Home / CEO / Gadis Penari Sang Presdir / 239. Welcoming You

Share

239. Welcoming You

Author: juskelapa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Sayang, pinggangku pegal. Aku mau duduk dengan bantal di balik punggungku seperti biasa.”

Roy bangkit dari kursinya untuk menyusun bantal seperti yang biasa dia lakukan di rumah. Roy berdiri di sisi ranjang dan Sahara langsung memeluknya. Bergelayut dan menumpukan seluruh beban tubuhnya pada pria itu. “Sudah bisa bersandar,” ujar Roy saat selesai menepuk-nepuk bantal.

“Aku masih mau dipeluk,” jawab Sahara, memejamkan mata. Beberapa saat lamanya Roy berdiri melingkarkan tangan ke tubuhnya, Sahara kembali bersandar dan meraih ponsel.

Tak sampai dua puluh menit kemudian .

“Sayang, tolong tekan telapak kakiku. Kram lagi.”

Roy kembali berdiri dan menghampiri ranjang. Membantu istrinya meluruskan kaki dan sedikit menekan telapaknya. Sahara mengangguk-angguk saat merasa kakinya lebih baik. Roy belum kembali duduk ke kursinya. Menunggu sejenak apa istrinya kembali membutuhkan sesuatu.

Saat-saat berdua mereka di ruangan itu, membuat Roy merasa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (25)
goodnovel comment avatar
Mia Nurul Muttaqin
Sabina Aurora Smith..
goodnovel comment avatar
azalia Orlin
Sabina nama yang bagus
goodnovel comment avatar
Uswatun
selamat om Roy dan Rara udh jadi orang tua biro jodoh segera di buka tapi sayang Roy mau anakya dpt yg umur ya udh matang dan mapan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Penari Sang Presdir   240. Kabar Lainnya

    Novan dan Rini saling pandang saat mendengar jawaban Roy. Kandungan Rini baru dua puluh minggu dan mereka bahkan belum memikirkan soal jenis kelamin bayi. Atasan mereka yang kaku sudah menjadi ayah dan bertambah nilai kekakuannya. Roy menanggapi candaan mereka dengan serius. Dahi Roy yang mengernyit menatap wajah putrinya nyaris membuat suami istri itu tertawa. Sahara duduk menatap bayinya yang berada dalam pelukan dengan sorot terpana. Rini duduk di sebelahnya dengan kursi yang sepanjang hari ditempati Roy. “Aku benar-benar enggak sangka,” gumam Sahara. “Enggak sangka apa?” tanya Rini. “Ternyata aku bisa punya anak,” jawab Sahara. “Kamu bisa bercinta, harusnya enggak perlu heran. By the way, bayimu perempuan. Kurasa Roy akan terus memintamu hamil sampai dia memiliki anak laki-laki.” Sahara seketika menoleh pada Rini. Matanya membulat tak percaya. “Jangan mengada-ada, Miss. Roy enggak mungkin begitu,” kata Sahara, melirik Roy yan

  • Gadis Penari Sang Presdir   241. Kekhawatiran Barumu

    Tak ada maksud apa pun di hati Roy untuk menyembunyikan suatu hal dari Sahara. Toh, wanita itu sudah mengetahui semua masa lalu meski sebenarnya saat itu dia belum siap. Dia sudah menerima bagaimana kenyataan mempermalukanya di depan semua orang-orang terdekat. Namun, hari itu berbeda.Sahara baru melahirkan anak pertama mereka dan sedang dirundung kesedihan karena belum bisa menyusui bayinya. Roy harus membangkitkan rasa percaya diri istrinya. Mendukung, juga mendampingi dalam setiap proses yang harus mereka lewati sebagai orang tua baru.Berbeda dengan dirinya yang terbilang sangat mapan dalam hal kesiapan. Meski belum pernah membayangkan memiliki anak sebelumnya, tapi dia sudah cukup dewasa untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam setiap fase kehidupannya. Sahara belum cukup siap untuk itu. Bisa dibilang, kehidupan istrinya berubah 180 derajat. Dia mengerti bahwa Sahara sedang menyesuaikan diri dengan segenap kemampuannya.“Saya permisi ke

