Home / CEO / Gadis Sejuta Dollar / BAB. 25. INKUBATOR

Share

BAB. 25. INKUBATOR

Author: Snow Sparkle
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

DUK...DUK...DUK!

Jovan memukulkan martil pada paku. Keningnya basah karena keringat. 

Albin memperhatikan Jovan yang berdiri di atas kursi memasang pigura foto pernikahan mereka. Suaminya tetap terlihat tampan meski hanya mengenakan celana boxer dan kaos singlet. 

Hari ini adalah hari ketiga Albin dan Jovan menjadi suami istri dan mereka sudah tinggal bersama di rumah besar milik sang suami. 

“Sini mana fotonya?” Jovan menyurungkan tangan. 

Albin memberikan bingkai berukuran besar foto pernikahan mereka, “Untuk apa dipasang, Jo? Bentar juga nanti kita pisahan.” 

“Gak papa. Aku suka aja liat foto kita. Lagi pula malah aneh jadinya kalau gak dipasang. Nanti Papa tanya.” Jovan mengaitkan tali pigura ke paku. 

“Emang Papa sampai segitunya?” tanya Albin dengan nada terkejut dan kening mengkerut. 

“Iya … ‘kan kamu menantu kesayangan. Nanti di

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur Abd malek
kasian Albin..cuma di jadiin sadaran sama Jovan..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 26. MENEMUKAN JEJAKMU

    Jovan menarik napas panjang dan dalam, “Pak Sardi?” Dia menyurungkan tangan kepada lelaki cukup tua. Setidaknya penampilannya terlihat seperti tua. Rambutnya sudah banyak yang putih dari pada yang hitam. “Iya, Pak.” Yang dipanggil Sardi tersenyum ramah menyambut tangan Jovan. “Jadi istri saya ditemukan di dalam bak pick up punya Bapak?” “Iya, Pak,” jawab Sardi. “Lalu Bapak?” tanya Jovan pada lelaki lain yang duduk di sisi Sardi. “Saya Anwar. Teman Sardi.” Anwar menyurungkan tangan. “Bapak sama Ibu?” Jovan bertanya bersalaman kepada lelaki dan perempuan saling berdampingan berdiri bersebelahan. “Saya Marfan, dia Sari istri saya.” “Mari, silakan duduk.” Jovan mempersilakan para tamunya duduk. Sardi mengedarkan pandanga

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 27. IMPOTEN

    Jovan duduk di belakang kemudi menatap lekat sang istri menuruni anak tangga pelataran rumah. Gaun hitam pekat tanpa lengan melekat dengan indah di tubuh Albin, menutup hingga ke lutut. Sangat kontras dengan kulitnya yang seputih porselen. Rambut putihnya ditata ala Classic French Braid, digelung menyamping membuat pundak wanita itu terekspos sempurna. Sepasang anting mutiara berwarna hitam menghiasi kedua telinga Albin. Sepasang sepatu hitam ber-heels rendah bertabur kristal swarovski mempercantik kaki jenjang milik Albin. Dia terlihat luar biasa. Dengan langkah perlahan Albin menuruni anak tangga. Senyuman manis menghiasi wajahnya yang secantik dewi rembulan. Jovan tersenyum menatap Albin penuh kekaguman. Sang istri memang secantik itu di matanya. Begitu mempesona hingga membuat kekacauan besar di dalam dirinya.

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB. 28 TRANSVAGINAL

    Albin dan Jovan tersenyum menyalami para tamu undangan acara resepsi pernikahan mereka berdua di kampung halaman Albin. Acara resepsi mereka digelar selama tiga hari tiga malam karena ada rentetan acara adat yang mereka lakukan dan dilangsungkan dengan besar-besaran. Jovan yang ingin begitu, dia ingin teman-teman Albin yang dulu mem-bully-nya menjadi iri. Albin didandani begitu cantik. Kedua orang tua-angkat Albin tersenyum bangga. Adi sang Papa Mertua Albin terlihat bahagia dan dengan sabar menyalami para tamu undangan hingga acara selesai dan dia kembali ke kota saat acara hari itu selesai di sore hari. Albin merebahkan tubuhnya yang lelah di atas kasur di kamar di dalam rumahnya. Jovan juga berbaring di sisinya. “Kamu gak papa papa tidur di sini? Apa kita pulang aja?” tawar Albin pada sang suami. Albin mer

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB. 29. KEDATANGAN TAMU

    karena tidak ingin menarik perhatian orang banyak. Dia menyusuri koridor klinik setengah berlari dan berusaha keras agar tidak menabrak pengunjung lain. Albin terus lari hingga dia berada di area halaman klinik yang juga difungsikan sebagai parkiran. Istri dari Jovan itu mengedarkan pandangan. Dia berjalan mendekati sebuah mobil lalu duduk di samping mobil itu, di atas beton pembatas area parkiran yang dicat kuning hitam memiliki tinggi sebetis. Albin berusaha mengatur napasnya yang tersengal karena berlari dari ruang klinik bagai seseorang yang baru saja melihat hantu. Namun, keadaan yang sebenarnya adalah, Albin berusaha lari dari kenyataan bahwa dia harus menyerahkan keperawanannya dengan cara yang sama sekali tidak pernah diduganya. Wanita itu menundukkan wajah dalam-dalam. Dia menutup mata rapat-rapat. Kali ini, sinar mentari yang bersinar cukup menyengat tidak diindahkannya. Air mata mengalir membasahi kedua pipinya. Albi

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 30. PEPPER ACADEMY

    Albin menyandarkan punggung di sandaran kursi mobil sambil menatap hampa ke luar jendela. Dia berusaha berdamai dengan pergolakan perasaan di dalam dadanya. Albin tidak tahu pasti perasaan apa yang kini tengah berkecamuk di dalam sana. Dia tidak tertarik dengan tamu dari jauh yang dikatakan Jovan. Dia tidak peduli, menurutnya tidak ada hubungannya dengan dirinya. Perasaannya sedang campur aduk dan bergejolak dahsyat menyesakkan dada. Dia marah dan kecewa, tapi entah pada siapa. Apakah dia marah kepada Jovan yang menurutnya sama sekali tidak membalas cintanya? Atau dia kecewa karena Jovan sama sekali tidak menyentuhnya? Ataukah dia marah kepada dirinya sendiri karena sudah berani jatuh pada lelaki seindah Jovan? Sepertinya dia kecewa kepada dirinya sendiri yang terlalu berani menaruh angan-angan terlampau tinggi bahwa suatu saat Jovan akan jatuh hati kepada dirinya, mencintai dirinya seperti halnya ia mencintai J

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 31. TES DNA

    Jovan memarkir mobil di area parkiran sebuah hotel cukup bagus. Meski tubuhnya lelah dan malam sudah cukup larut, tapi dia tetap menyempatkan diri untuk datang. Dengan langkah tergesa dia memasuki area coffee shop and cafe di hotel itu. Ketika dia sudah sampai, Jovan mengedarkan pandangan. Keadaan di dalam sana cukup ramai pengunjung. Suara piring dan sendok berdenting saling beradu dengan piring. Lamat-lamat suara pengunjung meja satu dengan dengan meja yang lainnya saling bersahutan, sulit untuk bisa mendengar jelas apa yang sedang mereka bicarakan. Aroma harum kopi dan kue mengisi udara di dalam sana. Pelayan membawa nampan yang terisi hidangan maupun kertas tagihan berlalu lalang di depan Jovan. Lambaian tangan seseorang menyudahi pencariannya. Jovan berjalan mendekati meja yang terletak di tengah-tengah tempat itu. Ada tiga orang duduk di

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 32. SATU JUTA DOLAR

    Jovan panik saat tahu istrinya belum pulang dan tidak menjawab panggilan telepon. Ia kembali menelpon, kali ini sopir Albin yang dia yang dihubunginya. Nada tunggu mengalun beberapa detik. Bahkan hal itu semakin menambah kekhawatiran Jovan. “Halo, Pak Saleh.Albin mana?” Jovan segera menodong sopir baru itu dengan nada bicara yang terdengar khawatir. “Maaf, Pak. Saya gak tau. Tadi Ibu minta antar ke cafe, katanya dia mau ketemu teman. Terus saya disuruh pulang, kata Ibu nanti dia pulang sendiri aja,” terang Saleh takut-takut. Dia mendengar nada ketidaksukaan dalam suara Jovan. “Kok kamu gak bilang, sih? Harusnya kamu bilang! Sampai sekarang dia belum pulang-pulang. Ditelpon juga gak diangkat-angkat!” ucap Jovan dengan nada meninggi. “Maaf, Pak. Saya gak tau.” Saleh terpojok dan merasa tidak enak hati. Manalah dia tahu nyonya-nya aka

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 33. ISTRI KURANG AJAR

    Mobil yang dikemudikan Herman sudah berhenti tepat di depan rumah. Albin membuka pintu mobil lebih dulu sebelum Jovan dan ia langsung turun tanpa melihat ke arah sang suami. Seakan-akan tidak ada siapa pun di sisinya. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat dan lebar. Seakan-akan di belakangnya ada hewan pemangsa yang siap menerkam dirinya. Jovan memperhatikan tingkah Albin. Dia menggelengkan kepala dengan perasaan jengkel, “Makasih, Pak Herman.” Ia menepuk pundak sopirnya. “Sama-sama, Pak.” Herman mengangguk pelan. Bos-nya hampir tidak pernah lupa untuk selalu mengucapkan terima kasih di akhir pertemuan mereka, di setiap hari. Jovan membuka pintu kemudian keluar dari mobil lalu segera masuk ke dalam rumah. Langkah kaki Albin masih terdengar dari tempatnya berjalan. Ia menaiki anak tangga dan terus berjalan hingga ke depan pintu kamar Albin. BRAK!!! Jovan menekan ken

Latest chapter

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 54. I DO IT ALL FOR LOVE (THE END)

    *Komentar tiap paragraf, ya. Kalau komentar dan riview kalian yahud ... nanti ada ektra part. Hahaha. Jangan lupa kasih riview ... jika yang kasih riview mencukupi 20 orang, aku kasih ektra part hari sabtu minggu nanti. Kenapa sabtu atau Minggu? Pas hari itu aku libur kerja. Jadi maafkan author yang nulis di sela kesibukan inih* BAB INI MENGANDUNG UNSUR PERCINTAN YANG EKPLISIT DAN MENDETIL. SILAHKAN SKIP KALAU KELIAN MERASA TIDAK NYAMAN* *** Jovan pergi ke toilet mencuci tangan dan membasuh celananya yang basah karena masih terdapat sisa-sisa cairan dirinya di sana. Menari di dalam benaknya apa yang baru saja terjadi di ruangan Gloria tadi. Semua benar-benar tampak nyata. Albin mengenakan lingerie cokelat keemasan, panjangnya menutup hingga sedikit di bawah bokong. Renda transparan di bagian dada, memperlihatkan separuh gunungan indah mempesona. Tatapan mata Albin yang sayu menggoda dirinya untuk

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 53. LITTLE JOJO

    Jovan memandangi gedung-gedung tinggi di sisi jalanan sambil menyandarkan kepala di sandaran kursi mobil dengan tatapan hampa. Beberapa kali desah napas berat terdengar keluar dari mulutnya. Pikirannya melayang jauh memikirkan Albin. Akhir-akhir ini Ia merasa kebingungan. Menurutnya, kemungkinan dirinya sudah sembuh, tapi dia merasa takut untuk membuktikannya. Seringkali pikiran untuk membuktikan dirinya sudah sembuh atau belum, muncul di kepalanya. Namun, untuk mencoba kembali menonton video seperti saat itu, dia takut. Ia tidak yakin kalau dirinya akan baik-baik saja. Seringkali ia membayangkan hal-hal romantis dan indah bersama Albin, hal yang sebelumnya tidak pernah berani ia lakukan bahkan hanya dengan sekedar memikirkannya saja. Menurut pemikiran Jovan, mungkin itu indikasi bahwa dirinya sudah siap. Namun, ia sangat ragu. Bukankah saat itu mereka hampir saja bisa melakukannya, tapi gagal?

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 52. JATAH BULANAN

    Jovan terdiam beberapa saat. Sungguh ia sangat ingin bertemu Albin, tetapi ia merasa belum siap. Ia takut jika mendengar Albin kembali bicara meminta kepastian agar dia bisa melakukan apa saja. Tentu saja Jovan paham apa maksud dari kalimat "apa saja" yang dikatakan Albin. Ia sanggup melepaskan Albin meski ia tak ingin, tapi jika memang Albin menginginkannya ia tidak bisa memaksa 'kan? Jovan benar-benar melepaskannya saat Albin terakhir kali mengirimkan pesan yang membuat dirinya merasa tidak berguna, tidak berharga dan tidak layak untuk hidup. Ia yakin, jika dia mendengar kata-kata itu lagi ia tidak akan pernah bisa bangkit lagi. Kata-kata itu sangat menyakiti dirinya. Seakan dikatakan dengan jelas, kalau kamu tidak mampu, aku cari lelaki lain. Belum lagi Jovan sangat takut diselingkuhi, takut ditinggakan lalu terpuruk dalam kesendirian. Karena itu ia melepaskan Albin, tapi Albin menolak untuk berpisah dan m

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 51. YOU'RE MY MEDICINE

    Jovan tersenyum memandangi pantulan bayangan dirinya di cermin. Ia merasa bahagia. Sudah sebulan terakhir dia sudah tidak lagi meminum obat. Ia dengan rutin mendatangi Felicia sekali dalam seminggu dan saat ini sudah berjalan selama tiga bulan. Perlu waktu bagi Jovan untuk benar-benar pulih. Felicia dan Adi terus membantu dirinya bangkit dan terus berusaha membangun kepercayaan dirinya kembali. Perlahan obat yang biasanya diminum dua kali sehari diturunkan sekali sehari. Beberapa waktu kemudian, terkadang Jovan lupa, kadang dia malas, dan dia baik-baik saja. Tidak lagi merasa cemas berlebihan walaupun tidak meminum obatnya. Setelah itu dia jadi tahu bahwa dirinya baik-baik saja tanpa obat. Ia tahu bahwa dirinya sudah bisa lepas obat. Wajah tampannya kini bersinar seperti sedia kala. Sinar matanya tidak lagi redup penuh kesedihan. Saat ini ia hanya meminum vitamin untuk otaknya karena setelah

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 50. SISI TERGELAP

    "10. Aku akan menghadapi apa pun resikonya," ucap Jovan dengan nada bicara penuh percaya diri. Ia mengangkat wajah melihat dalam ke arah Felicia. "Yakin? Barusan kamu bilang hanya mau mencoba? Mencoba untuk tau lalu mundur? Kenapa? Apa pentingnya kamu sembuh tanpa obat?" Felicia menyandarkan punggung di sandaran kursi sambil meneliti Jovan lebih dalam. "Aku mau bersama Albin," kata Jovan lirih. Ia menurunkan pandangan ke meja. Ia mencoba menyembunyikan kesedihan. Senyuman Albin tiba-tiba membayang di kedua matanya. "Lalu mau apa kalau bersama Albin? 'Kan sekarang sudah bersama? Memangnya apa yang kamu anggap penting saat bersama Albin?" "Menjadi lelaki seutuhnya." Mata Jovan berkaca-kaca, "dia terus membicarakan mau mencari lelaki lain. Aku tau maksudnya, dia menyindirku karena tidak juga menyentuhnya." Air muka Jovan terlihat sangat sedih. "Apa p

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 49. KETAKUTAN TERBESAR. 

    Dada Albin bergemuruh hebat saat wajah tampan Kei mendekat dengan cepat ke arah wajahnya. Tubuhnya gemetar. Ia melihat semua seakan dalam gerakan lambat. Perlahan tapi pasti bibir Kei semakin dekat dengan wajahnya. Albin memalingkan wajah menghindari bibir Kei mendarat tepat di bibirnya. Kei terdiam melihat penolakan Albin. Ia menelan kembali hasratnya untuk mengecup bibir Albin yang terlihat sangat menggoda untuk dinikmati. "KEI!" tatap Albin nyalang penuh kemarahan kepada teman suaminya itu, "aku punya suami. Gak nyangka kamu tega begin!" seru Albin dengan kata-kata bergetar. Kei tersenyum tipis mendengar penuturan Albin, "Tapi Jovan sudah lepaskan kamu 'kan?" Albin melihat senyuman itu. Senyuman rumit yang seolah-olah merefleksikan perasaan dan pemikiran Kei. Sulit ditebak entah apa yang ada di benak Kei. Meski begitu, senyuman itu membuat Kei justru terlihat s

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 48. INGIN SENDIRI

    Adi bergegas menyusuri koridor dengan kaki tuanya. Suara tongkat beradu dengan lantai hampir serupa dengan suara heels seorang wanita saat menapaki lantai keramik. Seorang wanita muda seumuran Jovan berjalan di sisinya. Dia Ririn, pekerja Adi yang kemudian menjadi istrinya. Seseorang yang mampu menyembuhkan lukanya akibat dari perbuatan Jocelyn. "Aku tunggu di luar aja ya," kata Ririn dengan perasaan tak enak hati. Bukan ia tidak mau menjenguk Jovan, tapi dirinya dan Jovan tidak pernah satu kali pun bertegur sapa meskipun Jovan tidak pernah menyakitinya. Adi mengangguk paham. Mata tuanya mengekori sang istri duduk di kursi penunggu di depan pintu masuk ruang IGD. Ia juga melihat ada Roni dan Herman duduk di kursi itu. "Pak," sapa Roni berdiri, "mari saya antar ke dalam." Adi mengangguk, "Ada apa sebenarnya?" tanya Adi dengan napas berat.

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 47. BERLOMBA DENGAN WAKTU

    Waktu berlalu. Perlahan tapi pasti detak jantung Jovan yang semula berpacu cepat karena dia merasa cemas kini mulai normal. Perasaan gelisah itu perlahan mulai memudar. Layar LED besar yang tertempel di dinding kamarnya menampilkan sepasang manusia yang saling berkecup mesra penuh cinta dan kemesraan. Jovan memperhatikan dengan saksama. Seulas senyuman manis tersemat di bibirnya. Ia ingat betapa manisnya rasanya saat dia melakukan hal itu dengan Albin. Pakaian sepasang manusia di layar itu terlepas satu persatu. Mereka terlihat begitu bergairah dan saling mencintai. Sayangnya di saat yang sama bayangan Jocelyn dan lelaki yang bersamanya muncul begitu saja. Terpicu adegan sepasang manusia yang tidak mengenakan pakaian. Jovan tetap menatap layar dengan tatapan hampa. Kesedihan kembali memagutnya sangat erat. Desahan nikmat terdengar dari film itu. D

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 46. PINDAH RUMAH

    Albin mem-packing barang-barang dengan lelehan air mata. Satu demi satu pakaiannya dimasukkan ke dalam koper dan tas besar. Sebenarnya dia sudah tahu perpisahan dengan Jovan pasti akan terjadi karena perjanjian mereka, tapi dia tidak menyangka akan secepat ini. Ia tidak tahu perpisahan akan sesakit ini. Andai ia tahu, tidak akan terucap kata-kata perpisahan dari bibirnya. Terlintas di pikirannya, Jovan memutuskan bercerai karena selama ini dia terus merongrong ingin berpisah saat mereka bertengkar. Semua barang-barangnya sudah tersimpan rapi. Ia meninggalkan gambar sketsa hasil karyanya menggambar Jovan. Dia membingkainya dengan frame kemudian ditempel di dinding. Albin berharap, saat melihat sketsa itu Jovan akan merindukan dirinya. Ia sudah siap untuk pergi. Tidak ada lagi yang tersisa, kecuali sisa kenangan dirinya dan juga Jovan di kamar itu. Kenangan itu melintas dan membayang dengan jelas secara nyat

DMCA.com Protection Status