Virna baru saja akan memasuki kantornya. Semua karyawan sudah berdemo agar tidak melakukan kerjasama dengan perusahaan milik Gustav Stevanus.
"Ada apa ini?"
Virna menghampiri semua karyawannya, diantara mereka sudah membawa spanduk berisikan kalau dia harus membatalkan kerjasama yang sudah dia sepakati.
"Kamu ingin Bu Virna membatalkan kerja sama itu."
"Iya kami semuanya setuju."
Semua orang mengatakan itu dan Virna tidak bisa mengambil keputusan dengan sepihak begitu saja.
"Kalian tenang dulu, kita bisa bicarakan baik-baik."
Virna berusaha untuk menenangkan semua orang yang ada di tempat ini. Dia cukup yakin kalau semuanya akan berjalan dengan baik.
"Kami tidak bisa tenang sebelum Ibu Virna membetalkan semuanya."
"Iya, semenjak Ibu Virna jadi pemimpin, semuanya malah jadi berantakan. Sudah bagus sama Pak Omawa saja," sindir wanita yang memakai baju sedikit ketat.
"Benar ini
Virna membuka matanya ketika dia yang kini malah mencium bau obat-obatan yang membuat dia tidak suka. Seketika ingat dengan demo yang tadi di kantor sebelum kepalanya merasa pusing."Kamu sudah sadar sekarang."Virna melihat orang yang menghampirinya saat ini. Dia menaikan sebelah alisnya ketika melihat Randy ada di sini juga."Kamu ngapain ada di sini?" ketus Virna."Aku ke sini tadi membawa kamu yang pingsan. Karyawan kamu terlihat tidak perduli denganmu tadi. Beruntung aku dengan sigap membawa kamu ke sini," jelas Randy.Virna terdiam, lalu dia panik ketika mengingat sesuatu. Apa Randy sudah mengetahui kalau dirinya sedang hamil. Ini akan sangat membanggakan dirinya sendiri."Apa yang dikatakan oleh dokter?" tanya Virna."Dia tidak mengatakan apapun."Randy sengaja mengatakan itu karena dia ingin melakukan ekpresi wajah dari Virna."Syukurlah," ujar Virna memegangi jantungnya
Mulani menemui seseorang karena memang dia ingin mengetahui semuanya. Termasuk dengan wanita yang bernama Virna anak dari Wijaya.Dia hanya ingin memastikan kalau perusahaan itu sudah baik-baik saja. Dan dengan begitu dia bisa melakukan rencananya yang baru.Mulani turun dari mobilnya ketika dia yang sudah berdiri di depan perusahaan a ini."Perusahaan ini memang sudah kembali bangkit."Mulani tersenyum dengan seringainya. Dia berjalan masuk ke dalam kantor ini."Permisi, apa saya boleh bertemu dengan pemilik perusahaan ini?" tanya Mulani dengan berani."Oh maaf Bu. Kebetulan Bu Virna sedang tidak ada."Mulani tersenyum, wanita itu rupanya sedang tidak ada. Lalu dia melihat kearah resepsionis lagi."Apa Pak Omawa Wardana masih bekerja di tempat ini?" tanya Mulani."Ada Bu. Dia masih bekerja di sini."Mulani yang mendengar itu tersenyum dengan seringainya. Akhirnya dia bisa
Virna sedang diam di rumahnya sendiri. Dia memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tentang pria itu yang akan bertangungjawab padanya."Apa Randy sungguh-sungguh?" gumam Virna yang memang sedikit merasa ragu."Non Virna makan dulu yah."Bi Inah salah satu pembantu di rumah ini langsung menghampiri dirinya dan mengatakan akan membantu dirinya saat ini.Dia sedikit merasa bahagia dan sekaligus merasa lega karena semua yang dia ingin selalu terpenuhi."Terimakasih Bi."Virna mencoba untuk memakan itu semuanya tapi, mulutnya seperti menolak. Dia malah ingin makanan lain. Mungkin ini yang dimaksud oleh dokter kalau dia pasti akan mengalami ngidam."Bi Inah, sepertinya aku tidak mau makan ini.""Kenapa non? Apa non tidak suka?"Virna menggelengkan kepalanya, bukan dia yang tidak suka, hanya saja ada hal yang memang harus dia lakukan dengan baik."Bukan begitu bi.""Lalu
Virna baru saja sarapan dan dia akan berangkat ke kantor. Baru juga dia akan keluar dari rumah. Matanya melihat kearah Randy yang sudah berdiri di sana. "Hai," sapa Randy pada Virna. Virna memutar bola matanya jengah ketika melihat ini semuanya. Dia bahkan merasa kesal atas apa yang dia lihat saat ini. Kenapa juga Randy sudah berdiri di tempat ini. Dia malah dibuat kesal sekarang. Apa yang ddiginkan pria itu sehingga menemui dirinya. "Untuk apa kamu ada di sini?" Virna memutar bola matanya jengah, dia sangat muak melihat wajah dari Randy sebenarnya. "Tentu saja aku akan menjemput ibu dari anakku," ujar Randy dengan santai sambil mengedipkan matanya. Virna malah terheran melihat tingkah aneh dari Randy, pria itu bahkan sudah berani untuk menggoda dirinya seperti ini. "Aku bisa berangkat sendiri." Virna berkata dengan ketus tapi, Randy tetap pada pendiriannya. Dia melihat kearah Virna. "Kamu pikir aku akan mengijinkan kamu untuk berangkat sendiri sambil mengendarai mobil?
Mulani tengah tersenyum dengan bahagia bersama dengan anaknya. Dia bisa mendapatkan harta yang dia inginkan tanpa harus bergantung pada Randy. "Sekarang kamu merasa puas sayang," ujar Mulani pada anaknya dengan senyuman penuh rencana busuk. Orang jahat seperti dia memang susah untuk menjadi baik. "Kenapa ibu gak bilang kalau aku adalah anak dari orang kaya juga. Tau begitu aku tidak usah mengemis cinta pada Randy." Windy tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibunya awalnya. Tapi dia bahagia karena artinya dia anak dari orang kaya raya dan tidak usah mengemis cinta pria brangkotan atau tua lagi sebagai kolega bisnis mereka. "Ibu juga baru tau. Semuanya gara-gara anak sialan itu datang. Jadi tau deh perusahan ini yang waktu itu katanya bangkrut jadi bisa kembali bangkit," jelas Mulani. "Tapi aku heran deh, kenapa Virna sambil menyambar jadi maid di rumah Randy? Pasti ada alasan lain dong dibalik semuanya," ujar Windy. "Mana ibu tau, lagian itu udah gak penting lagi. Se
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi
"Paman Omawa."Virna memanggil pamannya karena dia merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. menurutnya ini sedikit janggal. Ada hal yang aneh ketika Pamannya tidak membela dirinya tadi."Kenapa Virna?" tanya Omawa ketika melihat kearah Virna."Paman tidak membalaku tadi." "Untuk apa? bukannya sudah jelas. Kamu sudah tidak punya hak di perusahaan ini lagi, semua karyawan yang ada di sini juga sudah menganggap kinerjamu sangat buruk.""Apa maksud paman? aku ini keponakanmu paman?" protes Virna."Hahaha tapi sekarang tidak lagi, kamu sudah tidak punya apapun juga sekarang. untuk apa aku membelamu." jleb...Rasanya sakit ketika pamannya sendiri yang dia percaya malah membuang dirinya, sekarang dia bisa melihat kerakter dari pamannya yang memang licik. "Aku tidak menyangka ternyata paman sangat licik," ujar Virna memaki pamannya sendiri."Terserah." Virna lantas pergi dari tempat ini karena rasa kecewanya, dia bahkan tidak menyangka dengan sikap pamannya. Virna diam seje
"Kenapa lo nyerang gue hah?" Randy merasa heran ketika orang tersebut yang tiba-tiba menyerang dirinya dengan brutal. Memangnya apa salahnya sekarang? "Sudah hentikan nak," sergah Inah yang memang tidak mau kalau sampai terjadi perkelahian di sini. Dia masih berusaha yang terbaik untuk dirinya, membela dirinya yang memang terasa sakit. Randy menatap kearah pria tersebut. "Lo siapa sebenarnya main pukul gue begitu?" Randy juga penasaran dengan orang yang ada dihadapannya. Tidak mungkin kalau dia adalah keluarga dari Virna katena semua keluarga sudah tidak ada kecuali Pamannya yang licik tersebut. d Inah mencoba untuk menenangkan anaknya agar tidak terbawa dengan omosi sekarang ini. Apalagi Inah juga tahu kalau Randy orang Yann baik. "Dia anak saya," jawab Inah. "Oh anak pembantu rupanya," hina Randy. "Kurang ajar lo yah, brengsek!" Maki Firman ketika dirinya direndahkan seperti itu oleh Randy. Sampai Randy teringat dengan niat kedatangannya ke sini yaitu untuk