  • Gadis Penari Sang Presdir   242. Kejujuran Pada Ibu

    “Hal yang aku dan Rara bicarakan di rumah sakit? Kurasa bukan hal yang penting. Aku tak mau membuat Ibu memikirkan hal-hal sepele. Kami juga sudah tidak membicarakannya,” ujar Roy, berjalan menuju ibunya dan mendorong kursi roda hingga berasa di depan sebuah sofa tunggal yang akan dia tempati. “Roy … duduklah. Ada hal yang sepertinya harus Ibu tegaskan padamu,” ucap Gustika dengan nada bicara sedikit resmi. Roy mengerti dengan tindak-tanduk ibunya ketika ingin mengatakan hal penting. Dia duduk dan menghela napas dalam-dalam. Menumpukan dua siku di pahanya dan sedikit mencondongkan tubuh ke depan. “Bisa beritahu Ibu?” ulang Gustika. Kali ini suaranya terdengar lebih lembut, setengah memohon.“Bu … harusnya Ibu tahu kalau aku tidak mau menceritakan hal-hal begini pada Ibu karena aku—” “Mengkhawatirkan soal kesehatan Ibu? Itu yang mau kamu katakan?” tanya Gustika. Dia lalu gantian mencondongkan sedikit tubuhnya untuk menyentuh tangan Roy dan mengusap pung

  • Gadis Penari Sang Presdir   243. Nasehat Ibu

    “Kenapa terdiam? Apa karena merasa apa yang ibu katakan benar?” tanya Gustika."Aku tahu soal istriku yang kaya dan dia sudah banyak menyesuaikan diri dengan aku, suaminya yang berusia dua kali lipat dengannya. Aku mengerti itu, Bu.” Roy menarik napas panjang. Memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya ke paru-paru. Dia merasa satu beban yang paling berat telah diangkat dari bahunya.“Sekarang mana Rara?” tanya Gustika ikut menoleh ke lantai dua.“Aku memaksanya untuk beristirahat. Kepercayaan dirinya sedang sangat diuji. Kemarin aku sempat menelepon psikiater untuk bertanya soal itu. Aku khawatir dia terserang baby blues."“Bagus kalau kamu bertanya soal itu. Psikologi seorang wanita yang baru saja melahirkan memang sangat penting. Dia mengalami keletihan jiwa dan raga dalam satu waktu. Seorang Ibu selalu menuntut dirinya sendiri untuk jadi sosok sempurna. Rara butuh dukunganmu. Dia masih terlalu muda dan kamu harus b

  • Gadis Penari Sang Presdir   244. Waktu Berkualitas Bersamamu

    “A-aku? Pertanyaan macam apa itu? Aku udah pernah menceritakan bagaimana aku saat melihat kamu pertama kali,” ujar Sahara. “Aku ingin jawaban itu, Sayang. Aku merasa sedang melakukan kejahatan padamu karena kamu terlihat bersedih setelah melahirkan anak kita.” Bath tub sudah terisi setengah dan Roy mematikan kran air. Dia beralih pada sebotol sampo mahal bermerek sama dengan yang pernah digunakan Sahara untuk mencuci seprai. Tiap mengingat hal itu, Roy pasti akan tersenyum. “Karena perkataan Ibu padaku, aku semakin merasa bersalah.” “Aku bersedih bukan karena hal yang kamu sebut, Sayang. Aku sedih karena air susuku enggak ada. Aku mau seperti Ibu baru yang kutonton di video-video sebelum aku melahirkan. Tidak ada hubungannya dengan Shelly. Ya—aku akan menyebut namanya dengan jelas sekarang. Aku sekarang sudah menjadi Ibu. Urusan Shelly itu hanya mengambil sedikit tempat di hatiku. Hatiku sekarang terisi penuh dengan putriku yang cantik,” omel Sahara, memejamk

  • Gadis Penari Sang Presdir   245. Tak Perlu Sempurna Untukku

    Roy menekuk satu lututnya di tepi bath tub dan memejamkan mata. Mencium Sahara dengan sangat lembut. Jauh dari kata ciuman panas. Ciuman itu lebih menunjukkan suatu hal romantis. Ciuman untuk mencium, bukan untuk bercinta.Pertanyaan Roy soal apakah Sahara mencintainya, sebenarnya dia sendiri tidak perlu jawaban terlalu gamblang. Dia hanya ingin mendengar wanita itu mengucapkannya. Ingin membuat wanita itu merasa lebih dari sekedar dibutuhkan.Siang itu Sahara keluar kamar mandi dengan wajah yang berbeda. Pijatan lembut dan obrolan dari hati ke hati yang barusan dia dan Roy lakukan mengembalikan rasa percaya dirinya. Sahara duduk di depan cermin meja rias dan sudah kembali berceloteh soal kecantikan Sabby yang menyerupainya. Roy berdiri di belakangnya mengulum senyum seraya menyisir rambut Sahara dengan sikat lembut favoritnya.“Ayo, aku enggak sabar ketemu Sabby. Rasanya memang sangat capek punya bayi. Tapi enggak melihat Sabby sebentar

