Mereka bertiga telah menghadap sang ratu. Marimar sedikit mundur ke belakang untuk lebih menonjolkan Aurora dan Bella yang sama-sama memasuki usia dewasa dan hendak dinilai oleh sang ratu. Dua gadis itu kemudian memberikan salam dengan sopan sembari tersenyum menawan.
Ratu menatap ke arah Aurora terlebih dahulu dengan membalas senyuman gadis tersebut, "Kau terlihat sangat cantik, Lady Aurora. Tatapan matamu menunjukkan sebuah ambisi yang begitu dalam. Namun, satu pesan dariku, jangan sampai ambisimu merusak segalanya. Kau akan damai jika menghadapi semua takdir seperti air," tutur Ratu Cecilia, masih dengan senyuman.
Aurora mengangguk dengan sopan, "Terima kasih banyak, Your Majesty. Saya akan mengingat pesan Anda dengan baik," jawabnya lembut sembari menunduk.
Kini, Ratu Cecilia beralih dan menatap ke arah Bella yang tengah menatapnya dengan senyuman. Namun, jangan salah! Bella kini sedang berusaha menyembunyikan kegugupan di balik wajahnya. Kedua manik mata pe
Beberapa penduduk tampak berlalu lalang di salah satu bangunan yang ada di pusat Kota Grivendor—Ring De Claire—tempat yang biasa digunakan untuk pertandingan gulat. Seorang pria berpakaian klasik dengan topi fedora panjang dan juga sebuah tongkat di tangannya, sedang berdiri tepat di samping sebuah papan yang bertuliskan dua nama pria yang akan bertarung di pertandingan gulat."Pertarungan hari ini, Will Mondrich lawan Billie Gillispie," ucap pria itu pada penduduk yang berlalu lalang.Sedangkan tidak jauh dari pria itu, terdapat dua orang gadis yang hanya berdiri dan terus melihat ke arahnya. Mereka berdua terlihat gamang dan terus mengamati, seolah sedang berpikir untuk masuk atau tidak.Seorang gadis terbalut dengan setelan jas pria, topi fedora panjang yang digunakan untuk menyembunyikan rambut cokelatnya yang digulung, serta kumis di atas mulutnya. Sedang yang satunya seorang gadis mungil yang terbalut gaun indah dan pita jaring di rambut pendek
Bella dan Emma kini tengah berada di toko kue langganan yang sering mereka kunjungi, yaitu toko kue milik Madam Kelly. Berbagai macam kue dipajang di dalam lemari kaca model abad pertengahan. Emma memilih tart lemon kecil kesukaannya. Sedangkan Bella justru hanya bergeming dan tidak memilih apa-apa. Gadis itu tidak merasa lapar."Apakah Anda kebingungan memilih kue, Lady? Jika benar, maka biar saya bantu untuk memilihkannya," bisik Emma lirih saat melihat majikannya yang hanya diam saja.Bella seketika beralih menatap Emma, "Ehm ... tidak, Emma. Aku tidak lapar. Kau nikmati saja kue mu dan duduklah di sebelah sana! Pesanlah minuman juga dan nanti kau bisa membayar dengan koin yang ada di kantung putih yang kau bawa. Aku ingin membeli sesuatu terlebih dahulu," ujar Bella yang berpamitan secara tiba-tiba.Emma mengernyit, "Membeli apa, Lady?"Bella berpikir sejenak, "Ehm ... pena bulu angsa. Aku membutuhkan pena baru untuk membalas surat para bangsawan yang
Di bawah kedua manik mata cokelat Bella, terdapat seraut wajah tampan dan tegas seperti matahari, bibir tipis yang memberikan warna cerah di kulitnya yang pucat, alis berbentuk garis tebal legam dan sedikit menyiku di bagian ujung, serta keindahan manik mata yang membuat Bella memaku, yaitu iris mata dengan melanin berwarna biru yang menghanyutkan.Tunggu, wajah itu ... bukankah itu adalah wajah yang begitu mirip dengan Glenn Lucas?! Tanpa sadar, Bella menatap lekat manik mata biru dengan corak yang berkilauan milik pria di bawahnya tersebut. Bella tiba-tiba merasa dibawa mengitari galaksi dengan beratus-ratus biliun bintang dari manik mata itu. Otak cantik Bella kemudian membatin, 'Oh Tuhan! Mengapa tulang selangkanya juga sangat seksi?'Namun tak lama, pria di bawahnya justru menukikkan sebelah alis kala menatap gadis di atasnya yang tiada henti memandangi wajahnya. Bella seketika tersadar dan terperanjat terduduk. Kedua telapak tangan Bella bahkan menepuk-nepu
Bella, Emma, dan si pria berjubah hitam keluar bersama dari toko kue Madam Kelly. Kini, perut ketiganya sudah cukup terisi dengan kue lezat buatan wanita paruh baya tersebut.Ya, Pangeran Glenrhys telah memakan habis semua tart strawberry yang lembut dan telah terlanjur menyentuh lidahnya. Ternyata rasa kue itu sesuai dengan seleranya. Namun, sang pangeran masih terlalu enggan untuk mengakui jika kue lembut itu memang lezat."Kami akan kembali pulang. Kau juga bisa segera kembali ke rumahmu, Tuan. Jika ingin meminta sumbangan, jangan mengikuti orang dari belakang seperti tadi karena itu cukup berbahaya. Kau bisa dianggap seorang penguntit nantinya," tutur Bella panjang lebar sekaligus berpamitan.Namun, si pria berjubah hitam hanya diam. Bella berpikir sejenak hingga tiba-tiba kedua matanya berbinar cerah seolah mengerti mengapa pria di hadapannya hanya diam saja. Gadis itu seketika mengambil sebuah kantung kain putih kecil dan memberikan beberapa keping k
Dua orang pengawal Aurora bersiap menyeret paksa Bella dan Emma yang tengah duduk bersebelahan di semak-semak. Sedangkan Emma segera beranjak berdiri sembari merentangkan kedua tangan untuk melindungi Bella, "Hentikan! Kami bukan pencuri." Emma membuka pita jaring yang menutupi wajahnya, "Aku pelayan di kediaman ini. Dan yang hendak kalian tangkap adalah putri kandung pertama dari Duke Marthin. Apa kalian berani menyentuh Lady?"Dua pengawal itu sontak terkesiap dan seketika mengurungkan niatnya untuk melangkah maju. Begitu juga dengan Aurora dan Pangeran Alex yang seketika mengarahkan pandangan menatap Bella yang masih terduduk dengan pakaian seorang pria lengkap dengan topi fedora dan kumis di atas mulutnya.Bella menghela napas jengah sebelum akhirnya beranjak berdiri. Di detik berikutnya, gadis itu membuka topi fedora di pucuk kepala dan langsung menjatuhkan surai cokelatnya yang sebelumnya tersembunyi. Ia juga melepas kumis palsu di atas mulutnya. Penyamaran
Emma berada di dalam sebuah ruangan dapur yang sepi dan gelap. Gadis mungil itu berlutut di hadapan seorang wanita yang menatapnya dengan tajam. Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada dengan sebelah tangan yang terselip cambuk hitam berbahan kulit kuda nil yang menjuntai ke bawah. Tentu saja wanita itu adalah kepala pelayan—Dorothy—yang sedang bersiap menghukum Emma."Ck! Berbalik dan perlihatkan betismu!" Dorothy berucap dingin dengan seringai miring yang tersempil di bibirnya.Tubuh Emma yang sedang berlutut tanpa sadar bergetar tak terkendali. Gadis itu tetap menunduk dan tidak segera berbalik dengan bibir terkatup rapat seiring jarum jam antik yang berdetak di ruang dapur tersebut. Sementara Dorothy menukikkan sebelah alis kala melihat Emma yang hanya diam saja."Apa kau tidak mendengarku? Lima kali cambukan kurasa pantas untukmu."Emma menelan ludah yang terasa serat, "A-apakah hukuman itu tidak terlalu berlebihan, Kepala Pelayan?
Bella mengoleskan salep di betis Emma yang sedang tidur tengkurap. Emma meringis perih kala jemari lentik Bella yang terlumuri oleh benda berbentuk gel itu menyentuh permukaan kulitnya. Sekujur tubuh gadis mungil itu masih tergigil kesakitan dengan wajah memucat.Sedangkan Anna yang berdiri di belakang Bella ikut meringis perih kala mendengar rintihan Emma, "Ehm ... biar saya saja yang melakukan semuanya, Lady. Tidak baik jika Anda berlama-lama di tempat seperti ini," sahut Anna yang ingin menggantikan Bella untuk merawat Emma. "M-maaf, saya hanya tidak ingin ada rumor buruk yang tersebar sebelum satu minggu keberangkatan Anda ke istana. Saya tidak memiliki maksud lain, Lady."Pelayan suruhan Duke Marthin itu sedang menjalankan tugas untuk selalu menjaga dan mengawasi Bella agar tidak terjadi masalah ataupun rumor tidak menyenangkan yang bisa tersebar selama satu minggu ini.Bella menghela napas panjang, "Tidak perlu, Anna. Jika kau begitu mengkhawatirkank
Pria itu menukikkan sebelah alis mendengar kalimat berani yang keluar dari mulut gadis kecil yang baru saja menimpuk kepala botaknya dengan batu. Wajahnya berubah merah menahan amarah. Namun, sejenak ia mengamati penampilan gadis kecil pemberani itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.Dengan gaun mewah bawahan mengembang berwarna kuning cerah, pita cantik berhias permata di rambut cokelatnya yang tertata indah, serta sepasang sepatu mahal yang ada di kakinya, tentu saja gadis itu bukan rakyat biasa. Lebih terlihat seperti seorang putri bangsawan. Ya, gadis kecil itu adalah Bella.Seringai miring seketika terbit di bibir si pria botak, "Mengapa aku merebut uang miliknya katamu?" Pria itu mengulang pertanyaan Bella sembari berdecak, "Karena aku ingin. Dan kini, aku juga akan merebut apa yang kau punya. Cepat berikan aku banyak koin emas, gadis kecil! Kau pasti memilikinya bukan?" pintanya sembari membungkukkan tubuh untuk menyejajarkan tubuh di hadapan Bella semba
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y