GAIRAH CINTA ROOSJE
Penulis : David Khanz
Bagian 37
—---- o0o —----
Sado dipacu dengan cepat. Menyusuri jalanan tanah kering berdebu hingga menyisakan kepulan disepanjang laju. Mang Dirman sendiri enggan bertanya-tanya lebih jauh. Dia hanya menuruti perintah Juragan Juanda untuk segera tiba di rumah secepat mungkin. Bahkan begitu turun di halaman kediaman, laki-laki tua gagah tersebut tidak sempat mengucapkan sepatah katapun. Bergegas menemui Sumiarsih, istrinya.
'Ya, Allah … ada apa ini sebenarnya?' Bertanya-tanya kembali Mang Dirman seraya memperhatikan sosok majika
GAIRAH CINTA ROOSJE Penulis : David Khanz Bagian 38 —---- o0o —---- Ki Panca menatap tamu istimewanya siang itu, Juragan Juanda. Keluh dan desah bimbang sesekali menghiasi mulut Kepala Kampung Sundawenang tersebut sepanjang mendengarkan penuturan sosok lelaki tersebut. Usai bertutur sedikit tentang pertemuannya tadi dengan Tuan Guus, suami dari perempuan cantik bernama Sumiarsih itu melanjutkan kata. " … Yang saya khawatirkan, ini akan menjadi masalah susulan dari sisa perjalanan kisah kami yang telah lalu dulu, Ki," ujar Juragan Juanda dengan raut wajah murung. "Saya kenal sekali, siapa sesungguhnya Tuan Guus itu. Dia tidak akan pe
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 39—---- o0o —----Tampak dari kejauhan, sebuah titik api melambai-lambai bergerak mendekati tempat dimana Hanan dan Mang Dirman berada."Seseorang mendekat, Den," gumam sosok kusir sado tersebut seraya bersikap siaga. Terutama hendak melindungi anak majikannya. "Waspada, Den. Siapa tahu ada orang yang hendak berbuat jahat pada—""Hanya seorang warga biasa, Mang," tukas Hanan usai mengamati dengan mata menyipit. "Itu nyala obor penerangan.""Ah
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 40—---- o0o —----"Ternyata benar adanya dugaan saya sebelumnya, Mang," kata Hanan selagi berada di perjalanan menuju rumah dari kediaman Kang Juna tadi. "Tuan Guus melakukan serangkaian tindakan licik untuk menghancurkan usaha perkebunan Ayah, dulu."Mang Dirman terdiam sembari fokus menjalankan sado. Tanpa diungkapkan pun, lelaki tua itu sebenarnya sudah tahu mengenai itu jauh-jauh hari. Tanpa sepengetahuan Hanan, lelaki tua ini sering meringis sambil memegangi dada."Tapi … entah apa maksudnya dia harus
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 41—---- o0o —----Mang Dirman ditemukan di area istal dalam keadaan pingsan. Lekas Hanan memeriksa begitu melihatnya tergeletak, meraba denyut nadi serta pernapasan. 'Ah, rupanya … hanya tidak sadarkan diri,' gumam anak muda tersebut. 'Tapi … apa ini akibat perkelahiannya tadi siang dengan Ki Praja? Ya, Allah! Aku harus memeriksanya dengan lebih cermat."Perlahan-lahan tubuh Mang Dirman dipindahkan ke tempat yang lebih bersih
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 42—---- o0o —----"Waar ben je geweest, Papa?" tanya Roosje begitu ayahnya, Tuan Guus, tiba kembali di rumah bersama Ki Praja. "Aku mencari-cari Papa dari tadi."(Dari mana saja, Papa?)Lelaki bertubuh tinggi besar itu baru saja menuruni sado dan langsung disambut anak gadisnya. Dia melirik sejenak pada Ki Praja, seperti meminta agar kusir tua tersebut tidak ikut berkata-kata. Lantas dia menjawab dengan suara datar, "Papa ada se
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 43—---- o0o —----Setengah jam lebih, Koen berjaga-jaga di depan pintu ruangan kerja Tuan Guus. Lelaki muda berambut kemerahan itu —sebentar-sebentar— mondar-mandir di sana sambil sesekali melihat-lihat ke arah dimana Dasimah dan majikannya saat itu sedang berada.Sampai suatu ketika, Koen berniat hendak mengambil minuman ke ruangan lain, tiba-tiba terdengar derit daun pintu dari arah belakang."Nyai …." desis laki-laki itu seraya berbalik arah, memburu sosok Dasimah yang baru keluar dari ruanga
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 44—---- o0o —----Sementara itu di kediaman Bunga dan Ki Sendang Waruk, sepeninggal Hanan dan Mang Dirman kembali pulang pada jelang di waktu akhir petang tersebut, kedua uwak dan keponakan itu bergegas masuk dan menutup pintu rumah rapat-rapat. Kemudian gadis cantik itu duduk di kursi kayu tua berbantalkan anyaman akar rotan. Sesekali terdengar dengkus napas yang menandakan bahwa dia tengah memendam rasa gundah gulana."Ada apalagi, Nèng?" tanya Ki Sendang Waruk begitu memperhatikan raut wajah keponakannya. "Jangan terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak. Tenangka
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 45—---- o0o —----Wuusshhh!Tiba-tiba seperti ada tiupan angin melewati Bunga dengan cepat. Disusul suara menggeprak beberapa kali, laksana hantaman rotan kering pada sebuah dahan kayu.Set! Prak! Prak!"Ciiaakkk! Ciiaakkk! Ciiaakkk!"Pekik itu kembali menggema hebat. Hanya saja, kali ini terdengar berbeda dari sebelumnya."Hiaaatt
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 73—---- o0o —----Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah."Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang."Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado."Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 72—---- o0o —----Hanan mendesah, miris, melihat kondisi Dasimah yang tengah tergolek lemah di atas kasur. Sebagai tenaga medis, dia ingin bertugas secara profesional, tapi berhubung ada banyak orang yang turut memperhatikan proses pemeriksaannya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang bisa dia teliti.'Hhmmm, kalau memperhatikan psikis Dasimah, sepertinya dia telah mendapatkan perlakuan yang bisa membuatnya merasa ketakutan dan trauma. Tapi aku tidak tahu sepenuhnya, apa yang menyebabkan dia menderita seperti ini,' membatin laki-laki tersebut seraya menatap wajah Dasimah yang pucat. 'Aku yakin, di bagian tubuh yang lebih dalam, masih ada bekas luka lebam yang jauh lebih parah daripada yang kulihat di tangannya itu.'
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 71—---- o0o —----Hanan makin dibuat bingung dan sampai menggaruk-garuk kepala sendiri, padahal tidak merasa gatal sama sekali. Kemudian kembali membalas, "I-iya, Nona. Ada keperluan apa? Kalau di luar urusan tugas dan medis, mohon maaf, aku tidak bisa. Karena saat ini kami sekeluarga sedang—""Dasimah membutuhkan bantuanmu orang, Hanan. Kamu orang masih bersedia untuk menolak?" tukas Roosje buru-buru memotong ucapan laki-laki tersebut. Karena dia tidak ingin mendengar alasan, jika ketidakbersediaannya itu menyangkut urusan dengan sosok Bunga."Dasimah? Ya, Allah! Ada apalagi dengan Nèng Imah, Nona?" Kali ini semua yang ada di sana turut terkejut dan bertanya sendiri-sendiri. "Apakah dia jatuh sak
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang