Kamea melenggang melanjutkan niatnya untuk mengambil air minum yang ada di meja makan. Meski sebenarnya ia enggan, tetapi tak mungkin ia memutar balik kembali ke kamarnya setelah melihat drama itu. Semua itu hanya kan membuat mereka senang kaena telah berhasil menyakiti hatinya.
"Sanee, sayang, ini gak seperti yang kamu lihat. Mas bisa jelasin semuanya," ucap Alif.
Kamea tidak peduli. Dia menuangkan air ke dalam gelas kemudian meminumnya hingga tandas. Kemudia menyimpan gelas itu dengan sedikit kasar di atas meja.
"Kalian itu, kalau mau berpacaran lihat-lihat tempat, dong. Sudah dewasa tapi kelakuan seperti anak ABG yang baru merasakan jatuh cinta," ejek Kamea.
Belia itu menatap Alif kemudian menatap Felysia secara bergantian. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum miring. "Bahkan kalian tidak peduli walau ada Bi Siti di sini melihat kelakuan kalian. Memalukan!" sambungnya lagi.
<Alif panik ketika ia tak mendapati Kamea berada di kamarnya. Padahal ia sudah mengunci pintu dari luar. Lalu kemudian Alif melihat pintu kamar mandi tertutup. Dengan langkah lebarnya ia langsung menuju ke kamar mandi.Alif menggedor pintu itu dengan tidak sabar. "Sanee, apa kamu di dalam?" teriaknya. Tak ada sahutan dari dalam kamar mandi.Kecemasan semakin merasuki pikirannya. Takut hal buruk terjadi pada gadisny di dalam sana. Alif kembali menggedor pintu itu dengan tidak sabar."Tasanee ... buka pintunya!" teriaknya lagi.Baru saja ia akan menggedor pintunya lagi, tetapi urung karena daun pintunya berputar menandakan seseorang dari dalam sana akan membuka pintunya. Kamea menyembulkan kepalanya mengintip sedikit ke arah luar."Ada apa?" tanya Kamea ketus dan kesal.Alif menghela napas lega setelah melihat gadis kecilnya baik-baik saja di dalam sana. "Kamu s
"Ssshhh ...."Bibir tipis itu menringis merasakan seluruh tubuhnya sakit terutama pada bagian intim. Ia beranjak hendak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya setelah melakukan pergumulan bersama Alif."Apa itu sangat sakit?" tanya Alif lembut.Lelaki bernetra cokelat itu mendekap tubuh Kamea dari belakang. Gadis itu tak menjawab, ia hanya menganggukkan pelan kepalanya. Alif mengecup pundak polos gadisnya, menikmati wangi aroma tubuh Kamea. Kemudia ia turun dari ranjang dan langsung menggendong gadis itu menuju ke kamar mandi."Mas turunkan aku! Aku bisa pergi sendiri," tutur Kamea. Dia meronta meminta agar Alif menurunkannya."Diamlah! Mas, ingin membantumu ke kamar mandi. Mas tahu kamu sedang merasa kesalitan dan itu terjadi karena Mas," ucap Alif.Belia itu tak lagi meronta. Dia mengalungkan kedua tangannya pada leher sang suami kemudian
"Apa rencanamu sekarang setelah mengetahui sedikit tentang istri kecilmu itu?" tanya Doni.Saat ini mereka baru saja ke luar dari gedung rumah sakit setelah selesai berkonsultasi dengan dokter mengenai obat yang diminum oleh Kamea."Aku gak menyangka gadis muda dan ceria seperti dia menggunakan obat itu. Sepertinya masalah yang selama ini ia hadapi sangat serius. Dan mungkin salah satunya menyangkut dirimu, kawan," sambung Doni lagi sambil menepuk sebelah pundak Alif.Laki-laki berkulit putih itu terdiam dan menghela napas panjang. Sejauh ini dia terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri. Sibuk memikirkan tentang alasan kepergian Felysia hingga merencanakan untuk kembali pada wanita itu bila ia bisa bertemu lagi dengannya.Dia mengabaikan istrinya sendiri. Mengabaikan gadis yang selalu bertingkah menyebalkan hanya untuk bisa mencuri sedikit perhatiannya. Gadis yang selalu terlihat tenang dan ceria, ta
Seharian berjalan-jalan mengunjungi pantai kemudian ke taman hiburan malam, dan sekarang Alif dan Kamea singgah di sebuah restoran ternama. Pada Awalnya Alif merasa bahagia setiap kali melihat senyum dan tawa yang terpancar dari bibir gadis itu. Hingga pertemuan tak sengaja dengan Abimanyu dan Olivia di taman hiburan malam, membuat moodnya menjadi rusak.Perasaan tak tenang dan merasa tersaingi muncul begitu saja saat Abimanyu terus saja mendekati Kamea dan berhasil membuat gadisnya itu tertawa riang. Belum hilang mood buruk itu karena Abimanyu, sekarang ditambah lagi dengan kehadiran Felysia dan Doni.Ah, mengapa rasanya tidak adil sekali. Dia ingin menikmati momen berdua dengan gadisnya tapi malah berujung menjadi perkumpulan yang tak jelas. Ya, karena sekarang mereka berenam sedang berkumpul di meja yang sama di sebuah restoran."Mas aku mau naik itu, boleh?" tanya Kamea sambil memakan kembang gula yang tadi dibelikan
Gadis belia itu berjinjit untuk memasangkan dasi pada suaminya. Alif menunduk melihat wajah sang istri yang begitu manis tengah serius melilitkan dasi agar terpasang rapi. Ia mengulum senyumnya, kemudian mendekat dan mengecup singkat dahi gadisnya."Ish, Mas diem dulu, jangan bergerak-gerak," ucapnya masih terfokus pada aktivitasnya.Alif kembali mengulum senyumnya. "Kalau gak bisa jangan dipaksain. Mas bisa melakukannya sendiri," ucap Alif tanpa mengalihkan matanya dari wajah berseri belia kesayangannya."Bisa kok. Masa pasang dasi aja gak bisa, sih. Ya, kan pas waktu sekolah juga harus pake dasi," ujarnya. Gadis itu nampak kesulitan memasang dasi itu . "Tapi kok ini susah, ya? Masa gak rapi-rapi seperti yang ada video tutorial," gerutunya.Alif terkekeh pelan lantas mencubit gemas hidung mungil sang istri. Ia menjauhkan tangan kurus itu dari dasinya. "Gak apa-apa, kamu bisa belajar lagi nanti. Seka
Siang itu Alif menjemput Kamea di kampus. Ia ingin makan siang bersama dengan gadisnya. Alif memarkirkan mobil tepat di depan gedung fakultas tempat Kamea kuliah. Ia merogoh ponsel di dalam saku celananya untuk menghubungi gadisnya."Kamu di mana? Mas sudah ada di depan," ucap Alif ketika gadis itu sudah merespons teleponnya.'Eh, iya. Mas tunggu aku ke sana sekarang.'Alif langsung menutup panggilannya ketika sudah mengetaui Kamea akan segera datang menemuinya. Tubuhnya terasa pegal-pegal, Alif menyenderkan punggung lebarnya pada penyangga kursi untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.Kedua sudut bibir tebal itu melengkung ke atas membentuk sebuah senyum. Ia mengeluarkan kotak kecil di dalam saku jas yang dikenakannya. Alif membuka kotak berwarna beludru itu. Bibirnya kembali tertarik melihat benda berkilau di dalam sana.Ia ingin segera memberikan kalung yang sudah i
"Kenapa lama sekali?" tanya Alif ketika gadisnya baru saja masuk dan duduk di samping kursi temapat duduknya sekarang. Alif mengernyitkan kedua alisnya ketika melihat wajah cantik sang istri terlihat muram."Iya, tadi aku ke toilet dulu," ucapnya berbohong. Tak mungkin Kamea akan mengatakan dirinya baru saja bertemu dengan Abimanyu. Apa lagi sampai mengatakan kepada Alif kalau lelaki itu baru saja mengutarakan perasaannya.Kamea menghela napas berat. "Kita mau pergi ke mana?" tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan.Alif tak langsung menjawab. Dia terus memandangi wajah gadisnya yang terlihat berbeda. Ia merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan gadis itu darinya. Kamea terlihat seperti sedang merasa terbebani."Ada apa? Kenapa wajahmu ditekuk seperti ini?" tanya Alif lembut.Dia mengusap pipi gadisnya dengan lembut. Kamea menggelengkan kepalanya pelan. "Gaka ada apa-apa, aku h
Suasana siang itu cukup terik di luar sana. Hiruk pikuk kendaraan berlalu lalang di jalanan beserta orang-orang yang yang berjalan sehabis melakukan aktivitasnya masing-masing.Alif dan Kamea sedang menikmati jamuan makan siang yang sudah dipesan sebelumnya oleh Alif. Entah kapan lelaki itu mulai menyiapkan semuanya, Kamea tidak tahu itu. Yang pasti ia sangat senang dengan semuanya."Kok, aku gak tahu Mas nyiapin ini semua?" tanya belia itu.Iris teduh berwarna hitam itu menatap lamat wajah tampan sang suami yang sejak lama sudah menjadi candunya. Walau keadaan sempat ingin merenggut sosok tampan itu dari hidupnya. Bersyukur Tuhan terlebih dulu mengetuk pintu hati sang suami sebelum perpisahan itu benar-benar terjadi."Kan sekarang sudah tahu, sayang," sahut Alif lembut.Wajah sendu yang tadi sempat menyelimuti wajah cantik itu, kini kembali terlihat ceria. Senyum manis tak luntu
"Mi, selamat, ya. Aku turut bahagia atas pernikahan kamu, semoga kalian bahagia." Abimanyu bersalaman dengan Kamea. Pemuda itu menatap lamat wajah gadis yang pernah dicintainya. Senyumnya masih sama, terlihat manis seperti senyum yang nampak saat pertama kali mereka bertemu. "Makasih, Bi. Semoga kamu juga cepat menyusul, ya." Abimanyu tersenyum kecut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kamea. Lantas kemudian pemuda itu menghela napas panjang. "Doakan saja, semoga bisa secepatnya," sahutnya lirih. "Hei, dilarang berlama-lama menatap istriku seperti itu!" Abimanyu langsung menoleh ke arah laki-laki yang ada di samping Kamea. Seperti biasanya suami dari sahabatnya itu akan selalu memasang wajah waspada setiap kali ia dekat dengan istrinya. "Ya, ya, ya! Aku tahu dan aku tidak akan merebutnya," sahut Abimanyu sambil tersenyum miring. Kemudian dia mel
Malam ini suasana di kediaman Pradana terlihat sangat ramai. Rumah megah dan mewah itu didekor dengan sedemikian rupa sehingga terlihat gemerlap indah. Tamu-tamu penting mulai berdatangan satu persatu untuk menemui tuan rumah.Di dalam sebuah ruangan berukuran cukup luas seorang gadis sudah siap dengan gaun cantik berwarna putih tulang. Paras cantik itu semakin terlihat anggun dengan mengenakan sedikit polesan make up dari perias handal yang disewa oleh keluarga Pradama secara khusus.Gadis itu berbalik melihat ke arah pintu ketika tiba-iba seseorang membukanya dari luar. Kedua sudut bibir tipis itu tertarik ke atas membentuk senyum yang sangat manis menyapa sosok laki-laki yang sangat dicintainya sejak lama."Sayang, kenapa masih di sini? Ayok kita ke bawah. Para tamu sudah menunggu," ujar Alif kepada sang istri tercinta.Dia berjalan mendekati gadisnya dengan pandangan yang terpusat pada wajah sang
"Alif, kenapa kamu ada di sini? Kamea sama siapa?" Mama Anita yang baru saja tiba di rumah sakit tak sengaja berpapasan dengan putranya yang juga baru saja kembali dari luar sehabis membelikan makanan untuk Kamea. "Ma, aku habis membelikan makanan untuk Sanee. Tadi dia bersama Fely," sahut Alif sambil mengangkat kantung kresek di tangannya. Kedua bola mata Mama Anita membulat. Tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Putranya dengan mudah meninggalkan menantu kesayangannya berdua dengan Felysia, wanita yang sudah menyebabkan Kamea seperti sekarang ini. "Apa?! Kenapa kamu membiarkan wanita itu bersama menantuku? Gimana kalau dia menyakiti Kamea?" Mama Anita menggerutu geram atas kecerobohan putranya. Biar bagaimanapun Felysia adalah wanita yang sedang terobsesi cinta putra semata wayangnya yang saat ini sudah menikah dengan Kamea. Bila ia bisa nekad memaksa Alif untu
Alif pergi ke luar untuk membelikan makanan untuk Kamea. Sebenarnya dia enggan pergi meninggalkan istrinya itu sendirian ditemani oleh Felysia. Tetapi belia itu memaksa, Alif terpaksa tetap pergi. Namun sebelum itu, ia terlebih dulu memperingatkan kepada Felysia untuk tidak berbuat macam-macam kepada istrinya.Suasana di dalam ruangan menjadi hening untuk beberapa saat setelah Alif pergi. Dua wanita berbeda usia itu terdiam mengumpulkan kata-kata yang hendak mereka bicarakan. Felysia berjalan mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang Kamea."Gimana kedaaan kamu sekarang?" Setelah beberapa saat terdiam, Felysia membuka percakapan dengan menanyakan kabar Kamea."Sudah lebih baik," sahut Kamea singkat.Setelah itu suasana kembali menjadi hening untuk beberapa detik hingga Felysia kembali membuka percakapan untuk mengurai rasa canggung yang sedang melingkupi ruangan."U
"Kamu gak ada yang mau ditanyakan sama, Mas?"Belia itu tak langsung menjawab. Dia memikirkan pertanyaan apa yang harus ia tanyakan kepada suaminya itu. Beberapa detik kemudian, Kamea menggelengkan pelan kepalanya sehingga menimbulkan gesekan di dada bidang Alif.Kedua sudut bibir tebal itu tertarik ke atas mengulas sebuah senyum. Lalu laki-laki berkulit putih itu mendesahkan napas di udara. Lembut tangan kekarnya mengusap kepala sang istri. Bersyukur dia tidak jadi kehilangan gadisnya.Entah, mungkin saja ia akan menjadi gila andai gadisnya itu pergi meninggalkannya. Memikirkan semua itu, Alif mengeratkan dekapannya. Dia benar-benar takut kehilangan Kamea. Beberapa saat kemudian, Alif merenggangkan tubuhnya dari tubuh Kamea."Kalau begitu, Mas yang ingin bertanya sama kamu. Boleh?"Kamea menatap dalam manik mata suaminya. Kedua alisnya saling bertautan hingga membentuk garis hal
Seorang laki-laki berparas tampan mengintip dari kaca pintu. Melihat sang istri tertawa lepas barsama sahabatnya. Manis, cantik dan ... menggemaskan.Dia menghela napas panjang. Kemudian, tawa itu seolah menular padanya. Kedua sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas membentuk senyum."Kau, mau sampai kapan berdiri di sini?"Alif terlonjak kaget mendapati Doni sudah ada di hadapannya. Entah sejak kapan sahabatnya itu sudah ada di sana. Seingatnya, baru saja laki-laki berkaca mata itu masih tertawa ria di dalam bersama Kamea."Temui istrimu dan selesaikan semuanya sekarang. Kamu benar-benar tidak ingin kehilangannya, bukan?" ujar Doni lagi.Kedua bola mata berlensa cokelat itu membulat. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan gadisnya.Alif menghela napas panjang dan menghembusiannya secara perlahan. Iris matanya menoleh ke arah gadis yang saat ini sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.Kemudi
Alif menatap sendu dari kejauhan melihat Kamea sedang berada di taman rumah sakit di temani Abimanyu. Gadis itu terlihat tersenyum mendengarkan Abimanyu bercerita.Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Yang jelas sesuatu di sini sedang meremas-remas hati Alif. Kedua tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras setiap kali melihat gadis itu tertawa riang."Bagaimana rasanya, melihat orang yang kita cintai tersenyum bersama orang lain?" tanya Doni.Dia baru saja datang, sengaja ingin menjenguk istri dari sahabatnya itu. Dia terpaku selama beberapa detik melihat Alif yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya. Doni penasaran.Ia pun mengikuti arah pandangan Alif. Laki-laki berkacamata itu menyunggingkan senyum miring. Kemudian menepuk sebelah pundak Alif."Yang kamu rasakan saat ini, begitulah yang dia rasakan saat melihatmu bersama Felysia," ucap Doni lagi.Alif menghela napas panjang. Dia menoleh ke arah Doni yang s
"Abi ...."Abimanyu langsung menunduk melihat gadis yang baru saja memanggil namanya."Aku ada di mana?" gumamnya pelan. Seingatnya terakhir kali ia bangun masih ada di rumah Abimanyu."Ami, kamu sudah bangun? Syukurlah. Aku sangat senang akhirnya kamu bangun juga, Mi," ucap Abimanyu. "Sekarang kamu sedang dirawat di rumah sakit," sambungnya lagi.Dia tersenyum bahagia karena akhirnya Kamea mau membuka matanya. Terlebih, gadis itu langsung memanggil namanya."Sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa kamu ingin minum?"Mengetahui Kamea sadar, Alif langsung menghampiri belia itu. Ia menggenggam erat telapak tangan Kamea dan menciuminya beberapa kali.Dia menatap lamat wajah Kamea dengan iris berkaca-kaca. Sementara belia itu hanya diam dengan pandangan kosong."Sayang, syukurlah akhirnya kamu bangun." Mama Anita langsung menghampiri Kamea.Abimanyu menggeser tubuhny
Abimanyu berjalan melangkahkan kakinya mendekat. Dia ingin menjenguk Kamea yang sudah seminggu ini masih belum juga sadarkan diri. Dia mendekat ke arah Alif yang sedang duduk di samping tepi tempat tidur Kamea."Sabar saja, dia pasti akan segera bangun," ucapnya kepada Alif.Laki-laki beralis tebal itu tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.Abimanyu berjalan ke sisi lain ranjang Kamea. Dia menatap wajah tenang gadis yang sedang menutup matanya cukup lama.'Bangun Mi, aku kangen sama kamu. Jangan seperti ini, Mi. Aku yakin kamu gadis yang kuat. Kamu pasti bisa melewati masa tersulit dalam hidupmu. Sudah cukup tidurnya, Mi. Coba bukalah mata kamu, lihatlah banyak orang yang menyayangimu, termasuk aku.'"Jangan berlama-lama menatapnya seperti itu. Apa kau mau aku mencolongkel matamu?!" tegur Alif ketus.Abimanyu menghela napas panjang. Dia mendelikkan matany