-tiba Nyai Ayu menanggalkan pakaiannya satu per satu di hadapan Sendang Waruk seraya berujar manja penuh menggoda, "Kamu menginginkan aku 'kan, Kang? Silakan … kalau memang ini yang kamu mau."Laki-laki itu terperangah. Matanya pun sontak membulat besar disertai leletan lidah menjilati tepian bibir, diikuti pergerakan jakun turun-naik mereguk air liur. "Nyai …." desah Sendang Waruk perlahan.Dengan raut wajah sedih, Nyai Ayu berimbuh kembali, "Ini 'kan yang membuat Akang cemburu pada Juanda? Ini juga yang membuat Akang menilai saya tidak berharga? Silakan kalau Akang memang menginginkannya. Bukankah Akang juga yang telah merenggut kehormatan saya ini?" Lantas, perempuan itu pun perlahan menghampiri sosok Sendang Waruk dalam kondisi tidak berbusana sama sekali. "Lakukan sekarang, Kang.""Nyai … apa yang kamu lakukan ini?
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 58—---- o0o —----Buru-buru Ki Ranah Welung menghampiri kembali Sendang Waruk untuk melakukan pertolongan pertama. Dia melakukan beberapa kali totok dan pijatan pada bagian tertentu tubuh lelaki muda itu. Pada saat yang bersamaan, kesempatan tersebut dipergunakan oleh Bajra untuk melarikan diri dari sana.'Sialan! Dia telah kabur ….' gerutu Ki Ranah Welung begitu menyadari bahwa sosok Bajra sudah tidak tampak lagi di tempat semula. 'Culas sekali bekas muridku yang satu itu. Dia selalu mencari-cari celah agar bisa menjauh dariku. Keparat!'Karena kondisi Sendang Waruk masih dirasa memperihatinkan, maka sosok lelaki tua berambut putih digelung di atas kepala itu memutuskan untuk membawanya dari sana. Lelaki muda tersebut dirawat di kediamannya yang terletak di pedalaman belantara. Sebuah gubuk sederhana yang dikelilingi oleh lahan kebun bukaan dan dipenuhi berbagai tanaman pala
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 73—---- o0o —----Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah."Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang."Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado."Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 72—---- o0o —----Hanan mendesah, miris, melihat kondisi Dasimah yang tengah tergolek lemah di atas kasur. Sebagai tenaga medis, dia ingin bertugas secara profesional, tapi berhubung ada banyak orang yang turut memperhatikan proses pemeriksaannya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang bisa dia teliti.'Hhmmm, kalau memperhatikan psikis Dasimah, sepertinya dia telah mendapatkan perlakuan yang bisa membuatnya merasa ketakutan dan trauma. Tapi aku tidak tahu sepenuhnya, apa yang menyebabkan dia menderita seperti ini,' membatin laki-laki tersebut seraya menatap wajah Dasimah yang pucat. 'Aku yakin, di bagian tubuh yang lebih dalam, masih ada bekas luka lebam yang jauh lebih parah daripada yang kulihat di tangannya itu.'
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 71—---- o0o —----Hanan makin dibuat bingung dan sampai menggaruk-garuk kepala sendiri, padahal tidak merasa gatal sama sekali. Kemudian kembali membalas, "I-iya, Nona. Ada keperluan apa? Kalau di luar urusan tugas dan medis, mohon maaf, aku tidak bisa. Karena saat ini kami sekeluarga sedang—""Dasimah membutuhkan bantuanmu orang, Hanan. Kamu orang masih bersedia untuk menolak?" tukas Roosje buru-buru memotong ucapan laki-laki tersebut. Karena dia tidak ingin mendengar alasan, jika ketidakbersediaannya itu menyangkut urusan dengan sosok Bunga."Dasimah? Ya, Allah! Ada apalagi dengan Nèng Imah, Nona?" Kali ini semua yang ada di sana turut terkejut dan bertanya sendiri-sendiri. "Apakah dia jatuh sak
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang