Birru menggulung senyum. Dia pikir harinya tidak akan se-monoton dulu lagi. Moodnya lebih berwarna saat ini, dan sepertinya akan terus begitu. Lelaki itu menggeleng mengingat protes Zee yang sungguh tak bisa jalan pagi ini.Birru hampir meledakkan tawa ketika Zee dengan pasrah berucap, rela menanggung dosa karena terus memaki sang suami. Wanita itu terus saja memanggil batu pada Birru. Ditambah omelan lain yang mengikuti.Ahh, Birru jadi ingin pulang, seharian di kamar bersama sang istri yang dipastikan tak bisa ke mana-mana. Sesi panas semalam membuat Zee remuk redam. Ditambah serangan fajar dari Birru membuat Zee fix tak akan mampu keluar kamar."Jadi begitu rasanya," gumam Birru. Memejamkan mata, seolah flash back pada rasa yang baru kali pertama dia rasakan. Tiap sentuhan, tiap gerakan semua terasa begitu nikmat untuknya. Terlebih label halal telah dia kantongi, membuat Birru tak lagi punya alasan untuk menahan diri.Andai tak ingat punya urusan penting hari ini, Birru sungguh mem
Isshhhh, ringisan lirih terdengar. Zee mengubah posisi tidurnya. Dari telentang menjadi miring. "Rona bohong, mana ada digituin enak. Gak bisa jalan ini nyatanya," gerutu sang nyonya muda.Mencoba memejamkan mata kembali setelah tadi menyelesaikan menjahit satu gaun. Waktu yang tersisa tidak lama, jadi Zee tak punya pilihan selain memaksa diri. Atau dia tidak akan bisa tampil di acara Miss Freya.Tak ada yang bertanya ketika Zee memilih sarapan di kamar, tidak turun ke ruang makan. Atau kenapa dia tidak ke kampus hari ini. Orang-orang di kediaman Erlangga bukan tipe yang suka bergosip rupanya. Namun ketika Zee menutup mata, ingin tidur. Yang terbayang justru kilasan sesi panas bersama Birru. Zee tak pernah menyangka kalau tubuh Birru akan se-menggoda itu. Dia mana pernah melihat raga Birru sebelumnya."Perutnya punya enam kotak," kekeh Zee. Teringat bagaimana sang suami mengambil kendali atas dirinya. Juga saat Birru menggeram penuh gairah, semua tampak seksi di mata Zee."Tentu saja
Birru punya kekasih? Kalimat itu sepanjang hari terngiang di kepala Zee. Siapa adik Alfa Hendrajaya? Istri Birru sudah menjelajah internet untuk mencari tahu, tapi nihil. Dalam mesin pencarian tertera kalau Alfa putra tunggal."Apa mungkin adik angkat? Sepertiku?" Zee menggaruk kepalanya yang puyeng bukan gatal. Kenapa identitasnya disembunyikan, dan apa tadi? Radit bilang sudah meniduri gadis itu. "Kira-kira perasaan Batu bagaimana ya? Andai dia tahu kalau Radit melakukan itu pada pacarnya. Atau ... Birru sudah tahu." Zee berspekulasi sendiri. Mengira-ngira, berandai-andai. Zee menggeleng pelan, cukup terkejut ketika tahu Radit yang kalem mampu berbuat seperti itu."Bagaimana kalau Birru masih cinta sama gadis itu?" Bimbang menyerang. Zee merasa takut melanda dirinya. Kenapa ini? Apa yang dia takutkan? Toh semua di dunia adalah titipan. Jika sudah waktunya, akan kembali pada pemilikmya.Zee mendesah lesu. Apa saat ini dia tengah merebut apa yang bukan miliknya? Jika iya, dia harus m
