Setelah menyelesaikan beberapa urusan di LV Company, Glenn kembali ke lokasi syuting. Pukul tiga sore, waktu di mana jam makan siang tentu saja sudah terlewatkan. Namun, Glenn tetap duduk di ruangannya dengan berbagai macam hidangan lezat yang telah disiapkan di atas meja.
Tak lama, terdengar suara pintu berderit. Pertanda seseorang telah membukanya dari luar. Terlihat sebuah kepala menyembul dengan rambut golden brown panjang yang menjuntai sembari mengintip Glenn di dalam ruangan.
Siapa lagi yang berani menampakkan diri dengan posisi menggelikan seperti itu di ranah Glenn jika bukan Bella Marlene? Gadis yang membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu itu seketika menegakkan tubuh kala netra biru Glenn menatapnya.
Berdiri di ambang pintu, Bella hanya berdeham, "Mmm ... maafkan aku. Kukira kau tidak datang," ujar Bella yang menampilkan seraut wajah kaku dan tersenyum canggung. "Apa kau baru saja memanggilku, Yang Mulia?" tanya Bella masih dengan memak
'Mengapa lama sekali?'Bella membuka kelopak matanya. Gadis itu justru melihat Glenn yang sudah berdiri tegak dan bersandar di ujung meja. Sebelah tangan pria itu memegang segelas minuman anggur tua koleksinya yang memang telah disediakan bersama makanan yang lainnya. Ya, Glenn baru saja sedang mengerjai Bella.Bella mengernyitkan dahi. Kini, yang ada di dalam gadis itu hanya seraut wajah tidak percaya, "Apa kau sedang bermain-main denganku, Tuan Glenn Lucas?" geramnya dengan tatapan tajam yang ditujukan pada Glenn."Tidak," jawab Glenn dengan santai seraya mengangkat bahu tidak acuh."L-lalu? Apa yang kau lakukan baru saja?" Bella semakin menampilkan amarahnya kala melihat sikap santai yang justru ditunjukkan oleh pria itu.Glenn tersenyum tipis, "Bukankah sebelumnya aku pernah berkata jika yang kusukai adalah sebuah respon dan keagresifan lawan mainku, Nona Bella? Dengan sekujur tubuh kaku dan mata terpejam seperti itu, tentu akan menjadi s
"Kau dari mana saja, Bella? Sejak tadi aku mencarimu," ujar Pablo di lorong perusahaan MBE Entertainment kala berpapasan dengan gadis berambut golden brown tersebut."Yang kutahu, aku sudah menyelesaikan syutingku hari ini, Pablo," jawab Bella dengan wajah datar.Pablo memutar bola matanya jengah, "Bukan karena hal itu aku mencarimu."Dahi Bella berkerut, "Lalu?"Menoleh ke kanan dan ke kiri, entah mengapa Pablo justru memeriksa keadaan sekitar, "Aku membutuhkan bantuanmu, Bella. Kemarilah!" Pablo tiba-tiba menarik pergelangan tangan Bella dan bergegas membawa gadis itu pergi. Sementara Bella yang tiba-tiba ditarik, dengan terpaksa mengikuti pria gemulai sekaligus managernya tersebut.~~~Bella yang sedang berkacak pinggang, kini menampilkan seraut wajah terkesiap, "Apa?! Mengapa aku harus melakukannya, Pablo?!" pekik gadis bermanik mata cokelat tersebut.Pablo yang tengah duduk di atas sofa memasang wajah memelas, "Ya, Bella! H
Berdiri di depan cermin, jemari lentik Bella tengah menyapukan lipstik sugary nude hingga memenuhi bibir sensualnya. Dengan balutan midi dress berwarna hitam yang berpotongan scoop di bagian leher, malam ini Bella terlihat semakin anggun.Gadis itu sedang bersiap untuk pergi ke pesta topeng dan memenuhi janjinya pada Pablo. Ya, ia harus menemani dan berpura-pura menjadi kekasih dari seorang pria gay yang sedang menyamarkan identitasnya. Lebih parahnya lagi, pria gay tersebut adalah kekasih dari Pablo sendiri. Semua itu Bella lakukan hanya karena sepuluh ribu dollar yang sudah masuk ke dalam rekeningnya.Pesta topeng memang acap kali dilakukan di sebuah perayaan di Venesia. Sebab, pesta topeng merupakan tradisi yang diturunkan oleh leluhur dari bangsa Eropa—Masquerade Party Ball—nama yang lebih dikenal. Dahulu, pesta topeng diperuntukkan bagi kaum bangsawan Eropa. Namun, kini pesta topeng sudah kerap kali digunakan oleh semua kalangan.Bel
"Bukankah sudah kukatakan lakukan tugasmu dengan benar?" kata Glenn dengan senyuman menyeringai. Dengan gerakan kilat bibirnya kemudian melumat bibir Bella secara tiba-tiba. Jemarinya menarik tengkuk Bella, memiringkan kepalanya, kemudian menyesap lidahnya tanpa ampun.Bella semakin tercengang. Begitu juga dengan para wanita yang sejak awal tengah mengamati mereka di sana. Namun anehnya, Bella sama sekali tidak merasa ketakutan. Hal itu membuat Bella merasa aneh sebab sebelumnya hanya dengan Glenn ia merasa demikian.Kini, Bella merasakan gerakan lidah pria itu yang begitu menggoda dan liar. Tampaknya, pria itu memang benar-benar pencium yang handal. Gelenyar memabukkan yang tidak asing kembali Bella rasakan, membuat gadis itu tidak mampu mengelak jika jantungnya berdebar dan hasrat di dalam tubuhnya mulai terpancing.Bella akhirnya membalas ciuman pria tersebut. Sementara Glenn sedikit mengernyit. Pria itu merasa cukup terusik karena Bella berani membalas
