Virna mengambil minum karena Randy yang menyuruh dirinya. Virna dengan sangat malas melakukan itu semuanya. Apalagi minuman ini bukan untuk Randy melainkan untuk kekasihnya.
"Hei Virna ini airnya kepenuhan!" peringat Sari yang hampir saja berteriak karena panik.
Virna langsung sadar dengan kecerobohan dirinya. Bisa-bisanya dia malah melamun tadi. Sekarang dia yang harus membereskan semua ke kacauan ini.
"Maaf Sari, aku tidak sengaja."
"Lagian sudah tau lagi buat minuman, malah melamun kaya gitu. Pasti lagi melamunin Tuan Muda yah," goda Sari pada Virna.
"Apa sih bi, siapa juga yang malah memikirkan dia. Kaya gak ada pria lain aja yang lebih ganteng dari dia."
Sari yang mendengar itu malah tertawa, padahal niatnya hanya bencanda doang tapi, Virna malah menganggap dirinya serius. "Aku hanya bencada saja, lagian Tuan Muda juga sudah punya kekasih, tidak mungkin mau dengan wanita seperti dirimu bukan?"
Virna hanya mencebikan bibirnya dengan kesal ketika mendengar ucapan dari Sari, entah kenapa dia malah ingin melakukan sesuatu. Dia melihat minuman yang sudah siap saat ini. Dia membawakan minuman itu di ruangan tamu. Baru juga dia akan ke sana menaruh minum, matanya sudah ternodai duluan dengan adegan yang membuat dia kesal.
Bayangkan saja kalau saat ini Randy sedang menindih tubuh wanita yang diduga adalah kekasih dirinya. Entah dia akan maju atau diam di sini dulu agar tidak menganggu kegiatah dua orang yang ada dihadapannya.
Menyadari ada sosok lain, akhirnya Randy langsung menjauhkan dirinya dari bandan kekasihnya itu. Lalu pamdangan matanya kini beralih pada Virna yang sedang membawakan minum.
"Hei maid, kenapa hanya berdiri di situ saja, kasian kekasihku yang saat ini merasa haus!" ujar Randy memudarkan Virna dari lamunannya.
Virna akhirnya berjalan menghampiri Randy yang sedang duduk, dia membawakan minum untuk tamu. Ketika dia sedang berjalan dan menaruh minuman tiba-tiba ada kaki lain yang sengaja membuat dia merasa tidak imbang dan membuat minum yang dia bawa terjatuh.
"Ya ampun," wanita yang ada di dekaf Randy malah menuatup mulutnya tanpa ada rasa bersalah sama sekali. Dia benar-benar tidak menyangka kalau semuanya akan jadi rumit.
"Kamu tidak bencus jadi pembantu!" maki Randy pada Virna.
Virna menatap marah pada kekasih Randy yang sudah membuat dirinya jatuh. Apa yang wanita itu mau sebenarnya sehingga membuat dia jadi begini. Jujur saja dia jadi marah sekarang.
"Ini semuanya bukan salah saya, dia berusaha untuk menghlangi jalan tadi," bela Virna pada Randy.
"Eh maid! Kamu yang salah bukan saya yah. Main salah tuduh saja jadi oramg. Sayang pecat aja orang kaya gitu gak ada gunanya," wanita itu bergelayut manja pada tangan Randy.
Virna yang melihat itu semuanya malah memutar bola matanya dengan jengah. Jujur saja dia merasa kesal dengan wanita yang penuh akan drama malah menyalahkan dirinya. Apalagi aampai meminta Randy untuk memecat dirinya.
Eh tunggu dulu, jika benar nanti dirinya di percat maka rencanya tidak akan berhasil. Virna kembali menoleh kearah wanita itu dengan pandangan sinis. Dia harus menceritahu tentang wanita itu agar dia lebih mudah memberikan pelajaran nantinya.
"Aku masih membutuhkan dia," gumam Randy membuat Virna lebih tenang. Setidaknya Randy tidak akan mebyalahakan dirinya dengan cepat saat ini. Dia akan merasa lebih lega nanti.
