Bella memacu kuda berwarna cokelat tua pemberian Pangeran Glenrhys menyusuri hutan belantara. Dengan jubah berwarna hijau botol, gadis bersurai cokelat itu menyusuri hutan untuk menuju perbatasan bersama Emma yang juga memakai jubah dan duduk di pelana bagian belakangnya.
Setelah sampai di perbatasan, Bella turun dari kuda dan disusul oleh Emma yang juga berjalan tepat di sebelahnya. Mereka membuka penutup kepala jubah dan mulai mengedarkan pandangan. Dua gadis itu melihat beberapa prajurit yang sedang berlatih pedang di depan sebuah bangunan klasik yang merupakan markas untuk perang.
Namun, bola mata cokelat Bella berhenti pada seorang pria yang sedang duduk santai di sebuah kursi kayu sembari melipat sebelah kaki dan kedua tangan di depan dada. Pria itu mengawasi para prajurit yang tengah berlatih pedang di padang rumput yang luas. Tentu saja dia adalah Pangeran Glenrhys.
Bella seketika menukikkan sebelah alis kala melihat sosok yang memasang wa
Pangeran Glenrhys menyesap segelas wine di dalam tenda berwarna merah maroon yang berukuran cukup besar. Gerrald berdiri tegap dengan kepala menunduk di hadapan sang pangeran dengan tubuh sedikit gemetar. Pria berambut cokelat itu dapat merasakan hawa dingin yang menyeruak dan membuat bulu romanya bergidik ngeri."Apakah kau sudah mengirimkan obat dari dokter terbaik di benua yang sebelumnya kita cari?"Gerald mengangguk, "Sudah, My Lord. Saya sudah menitipkannya pada Dokter Istana kepercayaan Ratu."Pangeran Glenrhys menggeram rendah, "Lalu mengapa dia masih belum juga sembuh? Apakah kau sudah memastikan dia telah meminumnya?"Tampak guratan keraguan di wajah Gerrald. Tangannya yang dilipat ke belakang masih gemetar ketakutan. "Saya hanya bisa memastikan Dokter itu telah memberikannya pada Ratu saja, My Lord." Gerrald mencicit dengan suara hampir tertelan, "Dan untuk Ratu yang meminumnya atau tidak, saya tidak mengetahuinya."Rahang Pangeran Glenr
Keesokan paginya. Bella mendengar suara kicauan burung yang sedang mencari remahan makanan di permukaan tanah yang ada di dapur halaman terbuka sebelah markas. Letak markas yang dikelilingi oleh hutan belantara membuat hewan-hewan kecil seperti burung, marmut, dan hewan menggemaskan lainnya dengan senang hati datang berkunjung. Kini, Bella yang tengah berada di dapur halaman terbuka juga dapat mendengar suara kapak yang beradu dengan balok kayu yang berdesing di telinga. Gadis itu segera mengalihkan pandangan pada seorang prajurit berambut hitam legam yang sedang mengayunkan kapak untuk membelah kayu di permukaan pohon yang usai ditebang. Bella pun berjalan melewati prajurit itu dari belakang hingga keberadaannya tidak diketahui. Netra gadis itu kemudian mengedar mencari keberadaan Margareth. Tak lama, netra cokelat itu melihat sosok seorang wanita paruh baya bertubuh tambun dan berambut putih penuh uban yang digelung cepol. Dengan celemek putih di bagian depan
Hallo pembaca GCBT yang terkasih. Adakah yang tetap mengikuti cerita Bella dan sudah sampai di sini? Sepertinya tidak ada ya 😂 Sebenarnya, penulis ingin berbagi giveaway untuk pembaca setia. Namun, penulis juga takut jika tidak ada yang membaca cerita ini (nangis di pojokan wkwk) Novel ini akan berakhir sekitar lebih 200.000 kata (kalian bisa melihat di sampul bagian depan) Dan kini, sudah 190.000-an kata yang sudah penulis torehkan di cerita ini. Ya, novel ini sudah berada di penghujung cerita. Dan untuk giveaway, maukah kaliah menorehkan beberapa kata untuk penulis tentang kesan-kesan ketika membaca novel Gairah Cinta Berselimut Takdir? Ya, hanya itu. Kalian bisa menulisnya di ulasan depan dan taburkan bintang penuh 👌 Pemenangnya akan diumumkan kembali melalui pengumuman selanjutnya saat cerita ini berakhir. Dan untuk hadiahnya, beberapa orang terpilih akan mendapat kiriman sesuatu yang bers
Albert dan Margareth semakin mengerutkan kening kala mendengar cetusan dari Bella. Mereka tidak yakin jika kacang aneh itu akan menjadi minuman yang lezat. Sementara melihat Bella yang begitu bersemangat, keduanya pun mengangguk pasrah dan menuruti apa yang dikatakan sang tuan putri."Jika begitu saya akan menghancurkannya dan melarutkannya dengan air." Margareth berujar dan segera membalik tubuh untuk mengambil alat tumbuk.Bella setengah berteriak untuk menghentikan langkah wanita berambut putih penuh uban tersebut, "Tunggu! Tidak semudah itu, Margareth."Ekspresi kebingungan kembali terbit di wajah Margareth, "Jadi? Apa yang harus kita lakukan, Lady?""Banyak tahapan yang harus kita lakukan. Apakah sup daging rusa untuk makan siang para prajurit dan Pangeran sudah siap?"Margareth mengangguk, "Sudah, Lady. Tinggal menunggu siang tiba dan membagikannya.""Bagus! Sekarang, mari kita mulai tahapannya!" Bella berujar dengan penuh semang
Bella berdiri penuh semangat dengan sebuah nampan berisi beberapa cangkir kopi di tangannya. Gadis itu membuat lebih banyak kopi untuk dibagikan pada para prajurit yang telah selesai makan siang dengan menu sup daging rusa buatan Margareth.Emma yang usai membersihkan tenda ikut bergabung dan membantu Bella membawa nampan yang juga berisi beberapa cangkir kopi, begitu juga dengan Margareth yang kini sedang berdiri di samping Emma. Ya, ketiga wanita itu sedang berdiri dengan nampan yang berada di masing-masing tangan mereka.Lalu, di mana Albert berada? Prajurit itu sudah bergabung bersama prajurit lain di markas untuk menikmati makan siang. Dan kini, Bella, Emma, dan Margareth juga akan memasuki bangunan markas untuk memberikan sesuatu yang tidak pernah disangka sebagai hidangan penutup, yaitu kopi."Apakah kalian sudah siap?" Bella tersenyum mengembang sembari sedikit membusungkan dada penuh semangat.Margareth dan Emma yang berdiri di belakang Bella sek
Semua mata kini tertuju pada Bella yang sedang berdiri tegap dan menatap lekat sosok Pangeran Neraka. Mereka juga tidak dapat mengabaikan tatapan netra biru Pangeran itu yang seolah menguarkan aura dingin di udara. Percayalah! Jika orang lain yang berada di posisi Bella saat ini, maka sudah bisa dipastikan jika dalam hitungan detik orang tersebut akan meregang nyawa.Emma seketika melebarkan bola mata kala melihat Bella melakukan hal tidak terduga. Pelayan mungil itu tiba-tiba berteriak, "Lady! Biar saya bantu membuat kopi yang baru!" pekiknya dengan sigap dan berhiaskan wajah menegang."Ya, saya juga akan ikut membantu memasak airnya." Margareth ikut menimpali. Bahkan, wanita berambut putih penuh uban itu seketika berlari terbirit-birit dengan langkah panik untuk kembali ke dapur. Wanita itu begitu takut dan tidak ingin ada nyawa yang melayang karena kemarahan Pangeran Neraka. Sedangkan Emma dengan tanggap mengejar Margareth dari belakang untuk ikut membuatkan minuman
Bella berlari menuju dapur halaman terbuka yang terletak di sebelah markas. Begitu juga dengan Pangeran Glenrhys dan beberapa prajurit yang lainnya. Saat telah sampai di tujuan, sontak semua mata yang melihat membeliak sempurna. Begitu juga dengan Bella yang seketika melebarkan mata dan spontan menutup mulut yang sedikit terbuka dengan jemari tangannya.Bella terkesiap melihat Margareth yang telah tergeletak sembari mengerang kesakitan dan mengangkat sebelah tangan yang usai terkena air panas. Sebelumnya, Margareth sedang memasak air dalam kuali dengan keadaan panik. Saat air telah mendidih, Margareth mengangkatnya dengan kain. Namun, tanpa sengaja langkahnya yang sedang terburu-buru justru membuatnya tersandung sebuah batu dan air dalam kuali pun tumpah mengenai tangan sebelah kanannya.Bella berjalan mendekat. Gadis itu duduk berjongkok untuk berusaha menyingkirkan kuali yang masih berada di samping tangan Margareth. Namun, Bella sedikit memekik dan seket
Pangeran Glenrhys dan Bella telah berada di dalam tenda berwarna merah maroon. Kini, Bella terduduk di atas kursi kayu yang ada di dalam tenda yang berukuran cukup besar sebesar ruangan. Terdapat kursi kayu, meja, bahkan dipan di dalamnya.Pangeran Glenrhys mengambil sesuatu di kotak perkakas yang ada di dalam tenda. Pangeran itu kembali dengan sebuah botol kecil di tangan. Itu adalah sebuah salep yang diberikan oleh Dokter Istana untuk luka bakar yang melepuh.Jemari tangan Pangeran itu lantas menarik sebuah kursi kayu dan menyeretnya hingga berada di depan Bella yang sedang terduduk. Sosok Pangeran itu akhirnya mendudukkan tubuh di kursi itu hingga mereka berdua saling berhadapan. Tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya, ia menarik jemari lentik Bella dan mengoles lembut jemari itu dengan salep yang ia bawa."Sekali lagi aku melihatmu terluka di hadapanku, Milady." Pangeran Glenrhys berujar dengan suara yang terdengar begitu dalam dan berhiaskan waj
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y