Lokasi syuting kini diadakan di sebuah taman bermain. Bella sedang melakukan adegan syuting di mana ia duduk seorang diri di sebuah ayunan dengan mantel tebal dan syal yang membalut lehernya.Sementara di bangku yang terletak tidak jauh dari taman tersebut, Emma tengah duduk sembari menyesap segelas kopi panas. Gadis itu tidak ada jadwal syuting hari ini. Ia hanya sekadar menemani dan membantu Bella."Apa kau mau hot dog?" tawar Aaron yang tiba-tiba duduk di sebelah Emma dengan dua hot dog di tangannya."Terima kasih, Aaron." Emma tersenyum seraya mengambil hot dog di tangan Aaron."Seingatku kau sedang tidak ada scene hari ini," celetuk Aaron."Ya, selama seminggu ke depan juga demikian. Adeganku sangatlah sedikit, berbeda dengan Bella," jawab Emma tertawa sembari menikmati roti berisi sosis panjang dengan saus pedas dan mayonaise yang diberikan oleh pria di sampingnya. "Terkadang aku kasihan dengan Bella yang sampai saat ini tidak mau
Bola lampu berkelap-kelip di tengah ruangan temaram dan memanjakan lautan manusia yang sedang larut dalam kesenangan di bawahnya. Mereka menggerakkan tubuh dan bergoyang mengikuti irama musik menghentak yang sedang diimainkan oleh seorang disk jockey. Semuanya terlihat bersenang-senang dan menikmati suasana malam yang semakin ramai.Namun, tidak dengan seorang gadis yang duduk sendiri di sebelah sana. Gadis berambut pendek itu sedang menenggelamkan kepala di atas meja. Terlihat jelas jika ia sedang mabuk berat dengan segala kekalutan yang bersarang di kepala. Ya, gadis itu adalah Emma. Ia memilih alkohol untuk mengalihkan kekalutan tersebut. Bukan karena putus cinta, melainkan keputusan untuk mundur saja. Sebab, Emma sendiri bahkan belum menyatakan cintanya.Sementara deringan telepon tidak terjawab sejak tadi tiada henti menggetarkan telepon genggam Emma yang tergeletak di atas meja, tepat di samping kepala bersurai pendek yang sedang terkulai. Gadis itu bahkan tidak
Dua bodyguard tersebut tetap tidak menjawab. Mereka semakin berdiri tegap di depan pintu yang sejak tadi mereka jaga. Bella sedikit melirikkan ekor matanya menatap pintu di belakang mereka yang seolah sedang ditutupi. Tak lama, kedua mata Bella seketika membeliak kala mendengar sebuah jeritan secara tiba-tiba.'Bukankah itu suara Emma?'Dengan gerakan kilat, sebelah kaki jenjang Bella yang terbalut dengan celana jeans terayun di udara. Kaki itu mendarat mulus di salah satu kepala si bodyguard. Sementara bodyguard yang lain justru mencengkeram kerah Bella. Gadis itu tersekat, tidak bisa bernapas. Bella menggeram rendah, "Lepaskan, bedebah!"Bugh!Seorang pria bertubuh kingkong yang entah datang darimana membogem mentah bodyguard yang mencengkeram kerah Bella. Dia adalah seorang pengawal suruhan Glenn yang telah ditugaskan untuk menjaga dan terus mengawasi Bella sebelumnya. Ternyata, ia diam-diam mengikuti Bella sampai ke bar dan melaporkan semuanya pada Gl
Beberapa minggu setelah kejadian Alberto, si anak pejabat. Musim dingin di Venesia telah berakhir dan berganti menjadi musim semi. Maret masih identik dengan cuaca dingin dan lembab. Namun, dikemas sebagai awal musim yang akan dipenuhi festival dan acara menarik. Setidaknya, sebagai hiburan karena telah melalui dinginnya salju selama berbulan-bulan di musim dingin. "Aku sungguh tidak sabar untuk tamasya di hari-hari yang cerah ini. Ah, i love ... spring!" ujar Emma antusias seraya membantu menyisir rambut cokelat Bella, "aku juga tidak sabar dengan pesta San Marco yang selalu dirayakan di setiap musim semi." Raut wajah berbinar memenuhi air muka gadis itu. Ia membayangkan hal-hal menyenangkan yang akan datang. Bella yang tengah mengenakan pakaian seorang karyawan dengan kemeja putih serta rambut cokelat alami yang tergerai indah, justru bergeming. Pikirannya berkelana memikirkan sesuatu. Sementara Emma yang sejak tadi merasa diabaikan mulai mengernyitkan dahi dan mem
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y