Tiffany menjadi sedikit cemas sekarang. “Tidak… Aku hanya merasa itu sangat memalukan. Itu sebabnya aku tidak memberitahumu tentang itu. Aku pikir aku akan bisa menyelesaikannya sendiri, tetapi tidak pernah terpikir olehku bahwa Alejandro akan membantuku… Aku bahkan tidak memiliki kontak dengannya; dia hanya memberi aku kartu nama setelah dia menyelesaikan masalah itu untukku. Aku tentu saja harus menerima kartu nama darinya dalam keadaan seperti itu. Aku tidak memikirkan apa niatnya. Aku hanya ingin membalas budi dan menyelesaikannya. Kami tidak akan saling berhubungan lagi mulai sekarang, jadi …” lalu Tiffany bertanya padanya, “Apakah Lynn menghubungimu? Dia bekerja untuk Alejandro sekarang. Aku bertemu dengannya di sana…”Jackson berjalan menuju jendela dan berpaling darinya. Dia terdengar dingin. “Jadi, kau boleh makan dengan pria lain, tapi aku dilarang menerima telepon dari wanita lain?”Tiffany merasa diperlakukan tidak adil. “Bukankah kau mengatakan bahwa kau tidak lagi berhu
Hanya mengingat tentang bagaimana Lynn telah memprovokasinya sudah membuat amarah Tiffany berkobar. “Si Jalang Lynn Brooks! Kata Jackson, yang mereka lakukan hanyalah seks. Hanya Tuhan yang tahu apakah mereka sebenarnya lebih dari itu.”Mark tampak sedikit terkejut, meskipun dia sebenarnya tahu banyak tentang Lynn. “Aku tidak tahu banyak tentang ini,” katanya. “Sebaiknya kau mengobrol dengan Ari saja.”Mark pergi ke ruang kerjanya setelah makan malam. Setelah dia pergi, Tiffany langsung menceritakan tentang Grant, Alejandro dan juga Lynn. “Perselisihan antara aku dan Jackson belum pernah mencapai titik ini sebelumnya! Dia sampai menghancurkan barang-barang! Cara bicara dia di kantor, Ari, kau tidak tahu seberapa... seberapa menyakitkannya. Aku sangat marah sampai aku hampir menangis di sana! Dan kemudian dia seperti menaburkan garam di lukaku dan berkata dia akan memotong gajiku! Ya Ampun, ini menyebalkan! Urgh!!”“Kurasa Jackson hanya kesal karena kau tidak meminta bantuannya untuk
Mark menutup telepon dan memerintahkan Mary untuk menyiapkan kamar tamu. Dia cukup yakin bahwa Tiffany tidak akan pulang malam ini. Saat itu mendekati pukul sebelas malam, namun Arianne sama sekali tidak terlihat seperti akan bersiap-siap untuk tidur.Mark berdiri di ujung tangga dan berseru, “Ari, ini sudah larut. Waktunya tidur, oke?”Arianne menatap jam di dinding ruang tamu. “Ini sudah larut sekali. Kau harus tidur, Tiffie.”Tiffany masih tampak murung ditambah lagi saat dia ingat bahwa Jackson belum menelepon atau mengirim pesan padanya hingga sekarang. “Baik. Tapi… Aku tidak ingin tidur sendiri. Maukah kau tidur bersamaku?”Mark sudah memprediksinya; Tiffany pasti akan mengatakan ini - dan tentu saja, Arianne langsung mengiyakan “Baiklah. Ayo, aku akan mengantarmu ke kamar tamu.”Mark berdiri diam di tangga sambil memandang mereka berdua. Lalu dia melangkah ke kamar tidur sendirian. Dia merasa sulit tidur, lalu dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Arianne: ‘Ku
Nafas Mark tampak terhenti sesaat sebelum dia terhuyung, bibirnya mendekati bibir Arianne.Arianne menyambutnya. Jari-jarinya berubah posisi dan dengan cekatan melingkar di sekitar leher Mark.Ketika nafas mereka mulai terengah-engah, Mark menghentikan dirinya dan melepaskannya dari cengkramannya. “Aku tahu Tiffany masih menunggumu, jadi pergilah. Aku sudah puas dengan ini.”Arianne menundukkan kepalanya sambil tertawa kecil. “Baik. Selamat tidur.”Arianne selalu tahu cara untuk menyenangkannya. Di masa lalu, tujuannya adalah untuk menjilatnya. Namun kini, hal-hal kecil tersebut telah menjadi bumbu yang mewarnai hubungan mereka.Biar bagaimanpun, ikatan yang tulus antara dua orang membutuhkan kedua belah pihak untuk merasa senang dan mau menunjukan rasa sayang.Tiffany menghabiskan akhir pekannya bersama Arianne di kediaman Tremont. Setelah berhari-hari cuaca buruk, hari ini langit akhirnya biru cerah.Tapi, Badai salju seolah melanda dada Tiffany. Ini akan menjadi pertama kalin
Jackson terdiam selama dua detik sebelum menjawab, “Aku dirumah rumah dan sedang tidur. Ada apa?”Tiffany langsung memerah saat itu juga. Saat itu baru pukul sembilan malam - sejak kapan Jackson West bisa tidur secepat ini ?! Entah dia bekerja lembur atau bermain-main dan bersenang-senang. Dia tidak pernah tidur secepat ini!Yang paling buruk, adalah bahwa ketidakhadiran Tiffany dirumah sama sekali tidak membuatnya khawatir - sampai dia bisa dengan mudah untuk tidur!Bahkan Arianne tidak tahu harus mengatakan apa. Setelah hening sejenak, suara acuh tak acuh Jackson terdengar. “Jika tidak ada yang penting, aku akan menutup teleponnya.”Dan Jackson menutup teleponnya.Tiffany menggigit bibirnya. Air mata keluar dari matanya dan membasahi pipinya seperti. Arianne tidak bisa menenangkannya, jadi dia berlari ke atas dan pergi ke satu orang yang dia harap bisa membantunya. "Mark! Aku menelepon Jackson tadi, dan Jackson sedang tidur, dan dia langsung menutup telepon bahkan tanpa menanyak
Pendirian Tiffany mulai goyah. Sebenarnya, dia sangat ingin pulang. Dia hanya malu untuk mengakuinya.Melihat keragu-raguan pada Tiffany, Arianne melanjutkan. “Kau adalah tunangannya, bukan majikannya. Apa yang salah dengan kau kembali ke rumahnya? Tidak ada sama sekali. Sekarang, jika kau masih tidak bisa menerimanya, atau jika dia terus bersikap keras kepala, nah! kau selalu dapat mengemasi pakaianmu dan kembali ke rumah ibumu. Mari kita lihat apakah dia akan menghentikanmu. Jika tidak, kau pergi, bebas dan tidak bersalah. Jika dia menghentikanmu? Misi selesai. Jadi, inilah yang harus kau lakukan: Kau akan meninggalkan mobilmu di tempatku dan aku akan meminta Mark untuk mengantarmu pulang. Jika kau memutuskan untuk keluar, kau tidak akan punya mobil untuk pergi, yang berarti - jika Jackson cukup jantan - maka dia akan mengantarmu. Jackson tidak akan membiarkan Tiffany pulang ke rumah ibunya sendirian di tengah malam, bukan?”Tiffany mengangguk penuh semangat, Mark sedikit panik. Sk
Tiffany memelototinya. "Bukan urusanmu!"Jackson menendang koper Tiffany sampai terlempar jauh. Kau sudah mengatakannya. Kau sudah meminta maaf dan menjelaskan, jadi sekarang keputusannya ada di tanganku, oke? Bisakah kita berhenti membicarakan ini? Sudah larut malam; mari kita tidur."Kembali diingatkan dengan kata tidur, membuat otak Arianne mendidih lagi dipenuhi dengan amarah. Kembali ke Tremont Estate, ketika Tiffany tidak bisa makan sedikit pun, Jackson memaksakan untuk makan seolah-olah tidak ada yang terjadi dan tidur seolah semuanya baik-baik saja. Jackson terlihat seperti dia sudah tidak peduli dengan masalahnya. Pada titik ini, Tiffany merasa seolah-olah memotong seseorang hidup-hidup akan menjadi hal yang paling kejam, tetapi Jackson tetap diam, pria itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatapnya dengan ekspresi dingin di wajahnya. Siapa yang bisa tahan? Mereka jelas telah berpisah karena kejadian yang buruk terjadi di hari Jumat, dan Jackson tidak pernah melakukan sat
Tiffany menghentikan apapun yang dia lakukan, bangkit, dan menghadapi Jackson. "Siapa bilang aku makan bersama Alejandro, dan bahwa kau menghubungi Lynn seharusnya tidak menjadi masalah? Apakah kau tidak tahu apa-apa? Kau punya banyak toleransi. Aku pergi dari rumah selama dua hari dan kau tidak pernah menelepon atau mengirimkanku satu pesan pun. Apakah aku masih penting bagimu? Apakah aku ? Apakah kau pernah berpikir untuk turun membukakan pintu untukku ketika aku pulang sekarang? Aku mungkin tidak akan bisa masuk jika aku datang ke sini sendirian!”Jackson kembali terdiam. Seperti yang diharapkan, tidak ada gunanya melakukan percakapan yang masuk akal dengan seorang wanita. Jackson tahu bahwa selama kabur dari rumah, Tiffany tinggal di tempat Arianne, itulah sebabnya Jackson tidak menelepon. Jika Tiffany tidak akan pulang, bukankah mereka akan bertengkar begitu saja jika Jackson menghubunginya? Bukankah lebih baik bertengkar di rumah sendiri? Jackson telah menunggunya pulang sehingg