"Tapi..."
Wanita itu terus merajuk pada Randy tapi, Randy mengelus kepalanya dengan lembut. "Kamu tenang saja yah. Aku akan menyuruh dia meminta maaf padamu."
Randy mengatakan itu lalu kinu pandangan matanya melihat kearah Virna dengan pandangan mata yang tajam. "Minta maaf pada Windi sekarang!"
Virna menatap tajam, jadi wanita yang ada di dekat Randy saat ini namanya Windi. Dia akan menyuruh informan nya untuk mencaritahu tentang wanita itu nanti.
"Saya tidak mau! Itu bukan salah saya," Virna mengatakan itu dengan tenang. Dia tidak akan meminta maaf karena memang itu bukan kesalhan dirinya. Untuk apa dia meminta maaf dengan apa yang bukan jadi kesalahannya.
"Dia maid belagu banget, lebih baik kamu pecat saja Randy," gumam Windi yang kini menyuruh Randy untuk memecat Virna.
Randy melihat kearah Virna dan akan memecatnya tapi baru juga dia berkata, matanya malah tertuju pada bibir ranum milik Virna yang bagaikan camdu untuk dirinya. Randy langsung menggelengkan kepalanya dengan sekilas saja.
"Minta maaf atau kamu saya pecat!"
Virna kesal dengan ancaman itu, dia tidak bisa melakukan apapun selain menuruti apa yang dikatakan oleh Randy karena dia tidak mau segera di pecat, misinya belum terselesaikan untuk balas dendam pada keluarga ini.
"Aku mimta maaf."
Virna mengatakan itu membuat Windi tertawa mendengar semuanya. "Makanya jadi maid aja jangan sok belagu," maki Windi pada Virna.
Virna menatap wanita itu dengan penuh kebencian. Belum lagi Randy yang lebih membela wanita itu, dia langsung menghentakan kakinya.lalu memutuskan untuk pergi ke dapur karena merasa muak dengan dua pasangan yang ada di depannya.
Randy hanya melihat kepergian dari Virna sekilas sambil tersenyum tipis. Windi melihat kearah Randy yang terlihat memperhatikan maid tersebut.
"Aku jadi merasa curiga kenapa maid itu malah belagu kaya gitu. Sepertinya dia menyimpan sesuatu rahasia deh," ucap Windi secara tiba-tiba membuat Randy yang kini malah terdiam mendengarkan ucapan Windi.
Randy menang merasakan hal itu dan dia akan bertanya pada Papahnya nanti. Mungkin dia akan menemukan jawaban yang sebenarnya nanti.
"Sudah Win, jangan diambil pusing."
Windi hanya terlihat biasa saja tapi dia akan mencaritahunya sendiri karena memang dia mencurigai sesuatu. Jangan sampai nanti wanita itu jadi penghalang untuk dirinya mendapatkan harta milik Randy.
"Jangan sampai nanti dia akan menjadi penghalang untukku," gumam Windi.
Virna sedang berada di kamar yang memang sudah disediakan khusus para maid yang memang bekerja ditempat ini. Dia merasa tidak nyaman karena menurutnya kasur ini terlalu keras dibandingkan dengan kasur yang selalu dia gunakan."Aku harus terbiasa mulai sekarang," gumam Virna yang kini melihat kearah tempat tidurnya sendiri. Dia melakukan itu semuanya hanya untuk menemukan bukti kalau memang keluarga ini adalah dalang dari semuanya.Ponsel Virna tiba-tiba berdering malam-malam seperti ini, dia melihat siapa orang yang menghubunginya."Hallo, Kenapa?""Saya sudah menemukan informasi tentang Windi, dia anak dari Mulani Bitara pemilik PT.Mulani Jaya."Virna tau PT Mulani jaya itu hampir saja bangkrut dulu, entah kenapa tiba-tiba PT itu kini bisa maju, mungkin ada hubungannya dengan hubungan Windi dengan Randy, pasti keluarga Gustav yang menolong perusahaan itu. Mulani menyembunyikan anaknya dan juga sauminya, sekarang dia s
Virna menoleh kearah jendela dengan pandengan was-was, entah kenapa dia malah merasa kalau ada seseorang yang mengintip dirinya dari balik jendela tadi. Virna akhrinya memutuskan untuk membuka jendelanya karena penasaran. Ketika dia baru saja membukanya dan memang tidak melihat siapapun ditempat ini."Mungkin hanya perasaanku saja," gumam Virna yang kini akhrinya menutuskan untuk menutup jendelannya dengan tenang. Mungkin benar itu hanya perasaannya saja dan dia tidak mau ambil pusing tentang hal ini.Virna melihat kearah kasur yang memang menurut dirinya keras. Maklum saja karena selama ini dia tidur dikasur yang memang terbilang lembut. Sekarang dia tidak bisa tidur dengan nyenyak pake kasur yang keras begini.Virna mencoba untuk membaringkan badannya diatas kasur. Dia memejamkan matanya dengan sekilas saja. Berharap semuanya akan segara berakhir sesuai dengan keinginan dirinya.***Di tempat lain, Windi sedang bersama den
Randy memperhatikan Virna yang sedang membersihkan semua ruangan. Dia masih merasa curiga dengan Virna dan mulai sekarang Randy sudah bertekad akan terus memata-matai Virna karena dia yakin kalau Virna sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya.Kali ini dia yakin kalau semua yang dia lakukan memang benar adanya sesuai dengan keinginan dirinya. Jika memang ini yang terbaik untuk dirinya maka dia akan melakukan semuanya sesuai dengan keinginan dirinya."Ambilkan saya minum!""Baik Tuan Muda Randy."Virna berjalan dengan begitu saja kearah dapur untuk mengambilkan minum untuk Randy. Entah kenapa Virna merasa kalau Randy terus saja memperhatikan dirinya.Randy melihat kepergian dari Randy, Dia tersenyum dengan penuh arti saja. Semua yang dia lakukan sudah sesuai dengan keinginan dirinya."Kamu gak ke kantor Randy?" tanya Gustv yang kini datang menghampiri anaknya."Sepertinya aku tidak akan ke kantor P
Virna tidak tau harus melakukan apalagi setelah ini. Semua yang dia lakukan harus benar sesuai dengan keinginan dirinya. Mau tidak mau maka dia akan melakukan semuanya sesuatu sesuai dengan keinginan dirinya."Jawab!"Randy sudah menatap Virna dengan tatapan tajamnya. Menunggu wanita itu yang akan mengatakan semuanya padanya. Dia yakin kalau Virna bukan orang yang sembarangan."Saya tidak menyembunyikan apapun!"Virna mengatakan itu dengan penuh keberanian pada Randy. Dia tidak boleh kalah dengan Randy yang kini sudah mulai curiga padanya. Dari mana Randy bisa mengetahui semuanya? Virna harus hati-hati agar semuanya tidak ketahuan.Randy tersenyum dengan seringai dirinya dengan penuh arti. Dia menarik tangan Virna dengan menarik tangannya. Semua yang dia lakukan memang benar adanya sesuai dengan keinginan dirinya."Jangan pernah berbohong padaku!"Randy menatap wanita yang ada di depannya dengan sin