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
"Sekarang kamu sudah percaya padaku bukan?" jelas Randy sambil melirik kearah Virna. "Terimakasih banyak atas bukti ini." Virna hanya mengucapakan terimakasih saja pada Randy. Dia sama sekali tidak menyangka atas semuanya. Orang yang selama ini dia percaya ternyata sudah menghianatinya. "Apa sekarang kamu percaya padaku?" tanya Randy pada Virna. Virna melirik kearah Randy dengan sekilas lalu dia menganggukkan kepalanya. Dia percaya pada Randy yang sudah beruat baik padanya. "Tapi tetap saja kamu adalah pria berengsek di mataku!" ketus Virna ketika dia yang mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Randy ketika dirinya menjadi maid dulu. "Haha kalau itu memang benar adanya. Aku memang pria berengsek. Tapi aku berani mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi, termasuk dengan menikahimu," bisik Randy membuat Virna membulatkan matanya. Apa pria yang ada dihadapannya itu serius? Atau hanya bualan saja. Virna menggelengkan kepalanya, Randy pasti hanya ingin bermain-main saja
"Kamu senang kan Randy, melihat aku yang seperti ini?" maki Virna dengan kesal menatap kearah Randy. Randy menggelengkan kepalanya, selama ini Virna selalu salah paham dengan dirinya terus. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kalau Virna memang dikendalikan dulu oleh pamannya. "Kamu salah jika berpikir seperti itu Virna. Aku tulus padamu.""Terserah aku tidak peduli.""Kamu tinggal di apartemen ku untuk sementara bersama dengan Bi Inah." Randy mengatakan itu karena merasa kasian dengan Virna. Apalagi saat ini Virna sedang hamil anaknya juga. Randy tidak akan lari dari tanggung jawab nya. Apalagi ibunya sendiri yang memintanya untuk hal ini. "Aku tidak mau!" tolak Virna dengan mentah. Dia bisa punya tempat tinggal sendiri. Virna tau kalau semuanya akan jadi lebih baik. Virna tau kalau urusan ini pasti bisa dia selesaikan dengan baik. "Aku tidak terima penolakan Virna. Menurutlah padaku dan tinggal bersama denganku," mohon Randy mencoba untuk membujuk Virna. "Tidak!" Randy me
"Paman Omawa."Virna memanggil pamannya karena dia merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. menurutnya ini sedikit janggal. Ada hal yang aneh ketika Pamannya tidak membela dirinya tadi."Kenapa Virna?" tanya Omawa ketika melihat kearah Virna."Paman tidak membalaku tadi." "Untuk apa? bukannya sudah jelas. Kamu sudah tidak punya hak di perusahaan ini lagi, semua karyawan yang ada di sini juga sudah menganggap kinerjamu sangat buruk.""Apa maksud paman? aku ini keponakanmu paman?" protes Virna."Hahaha tapi sekarang tidak lagi, kamu sudah tidak punya apapun juga sekarang. untuk apa aku membelamu." jleb...Rasanya sakit ketika pamannya sendiri yang dia percaya malah membuang dirinya, sekarang dia bisa melihat kerakter dari pamannya yang memang licik. "Aku tidak menyangka ternyata paman sangat licik," ujar Virna memaki pamannya sendiri."Terserah." Virna lantas pergi dari tempat ini karena rasa kecewanya, dia bahkan tidak menyangka dengan sikap pamannya. Virna diam seje
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi