Gadis belia itu berjinjit untuk memasangkan dasi pada suaminya. Alif menunduk melihat wajah sang istri yang begitu manis tengah serius melilitkan dasi agar terpasang rapi. Ia mengulum senyumnya, kemudian mendekat dan mengecup singkat dahi gadisnya.
"Ish, Mas diem dulu, jangan bergerak-gerak," ucapnya masih terfokus pada aktivitasnya.
Alif kembali mengulum senyumnya. "Kalau gak bisa jangan dipaksain. Mas bisa melakukannya sendiri," ucap Alif tanpa mengalihkan matanya dari wajah berseri belia kesayangannya.
"Bisa kok. Masa pasang dasi aja gak bisa, sih. Ya, kan pas waktu sekolah juga harus pake dasi," ujarnya. Gadis itu nampak kesulitan memasang dasi itu . "Tapi kok ini susah, ya? Masa gak rapi-rapi seperti yang ada video tutorial," gerutunya.
Alif terkekeh pelan lantas mencubit gemas hidung mungil sang istri. Ia menjauhkan tangan kurus itu dari dasinya. "Gak apa-apa, kamu bisa belajar lagi nanti. Seka
Siang itu Alif menjemput Kamea di kampus. Ia ingin makan siang bersama dengan gadisnya. Alif memarkirkan mobil tepat di depan gedung fakultas tempat Kamea kuliah. Ia merogoh ponsel di dalam saku celananya untuk menghubungi gadisnya."Kamu di mana? Mas sudah ada di depan," ucap Alif ketika gadis itu sudah merespons teleponnya.'Eh, iya. Mas tunggu aku ke sana sekarang.'Alif langsung menutup panggilannya ketika sudah mengetaui Kamea akan segera datang menemuinya. Tubuhnya terasa pegal-pegal, Alif menyenderkan punggung lebarnya pada penyangga kursi untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.Kedua sudut bibir tebal itu melengkung ke atas membentuk sebuah senyum. Ia mengeluarkan kotak kecil di dalam saku jas yang dikenakannya. Alif membuka kotak berwarna beludru itu. Bibirnya kembali tertarik melihat benda berkilau di dalam sana.Ia ingin segera memberikan kalung yang sudah i
"Kenapa lama sekali?" tanya Alif ketika gadisnya baru saja masuk dan duduk di samping kursi temapat duduknya sekarang. Alif mengernyitkan kedua alisnya ketika melihat wajah cantik sang istri terlihat muram."Iya, tadi aku ke toilet dulu," ucapnya berbohong. Tak mungkin Kamea akan mengatakan dirinya baru saja bertemu dengan Abimanyu. Apa lagi sampai mengatakan kepada Alif kalau lelaki itu baru saja mengutarakan perasaannya.Kamea menghela napas berat. "Kita mau pergi ke mana?" tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan.Alif tak langsung menjawab. Dia terus memandangi wajah gadisnya yang terlihat berbeda. Ia merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan gadis itu darinya. Kamea terlihat seperti sedang merasa terbebani."Ada apa? Kenapa wajahmu ditekuk seperti ini?" tanya Alif lembut.Dia mengusap pipi gadisnya dengan lembut. Kamea menggelengkan kepalanya pelan. "Gaka ada apa-apa, aku h
Suasana siang itu cukup terik di luar sana. Hiruk pikuk kendaraan berlalu lalang di jalanan beserta orang-orang yang yang berjalan sehabis melakukan aktivitasnya masing-masing.Alif dan Kamea sedang menikmati jamuan makan siang yang sudah dipesan sebelumnya oleh Alif. Entah kapan lelaki itu mulai menyiapkan semuanya, Kamea tidak tahu itu. Yang pasti ia sangat senang dengan semuanya."Kok, aku gak tahu Mas nyiapin ini semua?" tanya belia itu.Iris teduh berwarna hitam itu menatap lamat wajah tampan sang suami yang sejak lama sudah menjadi candunya. Walau keadaan sempat ingin merenggut sosok tampan itu dari hidupnya. Bersyukur Tuhan terlebih dulu mengetuk pintu hati sang suami sebelum perpisahan itu benar-benar terjadi."Kan sekarang sudah tahu, sayang," sahut Alif lembut.Wajah sendu yang tadi sempat menyelimuti wajah cantik itu, kini kembali terlihat ceria. Senyum manis tak luntu
"Sayang, Mas pergi dulu ya. Ada pekerjaan yang harus Mas kerjakan malam ini juga," kata Alif sambil mengambil jaket yang menggantung pada kaitan pakaian.Lelaki beralis tebal itu nampak sangat terburu-buru untuk pergi setelah mendapatkan telepon dari seseorang. Kamea mengernyitkan kedua alisnya menatap bingaung pada suaminya itu. Tidak biasanya dia akan pergi malam-malam begini sekalipun untuk urusan pekerjaan."Kok tiba-tiba, ada apa?" tanya Kamea penasaran."Iya, memang mendadak. Doni baru saja memberitahu Mas," jelas Alif. Dia mengecup dahi Kamea singkat."Mas pergi dulu, ya. Kamu langsung tidur saja setelah ini. Jangan menunggu, takutnya Mas pulang larut malam," titah Alif.Meski terheran-heran gadis itu tetap menganggukkan kepalanya. Mencium punggung tangan suaminya sebelum lelaki berkulit putih itu pergi dengan tergesa.Sebulan berlalu hubungan Alif dan
"Jadi kapan nih aku dapat kabar baik?"Kedua alis seorang gadis saling bertautan. Dia sama sekali tidak paham arah pembicaraan sahabatnya itu."Kabar baik apa?"Seorang laki-laki yang turut bergabung dengan dua gadis itu juga terlihat penasaran akan maksud yang dibicarakan Olivia kepada Kamea.Ya, Kamea, Olivia dan Abimanyu sedang berada di kafe milik Abimanyu untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosen. Entah takdir atau hanya kebetulan saja, mereka bertiga sering terpilih menjadi satu kelompok."Ya, jadi kapan aku punya keponakan yang lucu dari kamu," ujar Olivia dengan gamblang.Kedua bola mata Kamea membelalak. Kemudian gadis itu memukul pelan pundak Olivia dengan bukunya. "Ish, nyebelin banget sih, malah bahas keponakan. Kerjain dulu ini tugasnya," gerutu Kamea.Olivia terkekeh pelan. "Ya, gak ada salahnya dong aku nanya be
Sudah pukul delapan malam. Sejak sore tadi Alif menemani Felysia di apartemennya. Ya, sore tadi wanita itu sudah diizinkan ke luar dari rumah sakit. Dia meminta Alif untuk membantunya mengantar pulang.Meski enggan tapi Alif akhirnya memutuskan untuk pergi menemui Felysia. Walau karena keputusannya itu dia terpaksa harus membatalkan menjemput Kamea dan meminta Doni untuk menggantikannya.Felysia tak berhenti mengembangkan senyumnya. Dia bergelayut manja memeluk lengan tangan Alif. Meski laki-laki barkulit putih itu terus saja menghindar berusaha menolak perlakuannya."Fely, ini sudah malam. Aku harus segera pulang sekarang. Istriku pasti sudah menunggu di rumah," ujar Alif sembari melepaskan tangan Felysia dari merangkul tangannya.Wanita itu memberenggut kesal. Dia cemburu karena Alif selalu saja mengkhawatirkan istrinya dibanding dirinya. Meski raga laki-laki beralis tebal itu ada di sini, tetapi p
Kamea mengernyitkan kedua alisnya ketika sederet angka terpampang di layar ponelnya. Sebuah nomor tidak dikenal dua kali mencoba menghubungi gadis itu. Dia menghela napas panjang, ragu untuk menerima panggilan itu karena dia tidak mengenal pemilik nomor itu."Ya, halo? Siapa ini?"Hening. Seseorang dari sebrang sana tidak langsung menyahuti sapaan Kamea. Gadis itu mengernyitkan alisnya. Dia mencoba melihat layar ponselnya untuk melihat apakan masih tersambung atau tidak. Tapi panggilan itu masih berjalan."Siapa ini?" tanyanya lgi.'Halo. Maaf mengganggu. Aku menghubungimu karna ponsel Reval tidak bisa dihubungi. Apa dia sudah sampai rumah dengan selamat?'Kamea terdiam mendengar suara wanita dari sebrang sana. Dia sedikit merasa heran, dari mana Felysia mendapatkan kontak nomornya?Belia itu melirik pintu kamar mandi yang masih tertutup. Belum ada tanda-tand
Pagi hari yang cerah, Kamea menyiapkan segala perlengkapan untuk suaminya bekerja. Mulai dari menyiapkan kemeja dan dasi, tas kerja dan juga sepatu serta kaus kaki. Walau Alif bisa melakukan semuanya sendiri, tapi Kamea ingin melakukannya agar mirip seperti para istri yang selalu diceritakan dalam tokoh sebuah novel yang sering ia baca."Hari ini gak ke kampus?" tanya Alif sambil mengenakan kemejanya. Dia melihat pantulan tubuh Kamea dari cermin di hadapannya."Enggak," jawabnya singkat. Kamea sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan kain handuk."Kepala kamu masih sakit? Kalau masih, kita periksa ke dokter," ujar Alif. Dia berjalan mendekati Kamea dan mendekap tubuh gadis itu dari belakang.Dia membenamkan wajahnya pada ceruk leher Kamea menghirup aroma wangi sampo yang gadis itu pakai. Sangat menyegarkan indera penciumannya."Udah mendingan kok," jawabnya.