Virna akhirnya memutuskan untuk menghubungi orang kepercayaan dirinya. Setidaknya semuanya aka jadi lebih baik sesuai dengan rencana awalnya."Hallo, aku butuh bantuan dirimu," gumam Virna demgan pelan pada seseorang yang ada di sebrang telepon. Apapun yang dia lakukan saat ini sudah benar sesuai dengan keinginan dirinya akan jadi lebih baik."Butuh bantuan apa?""Kamu harus mencaritahu tentang musuh Gustav selain ayah saja.""Untuk apa?" tanya orang yang ada di sebrang telepon itu dengan pandangan penuh artinya."Randy sudah mulai mencurigai diriku."Virna merasa gelisah karena takut ada orang yang mencurigai dirinya bicara. Jamgan sampai ada yang mendengar pembicaraan dirinya karena ini sangat berbahaya untuk dirinya."Neon Hitansi. Dia juga musuh Gustav, kamu sebut nama itu saja agar Randy percaya.""Terimakasih banyak, kalau begitu sambungan telponnya aku tutup dulu," gumam Virna yang kin
"Kau mengancamku?" Virna menatap Randy dengan pandangan menyelidik. Dia hanya tidak ingin semuanya terjadi. "Tidak, aku tidak sedang mengancam dirimu, aku hanya memberikan penawaran yang istimewa untukmu. Apa kamu mau menerimanya hm?" tanya Randy yang kini tersenyum dengan seringai nakalnya melihat kearah Virna. Tidak ada pilihan lain selain menuruti apa yang diiginkan oleh pria itu. Tapi bagaimana bisa dia menjadi seorang pelacur yang hanya menghangatkan ranjang tuan mudanya. Randy bersidekap dengan angkuh ketika melihat wajah Virna yang nampak kebingungan. Dia hanya tersenyum dengan tidak sabar menunggu jawaban yang akan diberikan oleh wanita itu padanya. Seorang maid mudah saja untuk dia kendalikan, apalagi dengan dirinya yang memang mempunyai kekuasaan yang tidak terhingga. Ini akan memudahkan dia melakukan semuanya. "Kalau aku tidak mau menuruti keinginan dirimu, maka apa yang akan kamu lakukan?
Randy menatap Virna dengan pandangan laparnya. Dia perlahan namun pasti mencoba melepaskan kain baju yang digunakan oleh Virna saat ini.Virna hanya bisa memejamakan matanya, entah keputusan ini benar atau salah untuk dirinya. Dia tidak menyangka kalau semua yang dia lakukan akan jadi lebih rumit lagi.Randy mendekatkan bibrinya pada Virna dengan sekilas. Dia tidak menyangka kalau semuanya akan jadi lebih baik lagi. Randy memperhatikan wajah Virna yang menurut dirinya beda."Kamu terlihat tegang sekali.""Ini yang pertama kalinya," gumam Virna yang mencoba untuk jujur pada Randy. Sebelumnya Virna belum pernah melakukan hubungan yang penuh akan gairah seperti ini.Randy terkejut ketika mendemgar apa yang dikatakan oleh Virna barusan. Dia kira kalau Virna sudah berpengalaman. Padahal waktu pertama kali dia mencium wanita itu, terlihat sekali kalau dia memang profesional."Bagus artinya aku adalah orang yang pertam
Randy mengangkat tangan Virna ke atas kepalanya karena tangan itu yang sudah mengahalangi pemandangan indahnya. Dua gendungan merah jambu yang membuat Randy merasa gemas dan pada akhirnya dia mencoba untuk menikmatinya."Manis," bisik Randy pada telinga Virna ketika dia yang kini sudah tau titik sensitif milik wanita itu. Dia sudah tau di mana letaknya dan dia lebih mudah menggoda Virna sekarang."Lepaskan.""Jangan munafik, aku tau kamu juga menikmatinya kan?""Tidak! Aku menyesal."Virna mengatakan itu membuat Randy kini marah besar padanya. "Terlambat, aku sudah akan menikmati tubuhmu," hardik Randy sambil menatap kearab Virna."Aku mohon, jangan lakukan ini.""Kamu sudah berjanji tadi, ikuti perintahku saja!" ucap Randy yang tidak mau dibantah. Apalagi dengan tubuh polos milik Virna yang kini membuat nafsunya semakin meningkat."Jamgan lakukan itu," mohon Virna yang tidak mumgkin di denga
"Kenapa lo nyerang gue hah?" Randy merasa heran ketika orang tersebut yang tiba-tiba menyerang dirinya dengan brutal. Memangnya apa salahnya sekarang? "Sudah hentikan nak," sergah Inah yang memang tidak mau kalau sampai terjadi perkelahian di sini. Dia masih berusaha yang terbaik untuk dirinya, membela dirinya yang memang terasa sakit. Randy menatap kearah pria tersebut. "Lo siapa sebenarnya main pukul gue begitu?" Randy juga penasaran dengan orang yang ada dihadapannya. Tidak mungkin kalau dia adalah keluarga dari Virna katena semua keluarga sudah tidak ada kecuali Pamannya yang licik tersebut. d Inah mencoba untuk menenangkan anaknya agar tidak terbawa dengan omosi sekarang ini. Apalagi Inah juga tahu kalau Randy orang Yann baik. "Dia anak saya," jawab Inah. "Oh anak pembantu rupanya," hina Randy. "Kurang ajar lo yah, brengsek!" Maki Firman ketika dirinya direndahkan seperti itu oleh Randy. Sampai Randy teringat dengan niat kedatangannya ke sini yaitu untuk
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
"Sekarang kamu sudah percaya padaku bukan?" jelas Randy sambil melirik kearah Virna. "Terimakasih banyak atas bukti ini." Virna hanya mengucapakan terimakasih saja pada Randy. Dia sama sekali tidak menyangka atas semuanya. Orang yang selama ini dia percaya ternyata sudah menghianatinya. "Apa sekarang kamu percaya padaku?" tanya Randy pada Virna. Virna melirik kearah Randy dengan sekilas lalu dia menganggukkan kepalanya. Dia percaya pada Randy yang sudah beruat baik padanya. "Tapi tetap saja kamu adalah pria berengsek di mataku!" ketus Virna ketika dia yang mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Randy ketika dirinya menjadi maid dulu. "Haha kalau itu memang benar adanya. Aku memang pria berengsek. Tapi aku berani mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi, termasuk dengan menikahimu," bisik Randy membuat Virna membulatkan matanya. Apa pria yang ada dihadapannya itu serius? Atau hanya bualan saja. Virna menggelengkan kepalanya, Randy pasti hanya ingin bermain-main saja
"Kamu senang kan Randy, melihat aku yang seperti ini?" maki Virna dengan kesal menatap kearah Randy. Randy menggelengkan kepalanya, selama ini Virna selalu salah paham dengan dirinya terus. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kalau Virna memang dikendalikan dulu oleh pamannya. "Kamu salah jika berpikir seperti itu Virna. Aku tulus padamu.""Terserah aku tidak peduli.""Kamu tinggal di apartemen ku untuk sementara bersama dengan Bi Inah." Randy mengatakan itu karena merasa kasian dengan Virna. Apalagi saat ini Virna sedang hamil anaknya juga. Randy tidak akan lari dari tanggung jawab nya. Apalagi ibunya sendiri yang memintanya untuk hal ini. "Aku tidak mau!" tolak Virna dengan mentah. Dia bisa punya tempat tinggal sendiri. Virna tau kalau semuanya akan jadi lebih baik. Virna tau kalau urusan ini pasti bisa dia selesaikan dengan baik. "Aku tidak terima penolakan Virna. Menurutlah padaku dan tinggal bersama denganku," mohon Randy mencoba untuk membujuk Virna. "Tidak!" Randy me
"Paman Omawa."Virna memanggil pamannya karena dia merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. menurutnya ini sedikit janggal. Ada hal yang aneh ketika Pamannya tidak membela dirinya tadi."Kenapa Virna?" tanya Omawa ketika melihat kearah Virna."Paman tidak membalaku tadi." "Untuk apa? bukannya sudah jelas. Kamu sudah tidak punya hak di perusahaan ini lagi, semua karyawan yang ada di sini juga sudah menganggap kinerjamu sangat buruk.""Apa maksud paman? aku ini keponakanmu paman?" protes Virna."Hahaha tapi sekarang tidak lagi, kamu sudah tidak punya apapun juga sekarang. untuk apa aku membelamu." jleb...Rasanya sakit ketika pamannya sendiri yang dia percaya malah membuang dirinya, sekarang dia bisa melihat kerakter dari pamannya yang memang licik. "Aku tidak menyangka ternyata paman sangat licik," ujar Virna memaki pamannya sendiri."Terserah." Virna lantas pergi dari tempat ini karena rasa kecewanya, dia bahkan tidak menyangka dengan sikap pamannya. Virna diam seje
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi