Tiffany bingung. Dia tidak bisa memahami apa pun yang ada dalam pikiran Jackson. Tentu, Tiffany ingin sukses dalam karirnya, tetapi dia tidak pernah berpikir untuk menyerah pada bayinya untuk itu. Ketika dia mendengar tentang kehamilannya, emosi yang dia rasakan adalah kegembiraan yang tulus. Sejak dia melihat betapa menggemaskannya Aristotle, dia juga jadi menginginkan seorang anak.Tiffany berencana untuk meminta cuti melahirkan saat dia sudah mendekati tanggal persalinannya, kemudian melanjutkan bekerja setelah cuti itu berakhir. Pikiran tentang aborsi tidak pernah terlintas dalam pikirannya.“Tidak. Aku tidak akan menyerah pada bayinya. Aku bahkan tidak berpikir itu akan mempengaruhi pekerjaanku sama sekali.” Ucapnya.Jackson terdiam sesaat sebelum menjawab, “Dengarkan aku. Lakukanlah aborsi.”Saat itulah Tiffany mengerti bahwa pendapatnya tidak pernah masuk dalam pertimbangan Jackson.Kesadaran itu memberikan sensasi dingin padanya. “Kenapa? Kenapa? Bisakah kau setidaknya me
”Apa yang kau lakukan disini?” Tiffany terisak sedih saat mereka bertemu. “Dimana Si Gemas? Apakah kau benar-benar meninggalkannya di rumah?”Walaupun Arianne merasa sedih, dia tidak menunjukkannya, “Jangan khawatir, ayahnya bersamanya. Apa yang perlu aku khawatirkan? Aku memutuskan untuk datang kesini dan tinggal beberapa hari untuk bersenang-senang dan menemaninu. Bagaimana hubunganmu dengan Jackson?”“Dia berpikir kalau Alejandro adalah ayah dari bayi ini, dia mau aku untuk mengaborsinya. Aku menutup teleponnya dengan marah dan dia belum menelponku lagi setelah itu, dia benar-benar membuatku gila…”Arianne menyeka air matanya. “Baiklah, jangan menangis, wanita hamil tidak boleh menangis. Bayi nya akan bisa merasakannya setiap kali kau sedih. Rasa curiga adalah musuh terbesar setiap orang. Itu bisa menghancurkan kepercayaan antara dua orang. Ada dua cara untuk mengatasi ini sekarang; antara, kau dan Jackson bicara dengan tenang dan yakinkan dia bahwa itu adalah bayinya, atau kau m
Mark mengeluarkan ponselnya berkali-kali, dia merasa seperti sudah tidak tahan untuk tidak menelpon Arianne, tapi dia takut kalau Arianne akan menolak panggilan teleponnya lagi. Dan itu hanya akan semakin membuatnya kesal. Dia harus menahannya. Dia harus berhenti memanjakan Arianne dan juga Aristotle. Mereka berdua terlalu dimanjakan.Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruang kerja Mark. seorang wanita muda berpostur tinggi, langsing, memakai pakaian kantor dengan rambut diikat memasuki ruang kerja Mark. “Pak Tremont, ucapnya lembut. “Pihak direktur memintaku untuk membawakan berkas-berkas ini kesini. Aku tidak mengetuk pintu karena aku takut akan membangunkan bayinya. Haruskah aku tinggalkan ini dimejamu?”Mark mengangguk. “Letakan saja disini. Aku akan memeriksanya saat aku ada waktu.” setelah dia mengatakan itu dia menyadari kalau staff wanita itu telah melepaskan sepatu hak tinggi nya saat dia masuk. Tapi dia tidak memakai sandal sekali pakai yang sudah disediakan di depan pintu ma
Pertemuannya tidak memakan waktu lama karena Mark tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Aristotle. Pertemuan yang awalnya bisa memakan dua jam diperpendek menjadi satu jam karena putranya. Dia melewatkan semua yang tidak penting.Dia kembali ke kantor dan menemukan Aristotle sudah berhenti menangis. Terimakasih pada Janice. Bayi kecil itu menatapnya kosong. Dia tidak tampak senang tapi setidaknya dia tidak menangis lagi. Mark menghela nafas lega, berjalan ke arahnya dan berkata. “Kau memang sangat hebat dengan anak kecil. Tidak ada yang bisa menenangkan Si Gemas kecuali ibunya.”Janice menjadi sedikit lebih pendiam ketika dia kembali. Dia menyingkir. “Si Gemas? Si Gemas kecil? Nama panggilan yang lucu!”Mark menatap putranya dan tersenyum. Itu benar, ibunya memberikannya padanya. Kami sudah terbiasa memanggilnya dengan nama itu. Nama aslinya adalah Aristotle Tremont.”Janice menatap bingung ke arah Mark selama beberapa detik. Semua orang di kantor mengatakan bahwa sudah lama sejak te
