Sesampainya di kamar, Elena merasa bingung harus melakukan apa. Menutupi ketertelanjangannya, dia pun memakai tshirt kebesaran milik Jackson tanpa dalaman karena dia tidak menemukan pakaian lain di rumah tersebut.Setelah berpakaian dan menguncir rambutnya ke belakang memperlihatkan tengkuknya yang putih, mulus dan menggoda, Elena berjalan mendekati jendela kamar yang memperlihatkan lereng gunung yang tertutup salju dengan pemandangan yang sangat indah,Kemarin dia telah melihat keindahan pemandangan itu dari atas menggunakan helikopter dan itu sungguh menakjubkan. Mengingat hal tersebut, senyum pun terkembang di bibirnya.Lamunan Elena terganggu ketika mendengar suara dari perutnya."Sial, aku lapar sekali,” gumamnya sambil mengusap perutnya dengan gerakan melingkar berulang. Energinya habis karena kegiatan malamnya bersama Jackson.Sadar jika dia butuh makan dan Jackson pun pasti membutuhkannya juga, Elena berjalan keluar dari kamar menuju dapur di rumah itu. Sesampainya di sana, di
"Sepertinya aku sudah kenyang," ucap Jackson yang kemudian beranjak dari.tempat duduknya. Sikap menggoda pria itu seketika lenyap, berganti dengan sikap dingin yang mampu membekukan Elena."Apakah kamu tidak akan menghabiskan sarapanmu?"Jackson menatap makanan di depannya dan menatap Elena dengan perasaan bersalah. "Jujur masakanmu sangat lezat, tetapi perutku sudah sangat kenyang. Mungkin ini cocok untuk makan siang tetapi kurang cocok untuk makan pagi. Maafkan aku.""Tidak masalah, aku bisa menyingkirkan sisanya. Lain kali aku akan membuat makanan yang lebih ringan untuk sarapan kita," kata Elena berusaha untuk menormalkan suaranya yang bergetar.Jackson hanya tersenyum tipis di ujung bibirnya, lalu menjauh dari meja makan."Kamu mau ke mana?" tanya Elena melihat kepergian Jackson."Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Hari ini jangan ganggu aku! Kamu bisa melakukan apapun yang kamu suka tetapi jangan pergi terlalu jauh, aku tidak ingin kamu tersesat," jawab Jackson."Apakah ka
Elena terbangun ketika matahari belum terbit dan langit masih gelap. Dia membalikkan tubuhnya untuk memastikan Jackson masih berada di sampingnya. Tatapan kecewa dan hati yang berdesir sakit, meruntuhkan harapannya. Dia menemukan dirinya hanya berbaring sendiri di ranjang besar tersebut.Lagi-lagi air matanya mengkhianati dirinya, semakin dirinya berkata, "jangan menangis... jangan menangis....!" Air mata itu malah semakin deras mengalir melembabkan pipinya.Tidak ingin Jackson tahu jika dirinya menangis, Elena mengambil resiko untuk mandi di pagi buta. Kaki telanjangnya turun dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi.Sesampainya di sana, tangannya terulur memutar kran berbentuk bulat dengan tanda merah di sebelah kiri untuk air panas dan hijau di sebelah kanan untuk air dingin.Elena mengatur suhu airnya agar tidak terlalu dingin yang bisa membekukan tubuhnya atau terlalu panas yang bisa membakar kulirnya.Setelah mendapatkan suhu yang pas, dia pun masuk ke bawah pancuran besert
Jackson meletakkan Elena di ranjang, wanita itu beringsut memberi ruang agar pria itu bisa ikut naik ke ranjang dan bergabung bersamanya. Matanya terkejut ketika melihat milik Jackson menggembung besar dan mengeras. Dia baru sadar jika pria itu belum mendapat pelepasannya."Oh itu! Ehmm... milikmu," ucap Elena dengan mulut ternganga sambil menunjuk malu ke arah aset milik Jackson.Jackson pun tersenyum, lalu menggerakkan tangannya meminta Elena untuk mendekat. "Kemarilah!" perintah pria itu masih dengan berdiri di pinggir ranjang.Dengan patuh, Elena merangkak mendekatinya dan berhenti ketika wajah sudah sangat dekat dengan milik Jackson yang mengeras. Tatapan mata Elena sampai tidak bisa teralih dari milik Jackson yang berdiri tegak dan menantangnya."Aku ingin kamu bisa mengenal milikku dengan baik," ujar Jackson yang kemudian menarik tangan Elena dan menaruhnya ke atas miliknya tersebut.Wajah Elena langsung memanas dan merona merah seperti udang rebus ketika milik Jackson yang bes
Tarian bibir dua orang di atas ranjang tanpa sehelai benang pun menjadi tarian yang begitu indah dan mempesona mengawali pagi itu.Kepolosan dua manusia yang saling menyentuh dan menikmati surga yang Tuhan turunkan ke dunia menjadi hal yang sangat wajib disyukuri.Jackson menghentikan lumatan bibirnya dan menjauhkannya dari bibir Elena, erangan kecewa lolos dari tenggorokan Elena merespon hal tersebut.Pria itu berseringai penuh arti, memperlihatkan ketampanan dan dominasinya. Ibu jarinya menyentuh bibir bawah Elena dengan perlahan. "Maaf jika aku membuat bibirmu membengkak.""Aku sama sekali tidak merasa keberatan," balas Elena yang kemudian memasukkan jari Jackson ke dalam mulutnya, membuat pria itu mengerang.Dengan sigap, Jackson menangkap tangan Elena dan ganti memasukkan satu persatu jari wanita itu secara bergantian ke dalam mulutnya, membuat tubuh Elena bergetar seakan ada sengatan listrik yang masuk ke tubuhnya melalui ujung jari yang Jackson cecap.Kini terlihat jelas mata J
“Jackson, bangunlah!" Elena berusaha untuk membangunkan pria itu sekali lagi.Bukannya bangun, Jackson malah bergumam tidak jelas dan melepaskan pelukannya dari Elena, lalu berbalik memunggunginya.Mata Elena melirik ke arah ponsel pria itu dengan jantung yang berdetak cepat seperti genderang yang ditabuh menandakan jika perang akan dimulai.Gelisah dengan perasaannya, Elena duduk dan menyandarkan punggungnya di pinggiran ranjang, lalu menarik selimut untuk menutupi dadanya yang terbuka.Rasa penasarannya akhirnya memenangkan dirinya, tangan Elena terulur untuk mengambil ponsel Jackson.Baru saja dia akan menekan tombol hijau dan menerima panggilan Ariana, tiba-tiba panggilan itu terputus. Elena menghela nafas panjang, entah karena kecewa atau lega karena tidak harus mendengar apa yang wanita itu akan katakan.Elena kemudian menurunkan kakinya berniat menjauh dari ranjang, tetapi niatnya terhenti ketika ponsel yang masih berada di tangannya kembali berbunyi dan lagi-lagi nama Ariana a
Elena terus merasa gelisah karena sepanjang hari Jackson sama sekali tidak bicara atau menemuinya.Dia tidak berani keluar dari kamar dan hanya duduk di pinggir ranjang dengan tatapan kosong, menatap puncak gunung dengan salju yang menyelimutinya yang tiba-tiba terasa sangat dingin.Tubuhnya terlonjak kaget ketika pintu kamar terbuka dan terlihat wajah dingin Jackson ada di ambang pintu. "Pakai pakaian hangatmu sekarang juga! Kita akan melakukan penerbangan," ucap pria itu sambil berdiri tanpa mau mendekati Elena."Aku benar-benar minta maaf, Jackson. Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi,” balas Elena sambil mengambil pakaian hangatnya seperti apa yang Jackson perintahkan padanya."Simpan perkataanmu itu, kita sedang terburu-buru karena cuaca akan berubah dengan cepat beberapa jam lagi. Jika tidak mau celaka, cepat pakai pakaianmu dan kita segera berangkat," ujar Jackson yang berhasil membuat Elena gemetar.Jackson seharusnya tahu jika dia mudah gugup dengan penerbangan Biasanya
Andrew melirik ke kaca spion di depannya mencuri pandang ke arah Elena yang duduk diam di kursi belakang di mobilnya.Wanita itu menyadarkan kepala di kaca pintu mobil dengan mulut terkatup dan ekspresi sangat menyedihkan. Matanya menatap nanar ke keluar mobil tanpa menikmati perjalanan yang dia lewati."Apakah Anda butuh sesuatu, Nona? Saya bisa membelikan Anda minuman hangat atau makanan di toko yang ada di depan," Andrew menawarkan sesuatu kepada wanita itu."Terima kasih atas tawaranmu, tetapi aku hanya ingin pulang karena kepalaku terasa sangat pusing dan perutku mual. Dokter mengatakan jika aku terkena serangan panik,” balas Elena mencari alasan."Baik Nona. Beristirahatlah! Saya akan memastikan Anda pulang dengan selamat," jawab Andrew patuh yang kemudian menambah kecepatannya agar mereka bisa segera sampai rumah dan Elena bisa segera beristirahat.Hanya butuh beberapa menit hingga akhirnya mereka sampai di rumah, tempat di mana Jackson dan Elena tinggal selama ini. Andrew memb
"Keadaan Nona Elena masih dalam batas aman tetapi jangan disepelekan. Dia butuh banyak istirahat dan juga banyak cairan karena tubuhnya kurang minum dan mengalami dehidrasi.“Jauhkan juga Nona Elena dari hal yang membuatnya terkejut atau tertekan, dia mengalami stress dengan tekanan darah yang cukup tinggi," ucap Dokter sebelum mengakhir perkataannya."Baik Dok, aku akan merawatnya dengan baik dan memastikan Elena meminum obat yang kamu berikan."Dokter itu kemudian memberikan obat untuk beberapa hari ke depan dan menulis resep untuk rawat jalan. "Karena Nona Elena sedang hamil, maka aku akan memberikan obat yang aman untuk ibu hamil."Deg...Tubuh Ariana seketika menegang dan mematung saat menerima obat dari dokter tersebut mengetahui jika Elena sedang hamil."Hamil...? ma-maksud Dokter? Elena saat ini sedang hamil?" gumamnya lirih yang masih bisa di dengar oleh dokter itu.Dia tampak syok bukan karena berita yang dia dengar tetapi nasib Elena selanjutnya akan seperti apa."Apakah ka
Belum sempat Elena mengatakan sesuatu, pandangan wania itu tiba-tiba menggelap. Tubuhnya terasa sangat ringan dan bruuuukkk.. wanita itu jatuh dari tempatnya berdiri.Beruntung sebelum tubuhnya jatuh ke lantai, David sudah menangkap dan menyangganya."Ada apa dengan Elena?" tanya Ariana tampak khawatir."Tadi dia sedang sakit, papanya menjualkan untuk dijadikan pemuas hasrat pria kaya. Aku menolongnya melarikan diri dari sindikat yang menjualnya hingga tidak sempat membawanya rumah sakit," terang David."Bawa dia ke kamar tamu, aku akan memanggil dokter," ujar Ariana kepada suaminya.Baru saja David ingin menggendong Elena, sepasang tangan kekar menghentikannya. "Biar aku yang membawanya. Kamu sudah beristri, tak pantas menyentuh wanita lain."David menoleh dan menatap Jackson dengan penuh tanda tanya. Kenapa pria itu berkata demikian?Siapa pun di ruangan itu tahu, dia tidak ada niatan apapun apalagi mengambil kesempatan saat menolong Elena.Dengan cepat Jackson mengambil Elena dari
Melihat Elena masih duduk di kursi mobil membuat David terpaksa mencengkeram lengan Elena dan menariknya keluar dari mobil.Dia memaksa Elena untuk masuk ke rumah mewah dan megah itu tanpa bisa menolak.Di dalam keterpaksaannya, Elena berharap tidak ada Jackson di dalam rumah tersebut. Jika tidak, maka drama kehidupannya akan semakin rumit dan panjang.Apalagi dia melarikan diri dari kontrak yang seharusnya dia selesaikan. Hutangnya pada Jackson belum selesai dan dia masih punya urusan panjang dengan pria itu.David terus menarik tubuhnya masuk ke dalam rumah megah kediaman Collins, sayangnya keindahan rumah itu sama sekali tidak dirasakan Elena karena fokus pikirannya di tempat yang lain.Tubuhnya semakin gemetar ketika David masuk ke sebuah ruangan yang berisi banyak orang dengan penampilan yang begitu elegan.Mereka para manusia dengan wajah dan tubuh yang sempurna dibalut dengan pakaian mahal yang menambah kesempurnaan mereka."Halo semuanya," sapa David dengan senyum merekah memb
"Kenapa kamu datang sendiri? Di mana David?" tanya Judy pada istri cucunya yaitu Ariana.Hari ini adalah malam acara keluarga Collins yang biasa dilakukan di akhir pekan. Semua anggota keluarga Collins yang rumahnya masih satu kota dengan kediaman utama Collins, berkumpul untuk makan bersama Judy agar wanita itu tidak terus bersedih mengingat mendiang suaminya."David akan datang terlambat karena masih ada pertemuan di kantor, sebentar lagi juga akan datang," jawab Ariana santai."David tidak pernah terlambat jika ada acara keluarga, coba kamu telepon dia dan pastikan sudah sampai di mana sekarang? jika masih di kantor, suruh dia cepat datang," ucap Judy dengan sedikit kesal karena cucunya itu lebih mementingkan pekerjaan dibanding makan malam bersamanya."Baik Grandma, aku akan segera menghubungi David dan memintanya untuk segera pulang," kata Ariana patuh untuk meredam kekesalan yang Judy rasakan pada suaminya tersebut.Setelah Judy pergi, Ariana mencoba menghubungi pria itu, anehny
Elena membacanya sejenak lalu mengangguk pelan berusaha mempercayai perkataan pria yang terlihat tidak jahat itu."Siapa namamu?" tanya David."Elena," jawab Elena dengan suara serak karena kesehatannya terganggu beberapa hari ini."Apakah kamu sedang sakit?"Elena mengangguk mengiyakan. Dalam hati, David tersenyum karena mempunyai alasan untuk mengeluarkan Elena dari tempat tersebut.David tiba-tiba berteriak dengan nada marah memanggil penjaga yang berjaga di depan pintu kamar Elena. Teriakan pria itu membuat Elena terkejut dan tubuhnya semakin gemetar hebat. Tak lama kemudian terlihat dua orang penjaga masuk ke kamar tersebut."APA-APAAN INI? KALIAN MEMBERIKU ORANG SAKIT UNTUK MELAYANIKU!" seru David pura-pura marah."Sakit...? Kami tidak tahu jika wanita itu sakit. Kami akan memberitahu bos dan menggantinya dengan wanita lain yang sehat untuk bisa melayani dan memuaskanmu," ujar salah satu dari penjaga tersebut."Aku tidak ingin wanita lain, aku ingin wanita ini yang melayaniku,"
Tawaran itu langsung menarik minat Jackson karena dia memang butuh waktu untuk mencari Elena dan mencari jalan keluar untuk hubungannya dengan wanita itu.Melihat Jackson yang terdiam, Jane tersenyum tipis di ujung bibirnya, merasa menang. Dia yakin Jackson akan menerima tawarannya."Apa keputusanmu, Jackson? Aku menunggu jawabanmu," desak Jane tidak sabar."Baiklah, aku setuju dengan tawaranmu," jawab Jackson."Bagus. Itu artinya tidak akan ada seorang pun yang tahu masalah internal kita, yang tahu hanya kita berdua. Bagi semua orang hubungan kita baik dan mesra," ucap Jane memastikan jika Jackson mengerti dengan perjanjian tersebut."Oke, bagiku itu tidak ada masalah, hanya bersandiwara saja bukan ?" tegas Jackson."Jika kamu melanggarnya, maka aku akan membuat semua orang menekanmu agar kamu mau menikahiku," ancam Jane."Tidak ada satu orang pun yang bisa menekanku," ucap Jackson penuh rasa percaya diri."Benarkah ...? Kita lihat saja nanti," balas Jane dengan penuh rasa percaya di
Tubuh Elena seketika membeku ketika mendengar hal tersebut. "Papa bohong. Papa hanya ingin membuang rasa bersalah papa karena menjualku bukan? sehingga papa mengatakan hal tersebut.""Aku tidak bohong, aku mengatakan yang sebenarnya. Karena itulah aku membencimu, sangat membencimu. Cinta istriku terbagi ketika dia membawamu ke rumah. “Aku tidak bisa memberikan dia seorang anak tetapi mamamu berkeras ingin merawat seorang anak, kebetulan ada seorang wanita miskin melahirkan dan meninggal, mamamu berinisiatif merawatmu. “Namun semenjak saat itu, perhatiannya padaku berkurang, bahkan dia mulai sakit-sakitan," ungkap Carlo."Apakah Papa sedang menuduhku atas apa yang terjadi pada mama?" gumam Elena lirih."Siapa lagi yang patut disalahkan jika bukan dirimu?"Air mata Elena langsung menetes membasahi pipinya. Tiba-tiba saja kekuatan di dalam tubuhnya lenyap, tak ada sedikit pun keinginan untuk memberontak. Bahkan Elena hanya diam ketika akhirnya dua orang itu membawanya dan memasukkanny
"Halo Cantik, apakah kamu mencariku?" suara Carlo mengagetkan Elena.Wanita itu membalikkan tubuhnya dan melihat seringai jahat terkembang di bibir papanya. Tubuhnya gemetar mengingat perlakuan yang pernah papanya lakukan terhadapnya, tetapi dia berusaha menyembunyikan ketakutannya dan menatap papanya dengan berani."Bagaimana bisa Papa melepas rumah yang pernah menjadi kenangan mama di sana? hentikan sifat burukmu itu dengan berhenti minum-minum dan berjudi, itu akan merusak hidup Papa," Elena mengingatkan papanya."Hidupku sudah hancur, tetapi aku bersyukur kamu datang mencariku. Aku sangat butuh uang sekarang," ucap Carlo tanpa basa-basi."Aku tidak memiliki uang sepeser pun karena itu aku pulang dan ingin memperbaiki hidupku, membangun hidup bersamamu lagi dengan baik dan benar. “Aku ingin Papa bisa berubah dan menjalani hidup ini dengan baik. Aku sadar kepergianku adalah sebuah kesalahan dan aku ingin memperbaikinya, memperbaiki hubungan kita," balas Elena."Hubungan kita sudah
Braaakk...Semua orang yang ada di meja makan menoleh ketika mendengar suara pintu yang terbuka dengan keras. Tak lama kemudian, Jackson datang dengan penampilan kusut dan berantakan. Zack menggeram marah melihat putranya datang dalam keadaan mabuk berat."Jackson...! Apa-apaan ini? kami telah lama menunggumu tetapi kamu malah datang dalam keadaan mabuk seperti ini," tegur Zack.Seringai sinis terkembang di bibir Jackson. "Apakah sekarang kalian sudah puas? Aku kehilangan dia dan aku kehilangan separuh hidupku . Apa lagi yang harus aku perjuangkan?"Mata Kelly langsung memincing tajam mendengar racauan putranya. "Apa maksudmu kehilangan dia? Apakah itu berarti selama ini kamu masih berhubungan dengan wanita murahan itu?""Jangan khawatir, Ma! Sekarang dia sudah pergi dan aku tidak tahu ke mana dia pergi," timpal Jackson dengan wajah yang begitu menyedihkan."Syukurlah kalau begitu, ternyata wanita itu masih mempunyai harga diri," ucap Kelly merasa sedikit lega.Jane yang melihat tunan