Alfa mundur ketika Zee membujuknya menjadi model pengganti. "Gak bisa, sorry. Yang lain bisa aku bantu, tapi jadi model pengganti no, no. Aku deman kamera, demam panggung.""Embyerrrr!" Rona menyambar sebal."Suerr, Na. Aku mending kalian rampok timbang suruh jadi model. Gak bisa, maaf banget." Alfa mengatupkan tangan. Zee mendengus kesal, satu tangannya terulur, menadah. "Ambi sendiri deh."Rona berseru girang, punya kesempatan mengintip isi dompet cowok cakep macam Alfa Hendrajaya. "Jomblo, Cin," ledek Rona."Mulai deh, mulai!" Alfa menggumam sebal. Benci ketika status jomblonya dibawa-bawa. Rona tersenyum lebar, melihat dua kartu kredit Alfa disita oleh sang sahabat. "Sudah nih?" Alfa bertanya dengan kelegaan luar biasa. Melihat Zee hanya mengambil dua kartu kredit titanium spesial-nya. Terserah mau ditahan sampai kapan. Yang penting Amex Black Card-nya masih aman di dompet.Setelah dapat "rampasan perang" yang bernilai lebih dari dua miliar. Dengan santai Alfa lanjut menyindir, "
"Dari mana kamu tahu kalau kita ada di urutan akhir? Aku saja baru terima list-nya dua jam lalu. Kamu kan orang luar. Mana bisa rundown dan semacamnya bocor ke publik?" Zee menatap ke arah Birru, yang balik memandangnya. Tiara tanpa veil sudah terpasang di kepala Zee. Lelaki itu melihat kagum pada tampilan sang istri. Gaun dengan potongan leher model sabrina dilapisi lace tipis hingga menutupi tulang selangka Zee. Sangat cantik membalut tubuh langsing istri Birru. "Mau mengambil gambar setelah ini? Bisa dipajang di kamar." Ditanya apa, jawabnya apa. Zee menggeleng pelan. Enggan bertanya lagi.Satu orang tengah memakaikan heels sepuluh senti yang auto membuat Zee hampir menyamai tinggi sang suami. "Ini kalau kepleset habislah aku," racau Zee.Sementara Rona, sang sahabat sudah berjalan anggun ke arahnya. Bersiap mengantri di backstage. Wajah Rona merona ketika Dika berjalan di sampingnya. Terlihat jelas paras salah tingkah Rona."Gas KUA, Ka!" Kompor Birru."Emang boleh Bro?" Dika be
Semua yang hadir menutup mulut, syok dengan penampakan Birru di atas panggung catwalk bersama Zee. Terlebih gesture lelaki itu tampak manis dan luwes, tanpa risih pada Zee.Netizen seketika membandingkan tingkah Birru kala bersama Vero dan Zee. Bagaimana Birru menyambut tangan Zee setelah gadis itu berputar untuk menunjukkan detail gaunnya yang berwarna pink.Atau ketika Birru membantu menjaga keseimbangan Zee yang ingin sekali mengumpat lantai yang begitu licin menurutnya. Hampir saja istri Birru ndelosor, terpeleset sol sepatunya yang tinggi plus runcing.Semua memberi kesan romantis di mata semua yang hadir malam itu. Kamelia bahkan tersenyum sangat lebar melihat interaksi antara putra dan menantunya. "Chemistry-nya dapat. Mereka serasi sekali. Auranya juga imbang, tidak jomplang seperti sama yang kemarin."Pekikan histeris terdengar menyambut komen seorang pengamat fashion. Di atas panggung, Birru tengah mengecup punggung tangan Zee. Wanita itu melotot, cukup terkejut dengan tinda
Zee menjerit ketika tubuhnya melayang ke samping. Imbas dorongan Vero. Istri Birru terguling, jatuh dari panggung catwalk. Gadis itu meringis merasakan sakit pada punggung dan nyeri hebat pada pergelangan kakinya.Audience berdiri serentak untuk melihat bagaimana Vero dengan sadis mendorong Zee. Mereka kembali dibuat menganga oleh tingkah Vero. Sedikit tidak percaya ketika perempuan itu sanggup menyakiti wanita lain, bahkan yang kedudukannya istri sah."Zee! Zee! Kamu gak apa-apa?!" Birru melompat turun disusul Alfa. Sementara Rona langsung melepas sepatu, ikut memeriksa sang sahabat yang meringis kesakitan. "Punggung! Aduh kakiku!" Jerit Zee histeris. Birru lekas menggendong Zee menjauh dari tempat itu. Meninggalkan tatapan penuh ancaman dan peringatan pada Vero yang seketika membeku di tempatnya berdiri. Dia baru sadar, sudah melakukan kesalahan fatal.Melukai Zee di depan publik, sama saja menggali kuburannya sendiri. MC buru-buru mengambil alih acara setelah Freya memberi kode, s
Kepanikan menyelimuti Vero. Sejak tadi wanita itu hanya berjalan mondar mandir di kamarnya. Ada puluhan telepon dari sang manager juga banyak pesan dari teman-temannya. Sebagian besar memperingatkan Vero untuk berhati-hati. Sang model sudah membuat kesalahan besar dengan menyinggung keluarga Erlangga. "Aku harus bagaimana?" Vero menggigit kukunya, cemas bukan kepalang."Berpikir Ve, berpikir. AARGHHHH!!!" Wanita itu berteriak histeris, frustrasi dengan keadaannya. Sampai satu panggilan masuk ke ponselnya."Om, bagaimana ini Om." Vero langsung curhat tanpa menunggu orang itu bicara lebih dulu."Pergilah ke luar negeri." Vero membulatkan mata mendengar perintah lelaki yang dia sebut Om."Itu solusi paling tepat untukmu saat ini. Jika kau pergi dia tidak akan mengejarmu. Lagi pula, kau bisa membangun karirmu di sana." Panggilan ditutup, meninggalkan ragu di diri Vero. Haruskan dia mengambil keputusan ini. Wanita itu menatap sekeliling. Memindai tempat yang jadi hasil jerih payahnya jad
Radit tak berkutik, lelaki itu kena marah Sita. Sekaligus kena hajar Nadia yang langsung menghadiahkan bogem mentah pada Radit. Gadis itu marah besar pada Radit yang dia pikir sudah melecehkannya."Jadi karena kejadiannya seperti ini, maka hari ini kami akan melamar nona Nadia." "A-apa? Tante mau melamar saya?" Nadia terkejut luar biasa saat Sita mengutarakan keinginannya. Sementara Radit tampak pasrah duduk di sofa tunggal ruang keluarga, masih mengenakan bath rope tanpa ada meinginan untuk mengganti pakaian.Pun dengan wajah lebamnya, dia biarkan begitu saja. Pria itu tak ada tenaga untuk meladeni dua wanita yang kemungkinan besar akan jadi sumber stres paling besar dalam hidupnya."Radit! Kamu jangan diam saja! Bantu mama bujuk nadia. Kan kamu yang berulah.""Apaan sih Ma. Baru nyicil cium doang mama sudah mengganggu. Sebal!" Sita dan Nadia kompak mendelik."Pokoknya Mama gak mau tahu, Mama mau lamarin Nadia buat kamu nanti malam.""Tapi Tante, mama Nadia ....""Tenang, mamamu sud
"Tolonglah Ma, ini tidak seperti yang Mama lihat."Radit merengek dengan tubuh bagian atas tanpa baju, bahkan gasper lelaki itu sudah berada di lantai dengan kancing celana terbuka. Zee buru-buru mundur, berlindung di belakang tubuh Birru. Sesaat mencuri pandang siapa yang tengah terbaring di kasur Radit."Tapi buktinya kamu memperkosa anak gadis orang Dit." Sita yang akhir-akhir ini mulai stabil mentalnya karena kasus Dion, tampaknya bakal terguncang lagi."Perkosa apa sih Ma, belum sempat buka ini. Belum keluar juga naganya. Dianya aja yang napsu, main tarik baju Radit."Zee menutup telinganya, amboi Radit ampun juga kalau ngomong sama mamanya. "Mas tolongin!" Radit memohon pada Birru dan Alfa bergantian. Giliran dua pria itu bertukar pandang. "Dia siapa?" Kamelia bertanya lirih. Perhatian semua orang teralihkan pada sosok yang telentang di ranjang Radit. "Bukannya dia Nadia Affandi, putri pengusaha Ramlan Affandi." Semua mata tertuju pada Mega yang selesai bicara."Busyet Dit, se
Dalam hidup selalu ada yang berubah. Semua hal bisa berganti mengikuti keadaan di sekitarnya. Atau berubah karena suatu hal. Ada orang yang ekonominya menjadi lebih baik saat dia bekerja lebih giat. Atau seseorang yang menjadi luluh karena perhatian orang lain.Dalam kasus ini, yang kita bicarakan adalah Zee. Rupanya usaha Birru tak sia-sia untuk mendapatkan cinta sang istri. Perempuan, bukankah makhluk ini sejatinya punya perasaan yang sangat lembut.Mudah tersentuh dengan perhatian lebih dari orang lain. Apalagi orang itu sekelas Birru. Lelaki yang masih jadi incaran kaum hawa di luaran sana. Bahkan ketika dia sudah mengumumkan kalau dia sudah punya istri dan sebentar lagi akan mendapatkan gelar ayah.Zee perlahan melunak ketika cinta dan kasih sayang Birru terus menyiraminya tiap saat. Zee yang dulu berangan ingin punya suami seorang pria yang setidaknya tahu soal ilmu agama, dibuat tercengang ketika tahu lelaki itu mampu melantunkan ayat dalam kitab suci mereka dengan merdu juga f
Alfa sesaat terdiam, melihat sosok Mega yang muncul di hadapannya. Tinggi dengan wajah oriental, rambut panjang diikat asal, tapi tetap terlihat cantik. Kulit putih, serta tubuh ramping. Yang membuat Alfa harus berdehem adalah wajah Mega yang mirip Selin dan Zee yang dijadikan satu."Apa-apaan ini?!" Alfa mengumpat lirih."Selamat siang, Pak. Saya Mega.""Semua sudah siap? Ayo berangkat." Alfa beranjak mengambil ponselnya. Berjalan mendahului Mega yang menghembuskan nafasnya pelan."Dia tidak ingat, ini bagus sekali." Mega melompat kegirangan. Keduanya duduk di mobil yang sama dengan Mega memilih duduk di depan, tidak mau duduk di samping Alfa.Selama perjalanan, Alfa dibuat berpikir keras soal sosok Mega. Siapa gadis ini sebenarnya? Kenapa Alfa seperti mengenalnya setelah dia mengamati Mega lumayan lama.Meeting berjalan lancar dengan kemampuan Mega membuat Alfa diam-diam memuji dalam hati. Kompeten, cakap dan pandai membaca situasi. Mr Han pun sangat puas dengan cara Alfa bernegosia
Yang pertama kali Birru lakukan untuk meluluhkan hati sang istri adalah melakukan presscon untuk mengukuhkan pengakuan Birru waktu acara fashion show mengenai statusnya yang sudah menikah dengan Zee.Birru begitu pandai memanfaatkan momen. Ketika media mulai santer menguliti kasus Dion, lelaki itu memanfaatkan waktu untuk membongkar pernikahannya. Hingga perhatian media dan masyarakat teralihkan.Tak melulu membahas kasus Dion, yang tentu saja akan menyeret nama Sita, Radit lantas nama keluarganya akan jadi topik bahasan panas di berbagai media sosial.Birru tak mau itu terjadi, karena itu dia perlu pengalihan isu. Dan pernikahannya adalah bahan yang sangat berpotensi untuk dikulik media. Benar saja, tagar pewaris Erlangga Grup sudah menikah menempati posisi pertama di sistem pencarian."Kamu manipulatif juga." Abdi yang sudah merasa lebih baik perasaannya, tersenyum lebar melihat perkembangan berita akhir-akhir ini."Aku anggap itu pujian." Birru menipiskan bibir. Melihat sang kakek
Zee menjauhkan diri dari Birru, begitu melihat Alfa mendekat. Malu luar biasa ketika crush-nya menangkap basah dirinya sedang berciuman dengan sang suami. Kan tidak ada yang salah dengan hal itu Zee. Dia kan suami kamu. Justru salah kalau Zee masih memikirkan pria lain dalam hidupnya."Ganggu saja!" gerutu Birru. Alfa tampak acuh melihat Birru tapi berubah lembut begitu berhadapan dengan Zee. Wajah lelaki itu tampak kusut, gurat lelah terlihat nyata di sana."Pergi sana! Gue mau curhat sama adik gue!" Alfa mengusir Birru, lelaki itu mendudukkan diri di sebuah kursi yang kesannya sengaja disiapkan. Tempat ini sepertinya memang sering dikunjungi. Ada set tempat duduk macam kursi taman, dengan bangunan peneduh. Sangat nyaman untuk digunakan.Zee mengamati Alfa yang terlihat tak baik-baik saja. Sebuah masalah agaknya sedang dihadapi Alfa. "Move on. Cari yang lain. Cewek kayak dia gak pantas elu tangisin." Celetukan tajam Birru menarik perhatian Zee. Ada apa sebenarnya.Alfa terdiam bebera
Zee terpaku menatap nisan sederhana yang ditempatkan di sebuah bangunan serupa pondok kecil. Sekeliling tempat itu dihijaukan dengan tanaman lily yang tumbuh subur dengan bunga berwarna putih mendominasi."Ini ....""Cyntia Hendrajaya, adik kak Alfa-mu. Dia meninggal, diduga dibunuh oleh Dion Mahendra, karena Tia tahu rahasia Dion yang telah menghabisi nenek." Birru berucap dengan wajah menunduk. Tak sanggup menahan laju air mata.Sementara Zee, wanita itu bergeming di tempatnya berdiri. Betapa menyedihkannya nasib Tia. Dan dia masih menambah penderitaan untuk Tia, dengan cemburu pada eksistensi sang gadis yang bahkan sudah tidak ada di dunia."Dia dibunuh pamanmu?""Digantung setelah Radit menidurinya, lebih tepatnya. Radit belum lama tahu kalau gadis yang dia lecehkan malam itu adalah Tia." Zee syok mendengar fakta sebenar mengenai Tia. Tak terbayangkan betapa sakit yang Tia rasakan. Kini perempuan itu tahu kenapa Radit terlihat sedih akhir-akhir ini."Maaf." Zee berucap lirih."Dan
"Ayah."Sita memanggil lirih pria tua yang duduk di sofa menghadap jendela, dengan wajah nelangsa dan putus asa."Ayah," panggil Sita lagi. Lelaki itu tidak merespon. Lebih suka memandang rerumputan yang tampak menyegarkan mata dibanding pemandangan muram ruang kerja Abdi.Netra lelaki itu basah, dia sudah menangis untuk waktu yang cukup lama. Menyesali diri dengan apa yang telah terjadi dalam keluarganya. Kehilangan keluarga ini sudah terlalu banyak, luka yang diakibatkan oleh kehilangan tersebut juga cukup dalam. Mereka yang pergi tak mungkin kembali."Aku dan ibumu pernah berjanji akan bersama sampai akhir. Aji dan Kamelia perlu usaha keras agar aku tidak ikut menyusul ibumu saat itu. Tapi apa yang kudengar hari itu, sangat melukaiku, Ta."Masih tidak menatap putri sulungnya. Bulir bening itu kembali datang, menciptakan sendu teramat perih untuk Abdi. Belahan jiwanya pergi dengan cara menyakitkan. "Aku tidak masalah jika ibumu pergi karena waktunya sudah habis, tapi dia! Berani se
Setelah perkara cilok yang penuh drama. Lelaki itu balik ke rumah sakit sekitar pukul sepuluh malam. Birru harus pergi ke rumah si penjual cilok. Memintanya membuatkan benda bulat dari tepung tapioka versus tepung terigu.Waktu kembali ke ruangan Zee, perempuan itu sudah tidur memeluk boneka beruang yang entah dari mana dia dapat. Lebih menyebalkan lagi, ketika Birru disuruh melahap ciloknya jika sudah datang."Kamu kelamaan sih. Ngambek kan yang punya hajat." Kamelia berujar lirih."Yaelah Ma, tukang ciloknya sudah gak pada eksis jam segitu di kampus. Terpaksa ke rumahnya. Terus ini gimana dong?" Birru menunjuk dua kresek bening berisi cilok dan kondimennya alias sambal kacang."Berikan ke perawat aja sana. Itung-itung sedekah, dari pada gak ada yang makan. Mumpung masih anget gitu.""Bagiin sana." Birru mendorong kresek itu ke dada Radit yang tiduran di sofa. Sepertinya lelaki itu memutuskan pulang ke kediaman utama, pun dengan Kamelia. "Kok aku sih Mas?" protes Radit."Tinggal an