Tanya tidak merasakan ada yang aneh. Dia hanya bertanya-tanya mengapa kakek dan cucunya tampak tidak dekat. Oke, aku akan memasak sekarang. Kalian berdua bisa mengobrol.”Don Smith menatap Jett selama beberapa saat sebelum dia berbalik dan berjalan ke kamar tidur. “Mari kita bicara di dalam. Aku yakin kau tidak ingin istrimu mengetahui semuanya.”Jett mengikutinya masuk sebelum dia menutup pintu dengan hati-hati. “Tuan… Apa yang kau inginkan? Pernikahanku adalah masalah kecil, aku tidak ingin merepotkanmu. Itu juga bukan acara besar…”Don Smith tiba-tiba menjadi sangat marah. “Istrimu telah memberitahuku semua yang dia tahu. Dia benar-benar mengira aku kakekmu, dia tidak curiga. Berapa lama kau berencana untuk menyembunyikan ini dariku? Beraninya kau mengkhianatiku! Jangan lupa, kau tidak akan menjadi dirimu yang sekarang jika bukan karena aku!”Jett langsung berlutut dan menundukkan kepalanya. dia tampak panik saat memohon, “Tanya tidak ada hubungannya dengan ini. Ku mohon ampunil
Jett bisa mendengar suara keras Alejandro dari sisi telepon, Alejandro jelas sangat marah. “Ingat saja apa yang aku katakan padamu. Aku tidak akan bermurah hati seperti orang tua itu. Kau tahu apa yang harus dilakukan!”Jett pergi ke pintu untuk mengganti sepatunya begitu panggilan berakhir. Dia memandang Tanya dan berkata, “Ada sesuatu mendesak yang harus aku urus jadi aku mungkin tidak akan pulang selama beberapa hari. Jaga dirimu. Kirimi aku pesan jika kau butuh sesuatu. Jangan telepon aku.”Tanya tampak kecewa. “Bagaimana dengan…mie nya? Apa kau tidak akan memakannya?”Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak ada waktu. Kau makan saja.”…Di South Park.Setelah bekerja, Tiffany dan Arianne pergi ke restoran terdekat bersama-sama. Kedua wanita itu dalam suasana hati yang buruk. Tiffany kesal dengan Jackson, dan Arianne kesal dengan Mark. Seperti kata pepatah, 'Orang yang sedang sengsara butuh teman’.Tiba-tiba, Tiffany menerima pesan dari Alejandro. “Berhati-hatilah setiap kali k
Tiffany adalah orang yang agak sembrono dan ceroboh. Dia tidak melihat ada yang aneh. “Baiklah!”Setelah mereka naik ke atas, dia meminta Tiffany untuk tidak menyalakan lampu. Kemudian, dia berjalan ke jendela dengan pemandangan yang bagus dan melihat ke jalan-jalan yang diterangi oleh lampu jalan di lingkungan itu sehingga dia dapat dengan jelas melihat orang-orang di bawah. Namun, dia berada di lantai atas jadi dia tidak bisa melihat wajah orang-orang dengan jelas. Meski begitu, dia bisa melihat beberapa pria jangkung berjas hitam. Dia merasa gugup dan tidak tahu harus berbuat apa. Orang-orang itu pernah berlatih seni bela diri, dia tahu dari pembawaan diri mereka. Mereka juga sangat waspada. Dia tahu semua ini karena para pengawal, yang merupakan pensiunan tentara bayaran atau pengawal profesional, yang bekerja untuk keluarga Tremont juga melakukan hal yang sama. Firasatnya memberitahunya bahwa orang-orang ini sama.Ketika Tiffany melihat Arianne bertingkah aneh, dia mendekati Ari
Tiffany mengempis seperti balon, kegembiraannya hilang begitu dia mendengar kata-kata Arianne. “Itu benar. Dia pasti datang sendiri. Tidak peduli seberapa kuat dia atau seberapa hebat dia dalam bertarung, dia tidak bisa melawan begitu banyak orang. Lupakan. Kita akan lihat bagaimana kelanjutannya. Aku akan pergi dan mandi dulu karena sudah agak larut. Awasi pintu saat aku mandi. Jangan membukakan pintu untuk siapapun kecuali Jackson ada di sini. Aku akan menjaga pintu setelah mandi. Jangan tertidur.”Arianne mengangguk. “Baiklah. Yang benar saja, Aku tidak sebodoh itu.”...Setelah mengetahui bahwa Tiffany dalam masalah, Jackson meningkatkan kecepatan mobilnya karena takut akan terjadi sesuatu padanya. Itu adalah perjalanan satu jam, tapi hanya butuh empat puluh menit sebelum dia tiba di apartemennya. Jika tidak ada kemacetan lalu lintas, dia mungkin akan sampai lebih cepat lagi. Ketika dia memasuki lingkungan itu, dia mengamati sekeliling dengan waspada. Memang, sepertinya ada bebe