Alif melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia akan menjemput Kamea di kampusnya walau gadis itu tidak meminta. Dering ponselnya berbunyi, lelaki beralis tebal itu melirik ponselnya dan membaca nama yang yang tertera di sana.
Ya, sedari tadi Felysia terus mencoba menghubunginya. Tetapi Alif mengabaikan panggilan di ponselnya itu karena tidak ingin membahas apapun dulu dengan Felysia. Ia seperti sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh wanita itu kepadanya.
Sebagai ganti karena Alif tidak mau menerima panggilan dari Felysia. Ia mengirim Doni untuk menjaga dan mengawasi wanita itu karena takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Alif tidak ingin kondisi kesehatan Felysia memburuk karena bersangkutan dengan dirinya.
"Maaf Fely. Aku memang laki-laki brengsek yang telah menyia-nyiakan wanita sepertimu," gumam Alif.
Lelaki berambut hitam kecokelatan itu memarkirkan mobilnya di tepi jalan tepat bersam
Kamea membulatkan matanya. Merasa tak percaya mendengar tuduhan yang dilayangkan Alif kepadanya. Mengapa ia yang jadi disalahkan sedangkan selama ini Alif sendiri yang ingin status pernikahannya di rahasiakan. Dan lagi, selingkuh?Lelaki beralis tebal iitu menuduhnya berselingkuh sementara dirinya sendiri secara terang-terangan mengaku telah mencintai wanita lain. Kamea tersenyum kecut. Pintar sekali suaminya itu memutar balikan keadaan sehingga yang terlihat seperti dirinyalah yang bersalah."Cabut kembali ucapan Mas baru saja. Aku bukan wanita seperti yang Mas tuduhkan! Dan lagi, aku sama sekali tidak berselingkuh!" geram Kamea berapi-api.Setelah mengatakan semua itu, Kamea pun pergi begitu saja dari hadapan Alif dan juga Abimanyu. Air matanya meleleh membasahi wajah putihnya. Ia benar-benar kecewa kepada Alif karena telah menilainya seperti itu.Abimanyu terpaku melihat perdebatan Kamea dan
"Kamu sudah bangun, sayang?"Kalimat pertama yang kamea dengar itu terucap dari mertuanya. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Kamea membawa nampan berisi mangkuk dan gelas. Ia mendudukkan tubuhnya di tepi samping tempat tidur Kamea."Kok Mama ada di sini?" tanya Kamea bingung. Ia beranjak bangun dibantu oleh Mama Anita. Kepalanya masih sedikit pusing dan sakit."Tadi Alif menghubungi Mama minta tolong jagain kamu. Katanya kamu lagi sakit, sementara Alif ada meeting mendadak sama kliennya," jelas Mama Anita.Kamea terdiam tak menyahuti. Gadis itu hanya memperlihatkan senyum yang terkesan dipaksakan."Kita periksakan kondisi kamu ke dokter, ya. Mama khawatir kamu kenapa-napa," sambung Mama Anita sembari menyendokkan sendok pada bubur yang baru saja dibawanya.Belia itu menggeleng lemah. "Gak usah, Mah. Kamea gak apa-apa kok. Ini cuma pusing sedikit, minum
Alif mengusap wajah Kamea lembut, menatap mata gadis itu dalam-dalam. Memerhatikan setiap inci setiap bagian wajahnya hingga tatapannya terhenti pada bibir tipis yang sedikit memucat. Lembut tangannya mengusap bibir itu, kemudian ia mengecupnya singkat."Apa Mas sedang bertengkar sama Mbak Fely?" tanya Kamea setelah cukup lama gadis itu hanya diam saja.Alif tidak lengsung menjawabnya. Ia hendak mencium bibir gadis itu lagi, tetapi Kamea segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Kedua alis tebal itu mengernyit dalam ketika mendapat penolakan.Lelaki berkulit putih itu menyentuh dagu Kamea, membalikan wajahnya agar melihat ke arahnya. Ia memperlihatkan senyum tipis kepada belia itu. "Mas gak bertengkar. Hubungan Mas sama dia baik-baik saja," sahutnya beberapa detik kemudian.Bibir tipis itu memberenggut, kedua alisnya saling bertautan memperlihatkan kerutan kecil pada dahinya. Gadis itu kesal kepada A
"Aku masuk dulu, Mas hati-hati di jalan," pamit Kamea. Gadis itu menempelkan bibirnya pada punggung tangan Alif sebelum ia akan pergi."Tunggu, sepertinya kamu melupakan sesuatu," cegah Alif.Gadis itu mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil. Ia berbalik menatap Alif sambil mengernyitkan kedua alisnya. "Apa yang kulupakan?" tanyanya bingung.Alif tersenyum, kemudian satu tangannya menunjuk ke arah pipi kirinya. "Bukannya kamu selalu mencium Mas dulu sebelum pergi. Kenapa sekarang tidak melakukannya?"Seketika wajah belia itu bersemu merah. Bibir tipisnya mencebik kesal kepada suaminya itu. "Ish, bukannya Mas gak mau, ya? Makanya aku gak pernah ngelakuin itu lagi," sahut Kamea ketus."Siapa bilang? Mas gak pernah bilang gak mau selama ini," ucap Alif sambil mengulum senyumnya.Kedua bola mata belia itu memutar, jengah. Bibir tipisnya semakin mencebik kesal
Seorang laki-laki berparas tampan sedang duduk sendiri di taman kampus. Di tangannya memegang minuman kemasan kaleng. Ia meneguk minuman itu hingga habis kemudian meremas kemasan kalengnya hingga penyet.Ia melempar kaleng penyet itu ke tempat sampah yang berada tak jauh dari tempat duduknya. Abimanyu menunduk kemudian menghela napas kasar. Suasana hatinya sedang buruk hari ini.Gadis yang berhasil menyelinap masuk ke dalam hatinya sejak pertama kali bertemu, ternyata sudah menikah dengan laki-laki lain. Ia merasa menjadi sangat buruk sekarang. Baru pertama merasa jatuh cinta bersamaan dengan merasakan sakitnya patah hati."Hei, sendirian aja, nih?"Kehadiran Olivia menyadarkannya dari lamunan. Abimanyu menoleh ke arah gadis itu yang sekarang sudah duduk tepat di sebelahnya."Ngapain ngelamun sendirian di sini? Gak takut kesambet sama penghuni pohon mangga apa?" canda Olivia."Hh, k
"Mbak Fely," gumam Kamea lirih.Wanita itu langsung menyunggingkan sebuah senyum untuk menyapa tuan rumah yang baru saja membukakan pintu untuknya. Kamea mermbuka lebar-lebar pintu rumahnya, membiarkan Felysia masuk."Mas Alif belum pulang dari kantor. Mbak mau cari Mas Alif, kan?" tanya Kamea. Ia merasa gugup dan canggung terhadap Felysia.Ya, saat ini Alif masih berada di kantor. Sejak mengantar Kamea pulang ke rumah dengan selamat, lelaki beralis tebal itu pamit kembali ke kantor karena banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan."Saya sengaja mampir, bukan untuk bertemu Reval, tapi karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan sama kamu."Kamea bergeming, menatap Felysia sambil menggigit bibir bawahnya pelan. Ia merasakan ruangan di rumahnya itu menjadi sangat panas dan mencekam. Gadis itu mencoba menebak-nebak pembicaraan yang akan Felysia bahas bersamanya."Ka
Alif baru saja tiba di rumahnya. Ia begitu tidak sabar ingin segera menemui istri kecilnya yang selalu terngingah wajahnya di pelupuk mata akhir-akhir ini. Ia melenggangkan langkah lebar menuju ke kamarnya.Namun begitu ia masuk ke kamarnya, ia harus menelan kekecewaan karena gadis yang dicarinya tidak ada di dalam kamar, menunggu seperti biasanya. Alif sudah mencarinya ke ke kamar mandi dan balkon kamar tapi tidak dapat menemukan keberadaan Kamea.Lelaki beralis tebal itu akhirnya ke luar dari kamar untuk mencari Kamea di ruangan lain. Tetapi tetap saja ia tidak menemukan gadisnya di mana-mana."Bi ... Bi Siti," panggilnya kepada asisten rumah tangga yang bertugas menjaga dan membereskan rumah miliknya."Ya, Den. Ada apa manggil Bibi?" tanya wanita paruh baya itu yang baru saja ke luar dari kamarnya dan langsung menghampiri Alif yang sudah menunggunya."Istri saya di mana, Bi? K
"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?"Begitu Kamea masuk ke kamarnya, ia disuguhi suara bariton yang dingin dan datar dari laki-laki yang sedang duduk di tepi samping tempat tidur. Sayu mata gadis itu menatap wajah Alif yang tak ramah.Gadis itu tak mengatakan sepatah katapun. Ia langsung melenggang masuk, menyipan tasnya di atas nakas, kemudian hendak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lemah dan lengket."Saya sedang bertanya. Kenapa kamu tidak menjawab?!" bentakan itu membuat tubuh Kamea terlonjak kaget.Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar mandi. Ia membalikkan kepalanya untuk menoleh ke arah Alif. "Aku habis dari luar mencari udara segar," sahut Kamea dengan nada suara dingin.Ia hendak melanjutkan niatnya masuk ke dalam kamar mandi, tetapi entah sejak kapan Alif sudah berada di belakangnya. Laki-laki beralis tebal itu
"Mi, selamat, ya. Aku turut bahagia atas pernikahan kamu, semoga kalian bahagia." Abimanyu bersalaman dengan Kamea. Pemuda itu menatap lamat wajah gadis yang pernah dicintainya. Senyumnya masih sama, terlihat manis seperti senyum yang nampak saat pertama kali mereka bertemu. "Makasih, Bi. Semoga kamu juga cepat menyusul, ya." Abimanyu tersenyum kecut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kamea. Lantas kemudian pemuda itu menghela napas panjang. "Doakan saja, semoga bisa secepatnya," sahutnya lirih. "Hei, dilarang berlama-lama menatap istriku seperti itu!" Abimanyu langsung menoleh ke arah laki-laki yang ada di samping Kamea. Seperti biasanya suami dari sahabatnya itu akan selalu memasang wajah waspada setiap kali ia dekat dengan istrinya. "Ya, ya, ya! Aku tahu dan aku tidak akan merebutnya," sahut Abimanyu sambil tersenyum miring. Kemudian dia mel
Malam ini suasana di kediaman Pradana terlihat sangat ramai. Rumah megah dan mewah itu didekor dengan sedemikian rupa sehingga terlihat gemerlap indah. Tamu-tamu penting mulai berdatangan satu persatu untuk menemui tuan rumah.Di dalam sebuah ruangan berukuran cukup luas seorang gadis sudah siap dengan gaun cantik berwarna putih tulang. Paras cantik itu semakin terlihat anggun dengan mengenakan sedikit polesan make up dari perias handal yang disewa oleh keluarga Pradama secara khusus.Gadis itu berbalik melihat ke arah pintu ketika tiba-iba seseorang membukanya dari luar. Kedua sudut bibir tipis itu tertarik ke atas membentuk senyum yang sangat manis menyapa sosok laki-laki yang sangat dicintainya sejak lama."Sayang, kenapa masih di sini? Ayok kita ke bawah. Para tamu sudah menunggu," ujar Alif kepada sang istri tercinta.Dia berjalan mendekati gadisnya dengan pandangan yang terpusat pada wajah sang
"Alif, kenapa kamu ada di sini? Kamea sama siapa?" Mama Anita yang baru saja tiba di rumah sakit tak sengaja berpapasan dengan putranya yang juga baru saja kembali dari luar sehabis membelikan makanan untuk Kamea. "Ma, aku habis membelikan makanan untuk Sanee. Tadi dia bersama Fely," sahut Alif sambil mengangkat kantung kresek di tangannya. Kedua bola mata Mama Anita membulat. Tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Putranya dengan mudah meninggalkan menantu kesayangannya berdua dengan Felysia, wanita yang sudah menyebabkan Kamea seperti sekarang ini. "Apa?! Kenapa kamu membiarkan wanita itu bersama menantuku? Gimana kalau dia menyakiti Kamea?" Mama Anita menggerutu geram atas kecerobohan putranya. Biar bagaimanapun Felysia adalah wanita yang sedang terobsesi cinta putra semata wayangnya yang saat ini sudah menikah dengan Kamea. Bila ia bisa nekad memaksa Alif untu
Alif pergi ke luar untuk membelikan makanan untuk Kamea. Sebenarnya dia enggan pergi meninggalkan istrinya itu sendirian ditemani oleh Felysia. Tetapi belia itu memaksa, Alif terpaksa tetap pergi. Namun sebelum itu, ia terlebih dulu memperingatkan kepada Felysia untuk tidak berbuat macam-macam kepada istrinya.Suasana di dalam ruangan menjadi hening untuk beberapa saat setelah Alif pergi. Dua wanita berbeda usia itu terdiam mengumpulkan kata-kata yang hendak mereka bicarakan. Felysia berjalan mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang Kamea."Gimana kedaaan kamu sekarang?" Setelah beberapa saat terdiam, Felysia membuka percakapan dengan menanyakan kabar Kamea."Sudah lebih baik," sahut Kamea singkat.Setelah itu suasana kembali menjadi hening untuk beberapa detik hingga Felysia kembali membuka percakapan untuk mengurai rasa canggung yang sedang melingkupi ruangan."U
"Kamu gak ada yang mau ditanyakan sama, Mas?"Belia itu tak langsung menjawab. Dia memikirkan pertanyaan apa yang harus ia tanyakan kepada suaminya itu. Beberapa detik kemudian, Kamea menggelengkan pelan kepalanya sehingga menimbulkan gesekan di dada bidang Alif.Kedua sudut bibir tebal itu tertarik ke atas mengulas sebuah senyum. Lalu laki-laki berkulit putih itu mendesahkan napas di udara. Lembut tangan kekarnya mengusap kepala sang istri. Bersyukur dia tidak jadi kehilangan gadisnya.Entah, mungkin saja ia akan menjadi gila andai gadisnya itu pergi meninggalkannya. Memikirkan semua itu, Alif mengeratkan dekapannya. Dia benar-benar takut kehilangan Kamea. Beberapa saat kemudian, Alif merenggangkan tubuhnya dari tubuh Kamea."Kalau begitu, Mas yang ingin bertanya sama kamu. Boleh?"Kamea menatap dalam manik mata suaminya. Kedua alisnya saling bertautan hingga membentuk garis hal
Seorang laki-laki berparas tampan mengintip dari kaca pintu. Melihat sang istri tertawa lepas barsama sahabatnya. Manis, cantik dan ... menggemaskan.Dia menghela napas panjang. Kemudian, tawa itu seolah menular padanya. Kedua sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas membentuk senyum."Kau, mau sampai kapan berdiri di sini?"Alif terlonjak kaget mendapati Doni sudah ada di hadapannya. Entah sejak kapan sahabatnya itu sudah ada di sana. Seingatnya, baru saja laki-laki berkaca mata itu masih tertawa ria di dalam bersama Kamea."Temui istrimu dan selesaikan semuanya sekarang. Kamu benar-benar tidak ingin kehilangannya, bukan?" ujar Doni lagi.Kedua bola mata berlensa cokelat itu membulat. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan gadisnya.Alif menghela napas panjang dan menghembusiannya secara perlahan. Iris matanya menoleh ke arah gadis yang saat ini sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.Kemudi
Alif menatap sendu dari kejauhan melihat Kamea sedang berada di taman rumah sakit di temani Abimanyu. Gadis itu terlihat tersenyum mendengarkan Abimanyu bercerita.Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Yang jelas sesuatu di sini sedang meremas-remas hati Alif. Kedua tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras setiap kali melihat gadis itu tertawa riang."Bagaimana rasanya, melihat orang yang kita cintai tersenyum bersama orang lain?" tanya Doni.Dia baru saja datang, sengaja ingin menjenguk istri dari sahabatnya itu. Dia terpaku selama beberapa detik melihat Alif yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya. Doni penasaran.Ia pun mengikuti arah pandangan Alif. Laki-laki berkacamata itu menyunggingkan senyum miring. Kemudian menepuk sebelah pundak Alif."Yang kamu rasakan saat ini, begitulah yang dia rasakan saat melihatmu bersama Felysia," ucap Doni lagi.Alif menghela napas panjang. Dia menoleh ke arah Doni yang s
"Abi ...."Abimanyu langsung menunduk melihat gadis yang baru saja memanggil namanya."Aku ada di mana?" gumamnya pelan. Seingatnya terakhir kali ia bangun masih ada di rumah Abimanyu."Ami, kamu sudah bangun? Syukurlah. Aku sangat senang akhirnya kamu bangun juga, Mi," ucap Abimanyu. "Sekarang kamu sedang dirawat di rumah sakit," sambungnya lagi.Dia tersenyum bahagia karena akhirnya Kamea mau membuka matanya. Terlebih, gadis itu langsung memanggil namanya."Sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa kamu ingin minum?"Mengetahui Kamea sadar, Alif langsung menghampiri belia itu. Ia menggenggam erat telapak tangan Kamea dan menciuminya beberapa kali.Dia menatap lamat wajah Kamea dengan iris berkaca-kaca. Sementara belia itu hanya diam dengan pandangan kosong."Sayang, syukurlah akhirnya kamu bangun." Mama Anita langsung menghampiri Kamea.Abimanyu menggeser tubuhny
Abimanyu berjalan melangkahkan kakinya mendekat. Dia ingin menjenguk Kamea yang sudah seminggu ini masih belum juga sadarkan diri. Dia mendekat ke arah Alif yang sedang duduk di samping tepi tempat tidur Kamea."Sabar saja, dia pasti akan segera bangun," ucapnya kepada Alif.Laki-laki beralis tebal itu tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.Abimanyu berjalan ke sisi lain ranjang Kamea. Dia menatap wajah tenang gadis yang sedang menutup matanya cukup lama.'Bangun Mi, aku kangen sama kamu. Jangan seperti ini, Mi. Aku yakin kamu gadis yang kuat. Kamu pasti bisa melewati masa tersulit dalam hidupmu. Sudah cukup tidurnya, Mi. Coba bukalah mata kamu, lihatlah banyak orang yang menyayangimu, termasuk aku.'"Jangan berlama-lama menatapnya seperti itu. Apa kau mau aku mencolongkel matamu?!" tegur Alif ketus.Abimanyu menghela napas panjang. Dia mendelikkan matany