  • Gadis Penari Sang Presdir   246. Melepaskan Semuanya

    Pemandangan pertama yang dilihat Roy dan Sahara saat tiba di pemakaman adalah Irma. Mereka sama-sama baru tiba di parkiran. Entah siapa yang memberitahu Irma soal pemakaman Dony hari itu. “Kenapa dia bisa tahu, ya?” tanya Sahara dengan suara pelan. “Kemungkinan besar staf khusus. Kurasa mereka masih berhubungan baik sampai saat ini. Jadi, semua berita dari kantor masih bisa diakses Irma. Berita-berita umum maksudnya. Karena staf khusus sekarang sedang terlibat proyek pembangunan tower di Timur.” Novan mendahului langkah mereka. Herbert dan seorang staf yang ikut Roy ke Brasil sudah berdiri di depan bangunan yang mirip sebuah kapel. “Apa enggak ada keluarganya yang lain? Pemakamannya sepi sekali. Atau Pak Roy sejak dulu menyukai wanita yatim piatu?” sindir Sahara, meremas tangan Roy yang menggenggamnya agar pria itu menjawab. “Mereka bukan yatim-piatu. Keluarganya tinggal jauh dari sini. Lagipula adik-adiknya mungkin tak ingin terlibat ma

  • Gadis Penari Sang Presdir   247. Tingkah Mama Sabina

    Pagi sebelum kegaduhan perihal susu dimulai, Roy berjalan tergesa menuju ruangannya. Melewati meja Letta dan mengangguk pertanda dia meminta sekretarisnya itu masuk. Letta dengan sigap berdiri dan meraup map yang sudah dia persiapkan sebelumnya.“Site Manager sudah hadir?” tanya Roy, membuka satu kancing jas di bagian bawah, lalu duduk di kursi besarnya.“Site Manager sudah hadir, Pak. Engineering dan Administration Manager juga sudah hadir,” lapor Letta.“Siapkan rapat sekarang. Maaf kalau saya sedikit terlambat. Harusnya saya sudah berada di ruangan sekarang,” ujar Roy, mengecek tiap nama di map yang diletakkan Letta.“Tidak apa-apa, Pak. Semua memakluminya. Pak Roy saat ini sedang memiliki bayi,” sahut Letta.Roy mendongak dan tersenyum pada Letta. “Thanks,” ucap Roy.“Apa ada yang perlu ditanyakan, Pak?” Letta berdiri di seberang meja.

Latest chapter

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

  • Gadis Penari Sang Presdir   292. Percakapan Berdansa

    Resepsi pernikahan Herbert dan Letta dilaksanakan di taman sebuah resor pinggiran kota. Roy mendanai lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan untuk resepsi itu. Walau dia dengan tegas mengatakan akan menanggung semua, tampaknya Herbert dan Letta berusaha keras untuk meyakinkannya bahwa mereka juga punya tabungan. Malam itu Roy meminta staf khususnya untuk menjadi supir dan ajudan pribadi sebagai pengganti Novan dan Herbert. Dua orang babysitter turut menyertai langkah mereka saat memasuki venue. Sabina dan Elara melangkah ceria dengan gaun berwarna sama dengan Sahara, dalam genggaman tangan masing-masing pengasuhnya.“Cantik sekali dekorasinya,” ucap Sahara.“Kamu sedang memuji wanita yang membuatmu cemburu,” kata Roy mengingatkan.“Aku tidak terlalu buta melihat kelebihan orang lain meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya mencoba realistis,” bisik Sahara.“Realistis,” ulang Roy.“Kalau aku tidak realistis, mungkin aku akan berpindah kamar saat mengetahui kalau wanita itu pernah ti

  • Gadis Penari Sang Presdir   291. Mengenalku Luar Dalam

    Novan melambatkan laju mobil saat tiba di jalan yang kanan-kirinya dipenuhi pohon jati. Mereka hampir tiba di gerbang besi tinggi. Setidaknya dia harus memberi waktu kepada atasannya untuk berpakaian dengan benar sebelum turun dari mobil nanti.Tiba di depan teras samping, Novan bahkan tak perlu turun untuk membukakan pintu mobil. Roy langsung keluar dan berjalan tergesa sambil memeluk Sahara yang terkikik-kikik dengan buket bunga dalam dekapannya. Keduanya langsung menuju anak tangga terbawah.“Seperti sepasang remaja jatuh cinta,” gumam Novan, lanjut melajukan mobil ke bagian belakang rumah.Langkah kaki Roy dan Sahara melambat di anak tangga paling atas. Keduanya kembali berciuman cukup lama. Sahara yang sedang mendekap bunga, membuka satu-persatu sepatunya tanpa melepaskan bibir dari pagutan Roy. Tubuh Sahara membelakangi pintu kamar dengan langkah kakinya yang mundur merangsek mendekati kamar yang dituju Roy.Malam itu, Sahara bahkan lupa dengan mualnya. Lupa bahwa biasanya pukul

  • Gadis Penari Sang Presdir   290. Penyatuan Kebahagiaan

    Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov

DMCA.com Protection Status