Lillian mengeluarkan sertifikat tanah untuk dilihat anaknya. “Ini, disini, terikat dengan sebidang tanah yang nenekmu miliki. Sangat berharga sekarang, dan tebak siapa yang menginginkannya? Tidak lain tidak bukan adalah Mark Tremont sendiri, dan dia datang untuk menandatangani perjanjiannya hari ini! Bagaimana tidak aku merasa bahagia? Syukurlah kita lupa tanah itu, yang masih milik kakekmu secara legal, dan kita tidak mencantumkannya sebagai salah satu dari aset kita ketika kita menyatakan bangkrut. Sekarang, jika kau mengizinkanku - Ibu perlu pergi ke beberapa tempat untuk membereskan prosedurnya. Dadah!”Tiffany tercengang. Untuk beberapa saat ,dia tampak tidak habis pikir mengetahui Mark yang tertarik pada sebidang tanah, yang, tentu saja, begitu bernilai, milik keluarganya. Seperti mimpi yang jadi nyata, terlebih ketika ini mungkin menjadi tiket mereka keluar dari kemiskinan!Setelah Tiffany dengan malas, Ethan menghubunginya memberi tahu bahwa dia sedang diperjalanan pulang dari
”Mary, aku ke kantor,” Arianne berkata dan pergi. Dia akan menjadi gila jika tinggal di rumah lebih lama.Ketika Mary mendengar Arianne akan ke kantor, pikiran pertama yang terlintas adalah Arianne akan pergi ke perusahaan Eric. “Panas sekali di luar dan kau berpikir untuk mencari uang? Apa Tuan sedang pelit padamu? Jangan!”Arianne merasa tak berdaya, “Aku akan mencari Mark Tremont, tuanmu! Bukan untuk bekerja. Disamping itu, aku tidak berencana untuk kembali ke kantor Eric lagi.” Dia telah memikirkan untuk melakukan hal lain. Dia merasa bosan setelah bekerja di industri desain begitu lama.Mendengarnya, Mary akhirnya menyerah. “Tentu, biar Henry mengantarmu. Cuaca terlalu panas.”…Henry mengantar Arianne ke menara Tremont, dan dia tiba di lantai empat puluh enam tanpa hambatan. Ellie tahu Arianne tidak suka mengikuti aturan Mark tentang mengganti sepatunya jadi dia tidak menawarkan Arianne sandal sekali pakai dan hanya menyapanya, “Nyonya.”Arianne menjawab dengan anggukan, membuka
”Aku tidak mengira kau begitu cepat. Ini yang terbaik. Aku bisa melamar Tiffany secepatnya.”Mark tidak tertarik sama sekali jika Ethan menikah atau tidak. “Tanda tangani perjanjian transfer sekarang. Aku tidak punya waktu untuk mengobrol.”Ethan dengan santai menulis namanya pada berkas itu dan melihat Mark lalu bertanya, “Jika aku menikah, sebagai kakakku, kau akan ada disana, kan?”“Jangan keterlaluan!” Mark menatap tajam padanya.Ethan mengangkat bahu dan tersenyum penuh arti. “Iyakah? Aku memintamu untuk memberikan semua yang berhubungan dengan keluarga Tremont, tetapi karena kau keberatan, aku tidak akan memaksamu juga. Aku bisa mendapatkan semuanya hanya dengan bergantung pada diriku sendiri. Namun, tidak juga masalah bagiku jika aku menyebarkan bahwa aku juga keluarga Tremont. Nyatanya, itu akan menguntungkan untukku. Kau tidak akan membantahnya, kan? Lagipula, kau telah memberitahu Arianne semua yang aku lakukan. Bagaimana kau menjelaskan dirimu sendiri dan betapa sulitnya sit
Menonton anak-anak yang mengobrol dengan riang, Arianne terkekeh. “Aku tidak mengira kau begitu terkenal di mata anak-anak. Aku kira mereka akan takut padamu.”Mark tidak mengenakan jas hari ini. Dia berpakaian pantas dengan baju olahraga lengan pendek putih dan kacamata berwarna ungu muda. Dibandingkan dengan betapa tampannya dia dalam balutan jas dan sepatu kulit, dia terlihat lebih ramah dan lebih santai sekarang. Dia membungkuk untuk menggendong seorang gadis kecil berusia sekitar empat tahun dan meminta Brian untuk mengambil apa yang ada di bagasi mobil.Seakan tahu apa yang akan keluar dari bagasi, .anak-anak itu berseru semakin keras. “Pak Tremont, apa kau membawa buku dan mainan lagi?! dan makanan enak! Kita mau kau datang tiap hari. Bunda bilang belum satu bulan sejak terakhir kali kau datang jadi kau tidak akan datang secepat ini. Aku tidak percaya kau disini!”Arianne terkejut. Dia tidak mengira bahwa Mark sering mengunjungi panti asuhan itu. Sepertinya sumbangan dan kebaika
Anak kecil itu tiba-tiba menangis, mungkin, takut dengan cubitan lembut dari Mark.Arianne secara naluriah mengambil anak itu ke pelukannya. “Cup cup, nak, cup cup. Siapa anak baik…”Bayi itu, seketika berhenti menangis, tetapi masih mencibir, dan matanya masih merah.Mark bertanya pelan di telinga Arianne, “Mengapa kita tidak mengadopsi anak?”Arianne meliriknya. Ini bukan kali pertama dia menyebutkan ini. Dia berpura-pura tidak mendengar Mark. Dia berkata pada kepala rumah sakit itu, “Tidak perlu berterima kasih selama malaikat-malaikat kecil ini terurus dengan baik.”Setelah menghabiskan pagi di panti asuhan, Arianne dan Mark dengan sopan menolak ajakan makan siang dari kepala panti asuhan.Selama perjalanan mereka kembali rumah, Arianne membayangkan perasaan bayi laki-laki di tangannya tadi. Anak itu begitu halus dan lucu membuat hatinya seakan terasa akan meleleh.Mark sepertinya tahu apa yang Arianne pikirkan saat dia bertanya, “kau yakin tidak ingin mengadopsi anak? Aku bisa mel
Segera setelahnya, Mark menghampirinya dari belakang. “Ini adalah semua properti yang dimiliki keluarga Tremont. Lihatlah mungkin ada yang kau suka.”Ketika Arianne berbalik, dia melihat setumpuk sertifikat kepemilikan properti di tangan Mark. Ketebalannya hampir membuat dagu Arianne ternganga. “A… Apa? Aku tidak mau…”Mark mencibir. “Bukankah wanita ingin kemapanan? Kata-kata Brian mengingatkanku pada ini…”Arianne menelan ludah sebelum membuang pandangannya dari semua itu. “Kau serius? Mengapa aku merasa kau bertingkah hari beberapa hari ini? Aku musuhmu. Bukankah aneh bagimu untuk memberi musuhmu properti? Terlebih, aku tidak kekurangan apapun. Aku punya makanan dan baju di rumah ini, dan kau memberiku uang untuk dihabiskan. Aku cukup dengan itu. Jauhkan itu semua. Aku tidak ingin properti apapun.”Mata Mark sedikit meredup saat dia melemparkan tumpukan itu ke sofa disamping mereka. “Aku tidak menganggapmu sebagai musuh. Kau istriku. Jika kau tidak suka properti-properti ini, kita a
Begitu Arianne teringat Mark sedang marah, dia menjadi sedikit segan. Namun, dia tidak menyerah. Lagipula, ada perbedaan antara menikmati pendingin udara di kafe dan menikmati pendingin udara di ruang kantor Mark yang sepi.Ketika Arianne tiba di lantai empat puluh enam, Ellie mendekati untuk mengingatkan Arianne, “Nyonya, pak Tremont sedang ada tamu.”Tamu? dia memikirkan kata-kata Ellie sejenak sebelum bertanya, “Maksudmu… Tidak pantas bagiku untuk masuk sekarang?”Ellie menggelengkan kepalanya. “Bukan, aku hanya memberitahumu.”Ellie tidak menghentikan dirinya untuk masuk tetapi hanya mengingatkannya? Tamu seperti apa yang perlu formalitas seperti itu?Arianne merasa curiga. Di saat yang sama, tatapannya teralihkan pada dada Ellie. Dia selalu tahu bahwa Ellie benar-benar cantik dengan tubuh seperti supermodel. Dia tinggi dan memiliki lekuk tubuh yang tepat. Bahkan ketika dia dalam busana profesional, dadanya mencuat dari balik kemejanya. Bahkan sebagai seorang wanita, Arianne tidak
Secara naluriah, Arianne tidak akan bertanya lebih lanjut pada Mark, karena dia tampak enggan untuk membicarakannya.Setelah Ethan menyebutkan makan malam bersama, dia segera memutuskan untuk makan bersama mereka malam itu.Ekspresi Mark berubah menjadi lebih buruk ketika dia menerima pesan itu. “Kita akan ke Teluk Air Putih untuk makan bersama malam ini.”Arianne tanpa sadar mengira Ethan yang mentraktir mereka makan. “Apakah Ethan mengundang kita?”Mark jelas terlihat enggan, tetapi dia masih mengangguk. Dia bahkan membenarkan dasinya kesal. Ini membuat Arianne lebih bingung. Mengapa dia bertingkah seakan dia diancam seseorang? Dia tahu seperti apa Arianne. Jika dia tidak mau, pastinya tidak ada yang bisa memaksanya untuk melakukan apapun.Ekspresi wajahnya menjadi lebih baik ketika dia menyadari Arianne sedang menatapnya. “Aku sangat sibuk, tetapi aku masih perlu berurusan dengannya. Menyebalkan…”Dia tetap diam. Lalu dia mengeluarkan kacangnya dan mulai memakannya dengan suar