Keynan menggosok rambutnya yang sedikit basah saat keluar dari kamar mandi lantas meraih ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur karena ingin mengirim pesan pada Dara. Namun, ponselnya ternyata mati karena dia lupa belum mengisi daya sejak tadi malam.
Keynan pun mengisi daya ponselnya lantas memakai baju. Setelah itu dia menuju meja belajarnya yang terletak di sudut kamar karena ingin mengerjakan tugas kuliah.
Namun, baru beberapa menit mengerjakan pintu kamarnya tiba-tiba diketuk Bik Minah dari luar. Wanita paruh baya yang sudah menjadi asisten rumah tangga sejak dia masih kecil itu mengatakan kalau ayah dan ibunya sudah menunggu di meja makan untuk makan malam bersama dengan Yuda dan Melisha.
"Tolong bilang ke ibu dan ayah kalau Keynan masih mengerjakan tugas, Bik," ucap Keynan tanpa mengalihkan pandang dari laptopnya yang ada di hadapan karena tugas kuliahnya harus dikumpulkan malam ini.
"Sepertinya aku salah memakai sepatu." Dara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk menyembunyikan kegugupannya. "Tunggu sebentar, ya? Aku mau ganti sepatu dulu." Dara cepat-cepat kembali ke kamar untuk ganti sepatu. Keynan geleng-geleng kepala sambil tersenyum geli melihat tingkah gadis itu. Sepertinya Dara memang ingin cepat-cepat bertemu dengannya hingga salah memakai sepatu. Gadis itu ... sangat ceroboh tapi entah kenapa malah terlihat menggemaskan di matanya. "Dara ... Dara ...," gumamnya sambil menundukkan diri di sofa menunggu Dara selesai ganti sepatu. Tiba-tiba saja ponselnya yang berada di dalam saku celana bergetar. Kening Keynan berkerut dalam karena ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Pesan tersebut berisi ucapan selamat pagi dan kata-kata motivasi agar dia semangat menjalani kuliah hari ini. Keynan tidak tahu orang konyol mana yang mengirim pesan
"Selamat pagi, Keynan," sapa Melisha dengan senyum lebar."Melisha apaan, sih?!" Keynan berdecak kesal lantas melepas tangan Melisha yang melingkari pinggangnya dengan sedikit kasar.Melisha mengerucutkan bibir kesal. "Kenapa kamu tidak membalas pesanku? Aku kan, ingin berangkat ke kampus sama kamu."Keynan menghela napas panjang karena Melisha mendadak sok akrab dengan dirinya setelah tahu kalau sang ayah berteman dengan ayah gadis itu."Aku sibuk," jawab Keynan. Padahal dia tidak minat membalas pesan gadis itu. Lagi pula pesan Melisha tidak penting dan dia malas untuk sekadar berbasi-basi.Kecuali dengan Dara. Dia akan melakukan apa pun untuk menarik perhatian gadis itu, termasuk menjatuhkan harga dirinya.Melisha berdecak kesal karena Keynan masih saja bersikap dingin pada dirinya. Padahal dia sudah berusaha keras bersikap baik di depan cowok itu.Menyebalkan!Namun, sikap dingin Keynan malah membuat Melisha merasa semakin t
"Kalau bicara jangan suka asal!""Aduh!" Brian meringis karena Shasa memukul kepalanya lumayan keras."Aku serius! Kalau kamu tidak percaya tanya saja sendiri sama, Keynan," ucapnya sambil mengusap kepalanya yang berdenyut karena dipukul Shasa.Sementara itu wajah Dara berubah pias. Gadis itu terenyak di tempat duduknya karena terkejut mendengar ucapan Brian barusan. Keynan tidak mungkin dijodohkan dengan Melisha.Ya, itu tidak mungkin karena Keynan tidak memiliki perasaan pada gadis angkuh itu.Shasa mengeluarkan ponselnya dari tas karena ingin menelepon Keynan untuk memastikan apakah teman barunya itu benar-benar akan dijodohkan dengan Melisha.Namun, Keynan tidak menjawab teleponnya padahal dia sangat ingin tahu kebenarannya."Keynan tidak mungkin mau dijodohkan dengan Melisha. Iya kan, Ra?" Shasa menatap Dara seolah-olah
Jantung Keynan berdetak semakin cepat, seolah-olah ingin meledak karena Dara tiba-tiba mengecup bibirnya. Sedetik kemudian dia tersenyum. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Binar bahagia terpancar jelas dari kedua sorot matanya karena Dara akhirnya membalas perasaannya."Ugh ...." Dara tersentak karena Keynan tiba-tiba menarik pinggangnya lantas menyatukan kembali bibir mereka. Begitu lembut dan penuh perasaan. Dara seolah-olah bisa merasakan kalau Keynan benar-benar tulus mencintainya lewat ciuman mereka.Keynan menangkup pipi Dara dan semakin memperdalam ciuman mereka. Dia melumat bibir bagian atas dan bawah gadis itu bergantian. Rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayap di dalam perut Dara. Rasanya sungguh gila dan mendebarkan.Gadis itu refleks mengalungkan kedua lengannya ke leher Keynan karena kakinya mendadak lemas seperti jelly."Erngh ...." Keynan melepas pagutan bibirnya saat mendengar erangan halus yang keluar dari
"Kamu mau pergi ke mana, Key?" tanya Hana ketika melihat putra semata wayangnya itu berjalan menuruni tangga. Aroma lemon bercampur dengan citrus yang menguar dari tubuh Keynan seketika menyeruak di indra penciuman Hana. Sangat menyegarkan. Malam ini Keynan terlihat tampan memakai kaus hitam polos yang dilapisi jaket denim dan celana jeans berwarna senada. Apa Keynan ingin pergi malam mingguan? "Keynan mau keluar sebentar, Bu." "Sama siapa?" Hana kembali bertanya. "Teman." "Teman apa teman?" Hana menatap Keynan dengan pandangan penuh selidik karena Keynan selalu pergi keluar saat malam minggu. Instingnya sebagai sorang ibu mengatakan kalau Keynan sudah memiliki kekasih. Apakah ini alasan yang membuat Keynan menolak dijodohkan dengan Melisha? "Teman ...," jawab Keynan sambil memberi tambahan kata 'spesial' di dalam hatinya. Ponsel Keynan yang berada di dalam saku celana tiba-tiba bergetar karena ada pesan masuk. Keynan tanpa sadar tersenyum ket
Wajah Tama mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Amarah tegambar jelas di wajahnya karena harga dirinya sebagai seorang pria seolah-olah diinjak setelah mendengar ucapan Dara barusan.Bagaimana mungkin Dara menganggapnya sudah tiada setelah dia memberi uang, apartemen mewah, dan barang-barang mahal untuk gadis itu.Apa Dara tidak pernah menghargai semua pemberiannya dan pengorbanan yang sudah dia lalukan demi membahagiakan gadis itu?Dia bahkan tega meninggalkan Hana yang sedang terbaring koma di rumah sakit demi menemani gadis itu pergi ke taman bermain.Tama berjalan cepat menghampiri Dara lalu mencekal pergelangan gadis itu dengan kuat hingga membuat Dara meringis kesakitan."Apa yang Anda lakukan, Tuan?" Dara berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Tama.Bukannya melepas, Tama malah mencengkeram pergelangan Dara semakin erat. Dia tidak peduli Dara yang meringis kesakitan dan memohon-mohoh agar dia melepaskan cengkrama
Keynan tetap bertahan di posisinya. Selama tiga puluh menit yang dia lakukan hanya diam sambil mengusap punggung Dara yang gemetar hebat di dalam dekapannya. Suara tangis gadis itu terdengar sangat memilukan dan menyayat hatinya.Sebagai seorang kekasih, Keynan seolah-olah bisa merasakan apa yang saat ini sedang Dara rasakan.Jika Dara sedang sedih, maka dia akan merasa jauh lebih sedih dari gadis itu.Jika Dara bahagia, maka dia akan merasa jauh lebih bahagia dari pada gadis itu.Jika Dara terluka, rasanya Keynan ingin sekali menggantikan posisi gadis itu agar tidak merasa sakit.Keynan terus mengusap punggung Dara dengan lembut sambil sesekali mengecup puncak kepala gadis itu. Semoga Cara itu bisa membuat perasaan Dara kembali tenang.Dara melepaskan diri dari dekapan Keynan karena perasaannya sekarang jauh lebih tenang. Lagi pula percuma saja dia terus berlarut-larut dalam kesedihan karena memikirkan ucapan Tama. Lebih baik dia mera
Ruangan semakin terasa panas. Erangan dan desahan bergantian keluar dari mulut keduanya. Keynan menyentak semakin dalam membuat gadis yang berada di bawah tubuhnya mengerjat."Le-lebih cepat, Key."Keynan pun menggerakkan pinggulnya semakin cepat sesuai permintaan Dara. Sementara kedua tangannya meremas duah buah gundukkan kenyal milik gadis itu dan sesekali memilin pucuknya yang sudah mengeras.Tusukan demi tusukan membuat tubuh Dara mengerjat. Perutnya pun terasa kram karena milik Keynan yang bergerak di dalamnya terasa sangat penuh dan sesak tapi nikmat di saat yang sama.Erangan dan desahan bergantian keluar dari bibir Dara. Mata dan bibir gadis itu sedikit terbuka, menikmati milik Keynan yang giat menumbuk miliknya yang sudah
Dara tertegun, sepasang mata caramell miliknya terpaku pada lelaki berkacama mata yang berjalan menghampirinya. Selama tiga puluh detik yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi lelaki tersebut. Dara tidak pernah menyangka Dirga datang ke pernikahannya dan Keynan karena dia tidak mengundang lelaki itu demi menjaga perasaan suaminya. Dirga menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit dadanya. Tangannya tanpa sadar menggenggam jemari wanita berkerudung merah muda yang menemaninya menghadiri resepsi pernikahan Dara dan Keynan dengan erat karena bagaimana pun juga Dara pernah mengisi ruang kosong di dalam hatinya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Sabrina terdengar penuh perhatian. Dirga kembali menarik napas panjang lantas mengangguk samar. "Ya, aku baik-baik saja," jawabnya. Sabrina menatap Dirga dengan lekat. Sepertinya lelaki itu belum benar-benar bisa melupakan Dara dan berpura-pura terlihat tegar di depan banyak orang. "M-Mas Dirga ...?" Keynan memeluk pingga
"Kamu kan, sudah dapat kue sendiri, Ayes. Kue ini punya kakak.""Tapi Ayes masih mau kue lagi.""Kakak tidak akan memberikan kue ini padamu.""Dasar pelit!""Biarin."Kening Keynan berkerut dalam karena mendengar suara Ayes dan Keysha. Hari Minggu yang seharusnya dia gunakan untuk beristirahat sepertinya hanya akan menjadi angan-angan belaka karena Ayes dan Keysha sangat berisik. Mereka benar-benar mengganggu waktu istirahatnya.Keynan beranjak meninggalkan tempat tidurnya lantas menghampiri Ayes dan Keysha yang sedang memperebutkan sepotong kue brownies."Kenapa kalian berisik sekali?" tanya Keynan dengan wajah mengantuk karena dia baru bisa tidur jam satu semalam. Beberapa hari ini dia memang sengaja lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya karena lusa dia akan menikah dengan Dara."Ayes, ini, Pa. Udah punya kue sendiri tapi masih minta punya Keysha.""Ayes cuma minta sedikit, Dad. Tapi Keysha nggak mau ngasih. Dasar pelit!"Kedua mata Keysha sontak membulat mendengar ucapan Ayes bar
Keynan tampak begitu serius membaca berkas yang ada di tangannya padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Semenjak satu minggu yang lalu lelaki itu memang sengaja menyibukkan diri dengan bekerja karena ingin mengalihkan pikirannya dari Dara dan Ayes.Namun, pekerjaan ternyata tidak berhasil membuatnya berhenti memikirkan Dara dan Ayes. Sehari begitu tiba di Indonesia, dia langsung menghubungi Dara untuk menanyakan kabar Ayes.Dara mengatakan kalau Ayes baik-baik saja. Namun, entah kenapa perasannya mengatakan kalau Dara sedang membohonginya. Sebagai seorang ayah yang memiliki ikatan darah dan batin dengan Ayes, dia seolah-olah bisa merasakan kalau Ayes sedang bersedih karena kepergiannya. Apa lagi dia tidak berpamitan pada Ayes."Kau belum pulang?"Keynan mengalihkan pandang dari berkas yang ada di tangannya sekilas agar bisa menatap Brian yang sedang berjalan menghampirinya."Kau sendiri kenapa masih di sini? Bukankah aku sudah memintamu untuk pulang dari tadi?""Aku tadi s
Tidak ada yang membuka suara sejak lima belas menit yang lalu. Dara hanya diam sambil meremas kesepuluh jemari tangannya tanpa berani menatap Dirga yang duduk tepat di hadapannya. Dara sepenuhnya menyadari Dirga pasti marah dan kecewa karena dia tidak memberi tahu jika dia bertemu lagi dengan Keynan. Dirga kembali meneguk segelas air putih yang ada di tangannya. Amarah dan kekecewaan tergambar jelas di wajah tampannya. Dirga merasa sangat marah sekaligus kecewa karena Dara tidak memberi tahu jika Keynan datang. Sepupunya itu bahkan tinggal di apartemen calon istrinya. Entah apa yang sudah Dara dan Keynan lalukan selama mereka tinggal bersama. Membayangkannya saja sudah membuat dadanya terasa sesak. Apakah ada hal yang lebih menyakitkan lagi dari pada ini? "Sudah berapa lama?" "Maksud, Mas?" Dara malah balik bertanya karena tidak mengerti dengan maksud Dirga. Dirga melirik Keynan dan Ayes yang sedang asyik bermain ular tangga di ruang tengah. Melihat mereka yang begitu dekat, memb
"Bagaimana undangan ini, Nona?"Dara menatap undangan yang terdapat bibit tanaman pada kertasnya. Kertas undangan tersebut akan tumbuh dan berbunga sangat indah jika diberi air lalu ditanam. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga calon memperlai pengantin berjalan harmonis.Namun, menurut Dara undangan tersebut terlalu rumit dan harganya lumayan menguras kantong."Apa ada contoh undangan lain?""Sebentar, Nona." Wanita berambut pirang yang duduk di depan Dara mencari beberapa contoh desain undangannya untuk direkomendasikan pada Dara."Bagaimana dengan yang ini, Nona?" Wanita itu menunjukkan contoh udangan pilihannya pada Dara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti pita atau bros yang bisa digunakan tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Dirga."Undangan ini cukup populer dikalangan calon pengantin akhir-akhir ini. Apa Anda tertarik dengan undangan ini?""Em ...." Kedua alis Dara tampak menyatu jika dia se
Dara hanya diam. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya meskipun di kepalanya tersimpan berbagai pertanyaan untuk Keynan. Selama tiga puluh menit yang dia lakukan hanya diam sambil mengusap keringat dingin yang membasahi tubuh Keynan. Enam tahun lebih dia mengenal Keynan, dan baru pertama kali ini dia melihat lelaki itu mengerang kesakitan hingga nyaris pingsan. Obat yang dia temukan beberapa hari lalu ternyata milik Keynan. Setelah mencari tahu lewat internet, akhirnya dia tahu kalau obat tersebut adalah aspirin. Obat bagi penderita penyakit jantung. Kenapa Keynan minum aspirin? Apakah lelaki itu menderita penyakit jantung? Keynan melirik Dara lewat ekor matanya. Dia yakin sekali Dara pasti ingin menanyakan banyak hal pada dirinya. Namun, Dara malah menahannya sampai kondisinya kembali membaik. Wanita itu sangat pengertian. Sepertinya dia harus menyiapkan jawaban yang tepat agar Dara tidak khawatir. "Key ...." "Ya?" "Apa aku boleh tanya sesuatu?" "Tentu saja, Dara.
"Kamu sudah gila?" pekik Dara ketika menyadari kalau Keynan ingin tinggal bersamanya dan Ayes."Biaya sewa hotel sangat mahal, Dara. Karena itu aku memutuskan untuk tinggal bersama kalian."Dara memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa penat. Wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Keynan. Bagaimana mungkin Keynan ingin tinggal bersamanya dan Ayes padahal lelaki itu tahu kalau dia sebentar lagi akan menikah dengan Dirga.Apa Keynan sudah kehilangan akal?"Keynan, jangan gila!""Kamu sudah mengatakan itu dua kali. Terima kasih."Kedua tangan Dara mengepal kuat di sisi tubuhnya. Ucapan Keynan barusan membuatnya semakin geram karena lelaki itu menganggap remeh ucapannya."Keynan, dengar. Kamu memang ayah kandung Ayes, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya tinggal bersama kami. Lagi pula aku sebentar lagi akan—""Sstt ...." Dara sontak berhenti bicara karena Keynan menaruh jari telunjuk tepat di bibir."Aku tahu kalau kamu sebentar lagi akan menikah dengan kak Dirga. Ta
'Aku tahu karena Brian harus meng-handle semua pekerjaan Keynan.' Dara lupa kalau Shasa pernah memberi tahu kalau Brian menjadi sekertaris sekaligus orang kepercayaan Keynan. Sepertinya Brian terpaksa meng-handle semua pekerjaan Keynan karena lelaki itu sedang berada di Sidney sekarang. 'Aku benar-benar kesal dengan Keynan. Sejak dulu mantan kekasihmu itu suka sekali membuat Brian kerepotan,' gerutu Shasa seperti nenek-nenek. Dara tanpa sadar tersenyum karena yang Shasa katakan benar. Keynan memang egois dan keras kepala. Akan tetapi anehnya dia malah tertarik dengan lelaki itu. Ada satu hal istimewa di dalam diri Keynan yang bethasil membuat Dara jatuh cinta. Dan hal itu tidak dimiliki oleh Dirga meskipun lelaki itu sangat baik dan perhatian pada dirinya. Cinta memang rumit. 'Dara kamu masih di situ, kan?' Pertanyaan Shasa berusan membuat Dara tergagap. "Iya, Sha." Terdengar helaan napas panjang di seberang. 'Aku punya firasat buruk tentang hubunganmu dan kak Dirga.' "Maksud k
"Mommy, jangan tata rambut Ayes seperti ini." Ayes selalu tidak suka jika Dara membelah rambutnya ke samping karena jidatnya yang agak sedikit lebar menjadi kelihatan. "Biar rapi, Ayes." Dara tidak menyerah menata rambut Ayes sesuai dengan keinginannya. Lagi pula Ayes harus tampil rapi ke sekolah. Ayes mengerucutkan bibir kesal. Menurutnya tatanan rambut yang Dara buat tidak cocok untuknya dan menurunkan sedikit kadar ketampanannya. "Nah, kalau begini kan, kelihatan tampan." Dara membetulkan dasi Ayes yang sedikit miring sebelum mengajak putra semata wayangnya itu sarapan. "Ayes, kenapa?" tanya Keynan heran karena melihat muka Ayes yang masam. "Bukan urusanmu." Dara menjawab ketus pertanyaan Keynan kemudian menyiapkan pancake untuk Ayes. Keynan menghela napas panjang, sepertinya Dara masih marah karena dia sudah mengecup bibir wanita itu sembarangan. "Anak ayah kenapa cemberut?" tanya Keynan terdengar penuh perhatian membuat telinga Dara mendadak terasa gatal. Apa lagi ketika me