"Mi, selamat, ya. Aku turut bahagia atas pernikahan kamu, semoga kalian bahagia." Abimanyu bersalaman dengan Kamea. Pemuda itu menatap lamat wajah gadis yang pernah dicintainya. Senyumnya masih sama, terlihat manis seperti senyum yang nampak saat pertama kali mereka bertemu. "Makasih, Bi. Semoga kamu juga cepat menyusul, ya." Abimanyu tersenyum kecut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kamea. Lantas kemudian pemuda itu menghela napas panjang. "Doakan saja, semoga bisa secepatnya," sahutnya lirih. "Hei, dilarang berlama-lama menatap istriku seperti itu!" Abimanyu langsung menoleh ke arah laki-laki yang ada di samping Kamea. Seperti biasanya suami dari sahabatnya itu akan selalu memasang wajah waspada setiap kali ia dekat dengan istrinya. "Ya, ya, ya! Aku tahu dan aku tidak akan merebutnya," sahut Abimanyu sambil tersenyum miring. Kemudian dia mel
Malam ini suasana di kediaman Pradana terlihat sangat ramai. Rumah megah dan mewah itu didekor dengan sedemikian rupa sehingga terlihat gemerlap indah. Tamu-tamu penting mulai berdatangan satu persatu untuk menemui tuan rumah.Di dalam sebuah ruangan berukuran cukup luas seorang gadis sudah siap dengan gaun cantik berwarna putih tulang. Paras cantik itu semakin terlihat anggun dengan mengenakan sedikit polesan make up dari perias handal yang disewa oleh keluarga Pradama secara khusus.Gadis itu berbalik melihat ke arah pintu ketika tiba-iba seseorang membukanya dari luar. Kedua sudut bibir tipis itu tertarik ke atas membentuk senyum yang sangat manis menyapa sosok laki-laki yang sangat dicintainya sejak lama."Sayang, kenapa masih di sini? Ayok kita ke bawah. Para tamu sudah menunggu," ujar Alif kepada sang istri tercinta.Dia berjalan mendekati gadisnya dengan pandangan yang terpusat pada wajah sang
"Alif, kenapa kamu ada di sini? Kamea sama siapa?" Mama Anita yang baru saja tiba di rumah sakit tak sengaja berpapasan dengan putranya yang juga baru saja kembali dari luar sehabis membelikan makanan untuk Kamea. "Ma, aku habis membelikan makanan untuk Sanee. Tadi dia bersama Fely," sahut Alif sambil mengangkat kantung kresek di tangannya. Kedua bola mata Mama Anita membulat. Tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Putranya dengan mudah meninggalkan menantu kesayangannya berdua dengan Felysia, wanita yang sudah menyebabkan Kamea seperti sekarang ini. "Apa?! Kenapa kamu membiarkan wanita itu bersama menantuku? Gimana kalau dia menyakiti Kamea?" Mama Anita menggerutu geram atas kecerobohan putranya. Biar bagaimanapun Felysia adalah wanita yang sedang terobsesi cinta putra semata wayangnya yang saat ini sudah menikah dengan Kamea. Bila ia bisa nekad memaksa Alif untu
Alif pergi ke luar untuk membelikan makanan untuk Kamea. Sebenarnya dia enggan pergi meninggalkan istrinya itu sendirian ditemani oleh Felysia. Tetapi belia itu memaksa, Alif terpaksa tetap pergi. Namun sebelum itu, ia terlebih dulu memperingatkan kepada Felysia untuk tidak berbuat macam-macam kepada istrinya.Suasana di dalam ruangan menjadi hening untuk beberapa saat setelah Alif pergi. Dua wanita berbeda usia itu terdiam mengumpulkan kata-kata yang hendak mereka bicarakan. Felysia berjalan mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang Kamea."Gimana kedaaan kamu sekarang?" Setelah beberapa saat terdiam, Felysia membuka percakapan dengan menanyakan kabar Kamea."Sudah lebih baik," sahut Kamea singkat.Setelah itu suasana kembali menjadi hening untuk beberapa detik hingga Felysia kembali membuka percakapan untuk mengurai rasa canggung yang sedang melingkupi ruangan."U
"Kamu gak ada yang mau ditanyakan sama, Mas?"Belia itu tak langsung menjawab. Dia memikirkan pertanyaan apa yang harus ia tanyakan kepada suaminya itu. Beberapa detik kemudian, Kamea menggelengkan pelan kepalanya sehingga menimbulkan gesekan di dada bidang Alif.Kedua sudut bibir tebal itu tertarik ke atas mengulas sebuah senyum. Lalu laki-laki berkulit putih itu mendesahkan napas di udara. Lembut tangan kekarnya mengusap kepala sang istri. Bersyukur dia tidak jadi kehilangan gadisnya.Entah, mungkin saja ia akan menjadi gila andai gadisnya itu pergi meninggalkannya. Memikirkan semua itu, Alif mengeratkan dekapannya. Dia benar-benar takut kehilangan Kamea. Beberapa saat kemudian, Alif merenggangkan tubuhnya dari tubuh Kamea."Kalau begitu, Mas yang ingin bertanya sama kamu. Boleh?"Kamea menatap dalam manik mata suaminya. Kedua alisnya saling bertautan hingga membentuk garis hal
Seorang laki-laki berparas tampan mengintip dari kaca pintu. Melihat sang istri tertawa lepas barsama sahabatnya. Manis, cantik dan ... menggemaskan.Dia menghela napas panjang. Kemudian, tawa itu seolah menular padanya. Kedua sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas membentuk senyum."Kau, mau sampai kapan berdiri di sini?"Alif terlonjak kaget mendapati Doni sudah ada di hadapannya. Entah sejak kapan sahabatnya itu sudah ada di sana. Seingatnya, baru saja laki-laki berkaca mata itu masih tertawa ria di dalam bersama Kamea."Temui istrimu dan selesaikan semuanya sekarang. Kamu benar-benar tidak ingin kehilangannya, bukan?" ujar Doni lagi.Kedua bola mata berlensa cokelat itu membulat. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan gadisnya.Alif menghela napas panjang dan menghembusiannya secara perlahan. Iris matanya menoleh ke arah gadis yang saat ini sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.Kemudi
Alif menatap sendu dari kejauhan melihat Kamea sedang berada di taman rumah sakit di temani Abimanyu. Gadis itu terlihat tersenyum mendengarkan Abimanyu bercerita.Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Yang jelas sesuatu di sini sedang meremas-remas hati Alif. Kedua tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras setiap kali melihat gadis itu tertawa riang."Bagaimana rasanya, melihat orang yang kita cintai tersenyum bersama orang lain?" tanya Doni.Dia baru saja datang, sengaja ingin menjenguk istri dari sahabatnya itu. Dia terpaku selama beberapa detik melihat Alif yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya. Doni penasaran.Ia pun mengikuti arah pandangan Alif. Laki-laki berkacamata itu menyunggingkan senyum miring. Kemudian menepuk sebelah pundak Alif."Yang kamu rasakan saat ini, begitulah yang dia rasakan saat melihatmu bersama Felysia," ucap Doni lagi.Alif menghela napas panjang. Dia menoleh ke arah Doni yang s
"Abi ...."Abimanyu langsung menunduk melihat gadis yang baru saja memanggil namanya."Aku ada di mana?" gumamnya pelan. Seingatnya terakhir kali ia bangun masih ada di rumah Abimanyu."Ami, kamu sudah bangun? Syukurlah. Aku sangat senang akhirnya kamu bangun juga, Mi," ucap Abimanyu. "Sekarang kamu sedang dirawat di rumah sakit," sambungnya lagi.Dia tersenyum bahagia karena akhirnya Kamea mau membuka matanya. Terlebih, gadis itu langsung memanggil namanya."Sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa kamu ingin minum?"Mengetahui Kamea sadar, Alif langsung menghampiri belia itu. Ia menggenggam erat telapak tangan Kamea dan menciuminya beberapa kali.Dia menatap lamat wajah Kamea dengan iris berkaca-kaca. Sementara belia itu hanya diam dengan pandangan kosong."Sayang, syukurlah akhirnya kamu bangun." Mama Anita langsung menghampiri Kamea.Abimanyu menggeser tubuhny
Abimanyu berjalan melangkahkan kakinya mendekat. Dia ingin menjenguk Kamea yang sudah seminggu ini masih belum juga sadarkan diri. Dia mendekat ke arah Alif yang sedang duduk di samping tepi tempat tidur Kamea."Sabar saja, dia pasti akan segera bangun," ucapnya kepada Alif.Laki-laki beralis tebal itu tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.Abimanyu berjalan ke sisi lain ranjang Kamea. Dia menatap wajah tenang gadis yang sedang menutup matanya cukup lama.'Bangun Mi, aku kangen sama kamu. Jangan seperti ini, Mi. Aku yakin kamu gadis yang kuat. Kamu pasti bisa melewati masa tersulit dalam hidupmu. Sudah cukup tidurnya, Mi. Coba bukalah mata kamu, lihatlah banyak orang yang menyayangimu, termasuk aku.'"Jangan berlama-lama menatapnya seperti itu. Apa kau mau aku mencolongkel matamu?!" tegur Alif ketus.Abimanyu menghela napas panjang. Dia mendelikkan matany