Tangis DevankaJam menunjukkan pukul 15.00, tidak biasanya Reynold pulang lebih awal. Reynold masuk ke dalam kamarnya dan mendapati Devanka sedang duduk di atas tempat tidurnya seraya melihat hasil foto foto pernikahan mereka."Rey?" ucap Devanka ketika melihat Reynold masuk ke dalam kamar."Kau sudah pulang? Kau rindu padaku ya," ucap Devanka seraya tersenyum."I-iya, ucap Reynold gugup. Reynold terlihat berjalan menuju ke arah Devanka, duduk di sampingnya, tanpa aba aba memeluk Devanka dengan erat, begitu erat, hingga Devanka menyadari ada hal yang sepertinya tidak biasa."Ada apa Rey?" tanya Devanka mulai khawatir. Reynold masih belum mengatakan apapun, dia memeluk Devanka dengan begitu erat. Devanka berusaha memberikan pelukan penerimaan, penenangan dan berusaha membuat Reynold nyaman."Ada masalah?" tanya Devanka lirih. Reynold terlihat melepas pelukan itu, lalu menatap tajam ke arah Devanka, tepat di matanya."Dev, ada hal penting yang ingin aku sampaikan," ucap Reynold terdeng
Keteguhan Hati DevankaSemua orang sibuk menyiapkan acara ulang tahun tuan besar Hamzah yang ke 80. Acara ulang tahun diadakan di rumah, rumah mewah berlantai tiga, kediaman keluarga Hamzah. Devanka berusaha membuat hatinya tetap tenang, tidak ingin membuat hari ulang tahun kakek menjadi penuh ketidak bahagiaan karna luka yang tertoreh di hatinya.Pada dasarnya Devanka telah mengalah dan berdamai dengan dirinya, menerima setiap kondisi yang ada, menerima kesalahan masa lalu suaminya, walaupun konsekwensinya begitu menyakitkan, namun sebagai seorang wanita, juga istri, tetap masih tersisa sedikit rasa sedih dan kecewa di hatinya."Bagaimana Nori? Semua sudah siap?" tanya Devanka."Sudah nyonya, ruangan sudah dihias dengan begitu cantik, makanan sudah mulai datang. Oh iya nyonya gaun yang akan nyonya pakai nanti malam sudah disiapkan oleh Susi, tadi malam diantar oleh asisten tuan Rudy Hun," ucap Nori."Apa Susi sudah memeriksanya? tidak ada masalah?" tanya Devanka memastikan supaya tid
Sifat BaikDevanka dan sekretaris Pete duduk di kursi taman bunga yang dibuat oleh mendiang ibu mertuanya. Sekretaris Pete terlihat begitu serius, sebenarnya Devanka sudah mengetahui perihal apa yang akan disampaikan oleh sekretaris Pete."Paman, ada apa?" tanya Devanka."Dev, kau sudah mengetahuinya?" tanya sekretaris Pete menggali informasi sejauh mana Devanka mengetahui perihal masalah itu."Iya paman, aku sudah mengetahuinya," ucap Devanka."Ba-bagaimana?" tanya sekretaris Pete begitu hati hati."Ya, seperti yang paman lihat. Aku tidak apa apa," ucap Devanka seraya mengulaskan sedikit senyum yang terlihat begitu hampa."Kau yakin?" tanya sekretaris Pete memastikan."Iya paman, bagaimana lagi, itu sudah menjadi masa lalu dari Reynold, hanya daja masa lalu itu meninggalkan hal yang tak terduga," ucap Devanka."Aku juga tidak menyangka Dev, dia, wanita itu memang tidak bisa ditebak, kau harus hati hati," ucap sekretaris Pete."Paman, apa paman percaya dengan Reynold dan menganggap ha
Pesta Megah Tuan Besar HamzahPesta ulang tahun tuan besar Hamzah yang ke 80, sungguh megah dan mewah. Banyak dihadiri orang orang penting dari kalangan pengusaha, artis bahkan politisi. Semua berkumpul, untuk merayakan hari ulang tahun sang pengusaha hebat yang cukup terkenal. Reynold berjalan ke arah kerumunan orang, menggandeng istrinya dengan penuh kebanggaan. Beberapa hari terakhir dia memang kerap menghiasi media sosial, berita mengenai dirinya yang terlihat sendiri di taman Lavender, kisah pencarian pasangan, pernikahannya, gaun pernikahan yang menjadi trend, peristiwa penusukan, semua itu menjadi berita viral, ya, sebelumnya media memang sering memberitakannya sebagai pengusaha hebat dan berita viral semakin melambungkan namanya.Tuan besar Hamzah terlihat begitu bahagia, terus saja mengulaskan senyum kebahagiaan kepada semua tamu. Di pesta itu terlihat ayah Devanka dan beberapa kerabatnya, terlihat saling berbincang akrab. "Terimakasih pak Lumawi, sudah menghadiri acara say
Pertemuan Devanka dan Monalisa"Dev, aku sudah mengatur janji dengan nona Monalisa, kalian akan bertemu besok siang jam sebelas di cafe Jovi. Aku akan mengantarmu," ucap sekretaris Pete sebelum berpamitan pulang selepas pesta usai."Paman bertemu dengan Monalisa?" tanya Devanka."Iya, tadi dia datang," ucap sekretaris Pete."Datang? kenapa aku tidak melihatnya," ucap Devanka heran."Dia tidak diperbolehka masuk, dikhawatirkan akan membuat keributan," ucap sekretaris Pete."Oh jadi mungkin itu yang tadi dibahas paman Pete dan Reynold, ternyata ada Monalisa," gumam Devanka dalam hati. "Baiklah paman, aku akan menemuinya besok siang," ucap Devanka."Paman harap kamu bisa mengendalikan diri, dia cukup licik, mungkin saja akan membuatmu emosi," ucap sekretaris Pete penuh kekhawatiran."Paman tenang saja, aku sudah berusaha berdamai dengan diriku sendiri," ucap Devanka yakin."Paman percaya Dev, kau mewarisi kesabaran dan keluasan hati dari ibumu," ucap sekretaris Pete. "Paman, untuk seme
Pertemuan Tak TerdugaJam menunjukkan pukul sepuluh.Sekretaris Pete terlihat masuk ke dalam ruangan tuan muda Reynold."Ada apa paman?" tanya Reynold."Tuan muda, saya meminta izin untuk pergi keluar, ada kepentingan pribadi yang harus saya kerjakan," ucap sekretaris Pete. "Ada apa paman? apa itu penting?" tanya Reynold."I-iya tuan muda," ucap sekretaris Pete gugup. "Baiklah sekretaris Pete, apa kau akan kembali ke kantor?" tanya Reynold."Saya belum tahu tuan muda, mungkin akan kembali ke kantor sebelum jam kantor selesei untuk mengerjakan beberapa hal. Semua pekerjaan sudah beres dan sisanya sudah saya infokan kepada Melodi," penjelasan sekretaris Pete."Baiklah paman, seleseikan urusanmu," ucap Reynold."Baik tuan muda, terimakasih," ucap sekretaris Pete yang bergegas pergi meninggalkan ruang kerja Reynold.Sekretaris Pete akan mengantar Devanka bertemu dengan Monalisa, dia tidak ingin membiarkan Devanka menemui Monalisa sendirian. Dia tahu betul bagaimana perangai Monalisa, di
Cerita Masa LaluDevanka duduk berhadap hadapan dengan Monalisa, di sebuah private room yang ada di cafe Jovi."Devanka, maafkan aku, aku tidak tahu jika ternyata kau yang menjadi istri Reynold," ucap Monalisa. "Iya, entah kenapa dunia terlihat begitu sempit di sini," ucap Devanka."Dev, terimakasih untuk semuanya, terimakasih tidak menyerah terhadapku," ucap Monalisa. "Iya, itu semua tulus aku lakukan demi mengusahakan kesembuhanmu," ucap Devanka seraya menggenggam tangan Monalisa erat. Lintas balik, kenangan masa lalu.Dulu, beberapa tahun lalu, tepatnya ketika Monalisa berumur tujuh belas tahun dan Devanka berumur dua puluh tahun. Devanka menjadi relawan di yayasan perempuan mandiri, sebagai teman bagi semua orang yang membutuhkan bantuan di sana dan juga sebagai motivator. Itu adalah tahun pertamanya sebagai pekerja sosial, berlangsung sekitar beberapa tahun sebelum akhirnya dia fakum dan kembali ke yayasan perempuan mandiri sekitar beberapa bulan lalu, setelah dia mengalami ke
Masa Lalu Kelam Monalisa Part 1 Beberapa tahun lalu, ketika usia Monalisa menginjak 17 tahun, masih menggunakan seragam putih abu abu, tinggal bersama ibunya yang mengalami stroke juga ayahnya yang memiliki hobi mabuk mabukan, judi dan tidak mau bekerja. Stroke yang dialami ibunya membuatnya tidak mampu melakukan pekerjaan rumah, mengurus anak semata wayangnya juga suaminya. Kondisinya membuat dia hanya bisa terbaring di tempat tidur, menghabiskan waktu waktunya, tidak leluasa bergerak, mengandalkan bantuan dari putrinya. Monalisa, harus berjuang menghidupi dirinya sendiri, mengurus ibunya sejak membuka mata hingga terpejam, menyiapkan makanan, memandikan, mengurus setiap kebutuhannya, membantunya buang air besar, membersihkan tempat tidurnya, semuanya. Monalisa adalah anak yang berbakti, tidak sedikitpun mengeluh meski yang dikerjaan begitu melelahkan, menguras tenaga juga emosinya. Untuk memenuhi kebutuhannya dia bekerja paruh waktu di kios kelontong tetangganya sebagai seorang
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa