Summer merasa puas. “Kau seharusnya melakukan ini sejak lama. Sudah kubilang, hubungan antara kau dan Jackson tidak masalah. Ini antara kita. Kita harus lebih sering mengobrol. Ibumu dan aku setuju. Ayo, duduk. Kita akan segera makan."Tiffany mengangguk. Dia baru saja duduk ketika Jackson masuk. Cuaca di luar terlalu panas, jadi terlihat beberapa bulir keringat di dahinya yang halus. Dia menghela nafas lega saat merasakan AC di rumah. “Bu, aku butuh segelas air. Apa kau punya es?”"Ambil sendiri dari dapur," kata Summer, kesal. “Ambilkan Tiffie segelas jus buah saat sekalian. Kau tahu apa yang dia suka. Buat sedikit hangat; perempuan harus menghindari terlalu banyak es."Jackson melotot pada Tiffany, lalu langsung menuju ke dapur.Tiffany merasa sedikit senang sekaligus sangat bersyukur. Summer sangat baik padanya…Tiba-tiba, Summer mengamati perutnya dan bertanya, “Apakah kau sering duduk-duduk belakangan ini? Apa kau pernah berolahraga setelah makan? Perutmu membesar… Sepertiny
Jackson berkedip beberapa kali sebelum dia bangkit dengan lemas. “Demi Tuhan, tidak bisakah kalian berdua berhenti? Atau haruskah aku sendiri yang menyuruh kalian diam? Biar aku perjelas. Kalian berdua lebih baik jaga sikap kalian setelah makan malam dan tidak membuat masalah untukku, kalian dengar?”Melihatnya Jackson mengalah membuat Summer dan Tiffany saling tersenyum. Dalam momen itu, rasanya seperti mereka adalah keluarga lagi.Tiffany benar-benar rakus. Dia menyukai setiap hidangan yang dibuat Jackson tetapi menolak apa pun yang dibuat oleh juru masak keluarga West.Jackson memanfaatkan kesempatan itu untuk menyindirnya. “Wah, wah, wah! Apa kau baru saja terjebak dalam lemari di bawah tangga tanpa makanan selama berabad-abad?”Tiffany merengut padanya. “Yang benar saja! Aku makan dengan lahap untuk menunjukan padamu betapa aku menyukai masakanmu, dan begini cara mu mengucapkan terima kasih? Ya Tuhan, ya! Ini memang enak sekali, persis seperti yang aku mau!”“Kalau kau sangat
Jackson sedang dalam suasana hati yang sedih sehingga dia mengabaikan pertanyaan Tiffany, dia mempercepat langkahnya, dan meninggalkan Tiffany yang sedang bingung.Tiffany akhirnya teringat sesuatu, lalu dia mempercepat langkahnya. “Kau membicarakan soal apa yang aku katakan di meja makan tadi, bukan?” Teriaknya. “Jawabannya adalah tidak. Aku tidak mengatakannya karena aku tidak ingin makan malam menjadi canggung. Aku mengatakannya karena aku bersungguh-sungguh.”Jackson menghentikan langkahnya.Dia tidak berani melihat ke belakang, seolah-olah dia tidak yakin dengan perkataan Tiffany. “Apa katamu?”“Aku bilang, Aku tidak mengatakan hal tadi karena aku takut akan rasa canggung di meja makan. Aku mengatakan apa yang aku katakan karena aku bersungguh-sungguh. Kau dan masakanmu sama. Keduanya enak dan persis seperti tipe kesukaanku.”Tiffany selalu menganggap dirinya orang tidak pernah malu, tapi saat dia mengatakan itu, dia bisa merasakan pipinya memanas.Jackson akhirnya berbalik
Jackson tidak melepaskan pelukannya. Sebaliknya, dia malah memeluknya semakin erat, seolah-olah Tiffany adalah harta karun yang telah terlalu lama dia rindukan. “Aku tidak bisa tidur, sayang. Jangan bergerak. Aku hanya ingin memelukmu sedikit lebih lama.”Tiffany pun membiarkan Jackson memeluknya. Dan Jackson tiba-tiba menepuk perutnya dan berkata, “Kau sepertinya sudah lebih gemuk sekarang.”Tiffany terdiam sebelum menendangnya secara refleks. “Apa kau ini gila?” Ucapnya sedih.Reaksinya mengejutkannya. “A-Apa yang aku lakukan?”Setelah menenangkan dirinya, Tiffany akhirnya berkata, “Bisakah kau tidak memukul perutku seperti itu lagi?”Jackson mengira kalau sentuhannya tadi telah menyakitinya, jadi dia dengan cepat mengulurkan tangan untuk menggosok tempat itu dengan meminta maaf. “Sakit ya? Maaf. Sini, biarkan aku mengusapnya. Meskipun menurutku aku tidak memukulmu sekeras itu…? Kau kan cukup berotot waktu itu? Dan kita biasa melakukannya.”“Berotot?!” Siapa yang akan mendeskri
Jackson sangat cemas sehingga dia tidak berani bergerak. “Bisakah kau tidak melakukan itu? Dan berhati-hati dengan gerakanmu? Contohlah Arianne dari saat dia hamil. Dia berhati-hati dan tidak bersikap seolah itu bukan apa-apa! Aku akan tidur di kamar lain. Kau tidurlah sendiri, Jadi berhati-hatilah. Jangan sampai kau terguling dari tempat tidur di pagi hari.”Tiffany terkejut karena Jackson akan meninggalkannya. “Tunggu, jadi kau serius? Benarkah? Uh, baiklah. Jika itu membuatmu bahagia, pergilah tidur di tempat lain. Sementara itu, aku akan menikmati tempat tidur besar dan lebar ini untuk diriku sendiri sesuka hati. Pergilah! Dan matikan lampu saat keluar.”Jackson keluar dari kamar tidur, melirik beberapa kali dengan cemas Kemudian, dia mematikan lampu dan menutup pintu.Jackson mengakui bahwa dia mungkin telah bertindak sedikit terlalu cemas, tetapi dia tidak dapat menahan diri untuk menjadi lebih terkendali setiap kali dia diingatkan tentang janin kecil yang sekarang sedang tumb
Dengan lampu dimatikan, ruangan menjadi terlalu redup bagi Mark untuk melihat lekuk tubuh Arianne yang memikat.Mungkin beberapa malam belakangan mereka telah mengabaikan berhubungan intim hingga membuat aktifitas hari ini terasa lebih pendek dari biasanya. Saat gairah mereda, Mark menghembuskan nafas ke telinganya, “Aku sedikit...lelah…”Arianne menjawab. “Mm, Aku mengerti. Kau telah menghabiskan sepanjang malam mengurus Aristotle. Aku akan sama lelahnya jika itu aku. Tidurlah.”Kerinduan dalam dirinya mendorongnya untuk menggigit daun telinga Arianne. “Baiklah.”Arianne menunggu sampai Mark tertidur lelap sebelum mengeluarkan ponselnya. Dia tidak punya waktu untuk memeriksa pemberitahuannya sekarang. Seperti yang sudah dia duga, ada pesan dari Tiffany diponselnya. Rupanya, sahabatnya sudah menentukan waktu pertemuannya dengan Alejandro. Keduanya akan bertemu di kafe besok siang.Arianne tidak mengira Tiffany begitu efisien dalam mengatur pertemuan, tapi biar bagaimanapun, dia ti
Dia memanfaatkan kesunyian di malam hari dan diam-diam menuju ke kamar tidur tamu. “Jackson… Apakah kau sudah tidur?”Kurang dari dua detik kemudian, pintu kamar terbuka. Jackson muncul, tanpa alas kaki dan menatapnya. “Apa?”Dia membenamkan dirinya ke dalam pelukannya. Kami kembali bersama lagi. Apakah kau tidak senang? Mengapa kau kaku sekali?”Dia mengerutkan bibirnya. “Reaksi apa yang kau harapkan dariku? Reaksi macam apa yang mungkin aku miliki pada saat seperti ini? Cukup, tidurlah. Ini sudah larut. Begadang akan berdampak buruk bagi bayinya.”Tiffany sangat kecewa. Seolah-olah api di pinggangnya telah disiram oleh balok es. “Baiklah, aku pergi. Aku membencimu.”Jackson mengusap matanya saat dia melihatnya kembali ke kamarnya. Pada kenyataannya, Jackson benar-benar gembira. Dia melompat dari tempat tidur untuk membuka pintu dan lupa mengenakan sandalnya ketika dia mendengar suara Tiffany. Hanya saja… dia terlalu takut untuk tidur dengan Tiffany.Keesokan paginya, Mark perg
Alejandro langsung setuju. “Tentu. Aku tidak akan memberitahunya. Jika tidak ada yang lain, aku akan pergi.”Arianne mengangguk. Dia berdiri, menggendong bayinya, dan melihatnya pergi.Saat Jett mendorong kursi rodanya keluar, Arianne menatap sisi samping Alejandro, yang anehnya terasa familiar. Namun, tidak ada yang familiar tentang penampilannya. Rasanya aneh. Dia dengan hati-hati mengingat setiap detail interaksinya dengan Alejandro. Dari suaranya hingga intonasinya, atau cara dia bergerak dan memberi isyarat, semuanya terasa asing baginya. Tapi kenapa itu juga terasa begitu familiar pada saat yang sama?Dia tidak mengerti. Jadi dia tidak memikirkannya lagi. Itu adalah perjalanan yang jauh, kafe itu memiliki AC yang bagus, dan dia lelah. Itu adalah kesempatan yang bagus untuk beristirahat dan bersantai…Ekspresi Alejandro langsung berubah menjadi dingin saat dia kembali ke dalam mobil. Jari-jarinya yang tergenggam erat menunjukkan kegugupannya.“Kenapa kau bertemu dengannya, ji