Naya tersenyum. “Itu benar. Lulu anak yang patuh. Dia gadis yang baik. Dia harapanku satu-satunya. Akhir-akhir ini, aku selalu pulang larut malam dari bekerja. Saat tiba di rumah, aku mencoba menghindari membersihkan kekacauan yang ibu mertuaku buat. Aku mencuci bajuku dan baju suamiku di mesin cuci dan baju Lulu dengan tangan. Aku lelah. Aku tidak mau sibuk mengurusi mereka juga. Mereka punya tangan dan kaki. Aku telah berhenti bersikap seperti pelayan mereka. Mereka menggerutu padaku akhir-akhir ini, tetapi aku tidak peduli. Mereka biasanya menggerutu tentangku tidak punya penghasilan, sekarang aku bisa mengurus diriku sendiri karena pengeluaran disini tidaklah tinggi. Aku tidak sabar melihat apa yang akan mereka katakan saat aku berhenti bergantung pada anak mereka.”Arianne setuju dengan ucapan Naya. “Kau seharusnya melakukan itu sejak lama. Abaikan saja mereka jika kau tidak senang, dan katakan pada mereka untuk bicara pada anak mereka. Kau kan bukan anak mereka, dan mereka tidak
Dia menahan rasa malunya setelah Mark selesai menyeka dirinya. Dia membantu Mark mengganti perbannya sebelum dia mandi, membersihkan rumah, dan mencuci baju. Jasnya sangat mahal. Sangat mahal sampai-sampai dia akan mampu menggantinya jika itu rusak di mesin cuci. Karena alasan ini, dia perlu mencuci semuanya dengan tangan. Ketika dia akhirnya mencuci pakaian dalamnya, dia merasa seakan tangannya terbakar meskipun dia hanya mengocoknya beberapa kali...Mark duduk di tempat tidur dan mendengarkan keributan di luar. Dia bertanya-tanya apakah bagian selanjutnya dari rencananya bisa berhasil. Dia merasa cara yang digunakan Jackson tidak cocok untuknya sama sekali. Tidak cocok dengan kepribadiannya, dan dia merasa dia akan marah pada Arianne setiap saat.Semakin dia memperhatikan piyamanya, dia merasa semakin murung. Arianne melakukan ini dengan sengaja, bukan? Arianne tahu apa yang Mark suka, tapi tetap, dia membelikan Mark piyama dengan gambar anak ayam kuning… Mark ingin merobek baju in
”Apa hanya itu aku untukmu? Membuatmu sedih? Suaranya terdengar getir.Arianne tidak menjawabnya. Dia tidak ingin memikirkannya. Terlepas dari manis atau pahit masa lalunya, semuanya terasa sebagai menyiksanya sekarang. Konflik diantara mereka sepertinya tidak hilang terhapus waktu. Mereka masih tidak dapat duduk dan bicara tentang itu dengan tenang.Ekspresi Mark tersamarkan dalam kegelapan. Setelah terdiam lama, Mark bangkit berdiri dan mengambil laptopnya sebelum meninggalkan kondominium itu. Arianne sedikit tersentak ketika pintunya tertutup. Untuk beberapa saat, dia mengatasi keinginannya untuk meminta Mark untuk tetap tinggal. Namun, Arianne tahu Mark akan baik-baik saja karena Mark berani berjalan keluar. Tidak perlu mengkhawatirkannya....Mark menghentikan taksi segera setelah dia keluar dari kondominium dan menuju ke hotel terdekat. Dia telah memecat sopir itu dan merekrut Brian kembali. Dia hanya dapat mempercayai Brian untuk mengantarnya kemana-mana dan tidak ingin me
Arianne kebetulan berada di mesin kasir saat ini. “Ada yang bisa saya bantu, bu?”Wanita itu menyematkan rambut ikalnya di belakang telinga dan bertanya perlahan, “Apakah Naya Palmer bekerja disini?”Ketika arianne mendengar dia disini untuk bertemu Naya, dia menjawab singkat, “Naya sedang cuti. Dia tidak disini. Anda tidak akan menemukannya disini hari ini.”Wanita itu tersenyum. “Aku tahu dia sedang cuti, dia menantuku. Cucu ku demam semalam. Aku hanya untuk memastikan jika dia bekerja di sini. Berapa gajinya sebulan?”Kesan Arianne pada wanita itu runtuh seketika setelah mendengar dia adalah ibu mertua Naya. Dia memperhatikan wanita di depannya dengan seksama. Dia tampak seperti wanita yang tidak bisa dianggap remeh. Dia memakai ‘rambut ikal boneka teddy’ yang terkenal dan mewarnainya cokelat muda. Dia bahkan melakukan sulam alis semi permanen. Dia mengenakan sepatu hak tinggi berukuran sekitar empat sentimeter, dan tas yang dibawanya begitu indah. Dengan hanya satu kali melihat
Ponsel Arianne, tergeletak di meja kecil, tiba-tiba berdering.Dia bergegas menjawabnya dan mendapati Tiffany disana. “Yellow, Ari! Apa kabar? Terbiasa hidup tanpaku disana tidak?”Arianne berpura-pura sedih. “Tidak, aku belum terbiasa, dan aku masih sangat takut hidup sendiri! Kau tahu aku tidak pernah berjalan jika bisa berlari ke kafe atau pulang ke rumah setiap malam? Oh, tetapi saat aku memikirkannya, tidak ada apapun yang perlu ditakutkan; aku saja yang penakut. Beritahu aku, bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini? Semuanya baik-baik saja dengan Jackson, aku kira?”Ini salah satu hari dimana Tiffany tidak dapat menghabiskan malam bersama Jackson; kali ini, karena seseorang datang mengunjunginya. “Oh, baik-baik saja, sepertinya?... Baiklah, aku akan jujur padamu — aku merasa, sedikit khawatir, oke? Aku membaca banyak artikel tentang berpacaran dan cinta dan sejenisnya di internet, dan aku menyimpulkan bahwa pria sepertinya harus ditolak permintaannya beberapa kali, setiap waktu. Sepe
Bibi Deborah datang dengan misi untuk menjodohkan Tiffany dan keponakannya, dan dia menjadi sial jika dia tidak memikirkannya seraya tersenyum. “Aww, jangan salah paham padaku, sayang. Semua orang tahu keluargamu memiliki tanah yang tak ternilai yang jika dijual, akan meraup begitu banyak uang! Dari yang aku lihat, kau dan keponakanku pasangan yang sempurna satu sama lain, jadi bagaimana jika kau mengenal dia lebih dulu sebelum kau memutuskan? Oh, dan juga, aku akan mengatur kencanmu sekarang!”Lillian tetap diam. Dia memang bersemangat untuk menikahkan anaknya secepat mungkin dahulu, tetapi itu hanya karena dia salah menjalani kehidupannya yang tiba-tiba menjadi miskin, dan dia ingin keluar dari keadaan itu sesegera mungkin. Tetapi sekarang, penampilannya telah berubah. Hal yang baik akan datang pada siapa yang bersabar menunggu, dan karena Lillian punya cukup banyak uang untuk menyokong kesabarannya, dia tidak lagi merasa putus asa. Walaupun demikian, pertemuan biasa antara anaknya d
Arianne mengeluarkan jas Mark ketika kue telah siap. Dia ingin mengembalikan jas ini padanya hari ini, dan Ellie adalah kurir yang sempurna.“Bisakah kamu berbaik hati mengembalikan ini?” tanyanya.Pakaian dalamnya terlihat di dalam jas sebelum dia mengikatnya di dalam tas. Arianne beralasan bahwa cukup aman untuk tidak menunjukkannya tiba-tiba, jadi dia tidak perlu mengingatkan Ellie (dia juga terlalu malu untuk melakukannya)Ellie terlihat cukup kaget dengan jas itu. “Apakah ini.. Apakah ini punya pak Tremont?”Arianne mengangguk. “Mm-hmm. punyanya.”Ellie tidak berkata apa-apa lagi dan membawa pesanan Mark dan jas itu kembali ke kantor. Menaruhnya di meja Mark seraya menjelaskan, “Pak Tremont, istrimu memintaku untuk mengembalikan pakaianmu.”Mata Mark tampak sedikit gelap. “Taruh di tempat lain. Dimanapun tidak apa-apa.”Ellie dapat merasakan awan gelap tersirat di wajah Mark dan segera kembali bekerja. Sayangnya, pergerakannya yang ceroboh membuat pakaian dalam bersih Mark mencuat
Naya, menyadari kesalahannya, berhenti bicara.Mobil Mark lalu berhenti tepat di depan kafe. Brian turun dari kursi pengemudi dan berjalan melalui pintu masuk, meminta, “Dua kue yang terenak dan dua kopi Americano.”Dua paket makanan untuk Mark dan Ellie.Arianne mengangkat alisnya. “Wah, siapa sangka dia akan begitu pelit membeli dua set makanan untuk tiga orang ya?” dia mencemooh pelan, tidak menyadari nada suaranya sendiri yang merajuk.Brian menghindari tatapannya dengan terdiam dan mengangguk singkat.Reaksinya membuat Arianne kesal. Brian biasa memanggilnya sebagai “Nyonya” atau bahkan “Nona” sebelum dia menikah, tapi saat ini dia, membuat jarak lebar diantara mereka. Seolah-olah Arianne bukan siapa-siapa dan hanya seorang yang asing.Baiklah, mungkin memang benar bagi orang-orang di sekitar Tremont untuk memperlakukannya sebagai orang asing. Tetapi Arianne tidak mengira hubungan ikatan yang mereka bagi menjadi begitu...rapuh. Jika ini bagaimana Brian memperlakukannya, dia ragu a