Home / CEO / Gadis Penari Sang Presdir / 193. Sedikit Candaan

Share

193. Sedikit Candaan

Author: juskelapa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Masih pagi. Pakaiannya masih rapi dan parfumnya masih tercium jelas oleh hidungnya sendiri, tapi Sahara sudah berdiri di lorong rumah sakit dengan wajah hampa. Setengah sedih, setengah tak percaya dengan yang dialaminya beberapa hari belakangan.

Brasil sangat asing baginya. Dengan atau tanpa ayahnya di negara itu. Pertemuan hampir empat hari tak menyisakan apa pun untuknya, selain daripada kekecewaan.

Roy berdiri tegak di depannya. Tangan pria itu tak melepaskan pelukannya sesaat pun. Roy mengusap punggungnya, memberikan sehelai sapu tangan sutra wangi untuk menyeka air matanya. Dan berkali-kali memaksanya duduk di sebuah kursi sementara pihak rumah sakit dan keluarga mengurus jenazah ayahnya.

Rebecca yang berada di kamar sebelah, sedang tertidur lelap saat ayahnya meninggal. Kondisi wanita itu belum stabil sejak mendengar kabar putranya yang meninggal. Entah bagaimana reaksinya saat terbangun nanti. Wanita itu keh

juskelapa

satu lagi nyusul, ya.

| 5
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (21)
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
bener om Roy.... kesalahan satu kali bisa dimaklumi.tapi kalo seterusnya salah itu hoby............
goodnovel comment avatar
Uswatun
iya jelas usia Roy udh matang semoga Rara cepet belajarnya
goodnovel comment avatar
Dian°Harita
mau belajar juga dong om ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Penari Sang Presdir   194. Di Pemakaman

    Wajah Sahara memang terlihat pucat sejak dari rumah sakit. Roy sibuk bertanya soal kondisi tubuh istrinya. Ada keluhan apa, sedang menginginkan apa, sampai situasi seperti apa yang diinginkan Sahara saat itu.“Aku cuma mau istirahat. Aku mau tidur,” kata Sahara.“Kalau begitu aku akan meninggalkanmu di kamar agar bisa beristirahat. Aku akan mengerjakan sedikit pekerjaanku yang tertunda—”“Aku mau istirahat. Bukan mau ditinggalkan sendirian,” potong Sahara.“Oke, kalau gitu aku tetap di sini. Gantilah bajumu. Aku akan mengecek menu makan siang.” Roy meninggalkan Sahara di kamar setelah menyangkutkan jasnya di tiang besi.Di luar, Roy tak sepenuhnya mengecek menu. Dia menelepon dokter dan berbicara cukup lama. Bertanya soal apa yang harus dilakukannya tentang beberapa hal yang kemungkinan akan terjadi. Sahara sempat mengeluh soa

  • Gadis Penari Sang Presdir   195. Peringatan Dari Istri

    Pada hari pemakaman Thomas, Anna memutuskan berangkat saat langit masih gelap. Dia ingin berlama-lama di dekat peti jenazah suami dan ayah mertuanya. Sejak dua hari yang lalu, dia sama sekali belum sempat menjenguk Lucio. Dan kemarin siang, dia mendapat kabar kalau ayah mertuanya meninggal dunia dan akan dimakamkan di hari yang sama dengan suaminya.Merek concealer termahal pun tak bisa menyembunyikan bayangan gelap di bawah mata Anna. Sejak melihat Thomas terbujur di ruang jenazah rumah sakit, Anna merasa sudah menghabiskan seluruh air matanya. Tapi air mata itu akan tetap keluar saat dia kembali mengingat masa pernikahannya yang terbilang cukup bahagia. Sebelum terkuaknya soal perselingkuhan, baginya Thomas adalah suami dan ayah yang baik. Dia tahu Thomas tak mau pulang ke rumah karena beranggapan bahwa dia sudah memberitahu anak-anak mereka soal tingkah sang ayah. Padahal … Anna masih menjaga nama baik Thomas hingga detik itu.Waja

  • Gadis Penari Sang Presdir   196. Salam Terakhir

    Pria yang sedang diikuti oleh Roy ternyata menyadari kalau dirinya sedang diikuti. Setelah dua kali menoleh ke belakang, pria itu mempercepat langkahnya. Roy juga semakin mempercepat langkah, namun belum berlari karena tak ingin menarik perhatian mobil-mobil pelayat yang mulai berdatangan.Vila Formosa Cemetery terletak di barat distrik Vila Formosa di kota Sao Paulo. Merupakan pemakaman terbesar dan tertua yang terbagi dalam empat area hijau. Sekeliling tempat itu masih ditumbuhi oleh pepohonan yang rindang. Dan sedikit baku hantam di balik pepohonan atau bangunan mungkin masih bisa dilakukan dengan aman, pikir Roy.“Kau, berhenti,” pinta Roy dengan suara biasa saja. Dia sudah bersiap-siap akan mengejar jika laki-laki itu berlari.Ternyata pria yang tadi melenggang sendirian, sedang berjalan tergesa menuju bagian belakang gereja di mana sebuah Hummer sedang diparkir. Mungkin mereka repot-repot memarkirkan ke

  • Gadis Penari Sang Presdir   197. Aksi Sahara

    Sahara masih mengguratkan kesedihan saat Roy menggandengnya menuju mobil. Sisa tangisnya terhenti karena perhatian mereka semua secara bersamaan tertuju pada keributan yang terjadi di sisi kiri lokasi parkir. Seorang wanita marah-marah dan berdebat dengan dua orang pria yang merupakan pegawai keluarga Spencer.“Kalian tidak ada hak menahanku di sini. Sudah dua jam. Harusnya aku bisa melihat kekasihku untuk terakhir kalinya. Dia sudah meninggal. Setidaknya biarkan aku meletakkan bungaku. Kalian tidak berhak! Lepaskan aku!” Wanita yang datang memakai setelan hitam dan berkacamata hitam itu mencoba menghempaskan tangan pria yang menghalanginya menuju ke area pemakaman.“Tidak bisa, Miss. Nyonya Anna dan keluarganya masih berada di makam. Anda bisa kembali lain waktu. Kumohon, kami hanya sedang menjalankan tugas. Akan lebih baik kalau Nyonya Anna tidak tahu Anda di sini. Mereka sedang berduka,” ujar seorang pria.&

  • Gadis Penari Sang Presdir   198. Menuju Obrolan Penting

    Anna duduk di sebuah kursi recliner berwarna hitam yang posisinya setengah direbahkan. Psikiater yang bertahun-tahun menjadi langganan Thomas memaksanya duduk di sana meski dia telah mengatakan bahwa kunjungannya hanya untuk menanyakan beberapa hal.“Selama ini Tuan Thomas mengatakan kalau Anda tahu soal kunjungannya ke sini,” kata Psikiater yang duduk di belakang papan nama bertuliskan Minerva McKenzie. Wanita berusia di awal lima puluhan.“Benar, Thomas memang selalu mengatakan kunjungannya ke sini. Dan itu tidak pernah ada masalah. Aku ke sini hanya untuk menanyakan bagaimana konsultasi Thomas terakhir kali. Kapan dia terakhir kali ke sini? Dan apa dia mengalami gangguan tidur lagi?” tanya Anna.“Terakhir kali ke sini dia memintaku menuliskan resep obat tidur. Masih gangguan tidur.”“Apa dia ke sini sendirian?”“Dia selalu

  • Gadis Penari Sang Presdir   199. Memperbaiki Mood-mu

    Tiga jam sebelum pertemuan di restoran hotel yang ditempati Roy dan Sahara, pasangan itu sempat berdebat kecil di kamar. Roy sudah rapi dan Sahara masih berbaring memeluk selimutnya.“Aku enggak boleh ikut, ya?” tanya Sahara. “Sepenting apa, sih, pertemuan itu?" sambungnya.“Aku tidak mengatakan kamu nggak boleh ikut. Aku hanya bilang, sebaiknya. Itu beda, Sayang.”“Tapi aku enggak diajak. Aku belum mandi dan kamu sudah rapi,” kata Sahara, memandang pantulan Roy yang berdiri di depan cermin."Setiap hari aku sudah rapi pukul segini. Aku belum membangunkanmu karena kamu masih sangat nyenyak. Aku tak mau mengganggu.” Roy berbalik dari cermin dan berjalan ke ranjang. “Bangunlah, kita sarapan.” Roy mengusap punggung Sahara seraya mengecup pipi wanita itu.“Aku nggak diajak,” ucap Sahara lagi. “Aku mau tidur

  • Gadis Penari Sang Presdir   200. Kerepotan Baru Istriku

    Bagi Roy, itulah alasan kenapa bersiap sedia sebelum tiba waktu janji teramat penting baginya. Dia memiliki waktu cadangan yang bisa dipergunakan untuk keperluan mendadak. Termasuk saat itu. Dia mendadak harus memperbaiki mood istrinya yang belakangan memang sedikit rewel.Pakaian rapi Roy sudah kembali berantakan. Tapi sepadan dengan hasilnya. Istri yang merajuk sepertinya sudah lupa dengan hal yang membuatnya kesal. Kini Sahara mendesah di bawah tubuh Roy dengan sepuluh kuku yang menggaruk punggung pria itu.“Sedikit lagi, Sayang. Angkat tanganmu, aku ingin mencium tiap bagian tubuhmu.” Roy meraih dua tangan Sahara dan mengangkatnya ke atas kepala wanita itu. Roy mengecup lipatan lengan Sahara sebelum mulai menggigit pelan leher wanita itu.Desah di kamar terdengar bersahutan. Roy mengayun tubuhnya semakin cepat. Suara Sahara semakin keras, Roy melepaskan tangan istrinya dan berpindah meremas dadanya. &ldqu

  • Gadis Penari Sang Presdir   201. Jalannya Pertemuan

    Sahara melihat sepasang pria dan wanita berusia hampir setengah baya mendekat ke lounge hotel dan berjalan menuju ke arah mereka. Itu pasti Edward dan istrinya, pikir Sahara. Edward berambut pirang, bertubuh tegap dan berkulit kecokelatan. Wajahnya cukup ramah kalau pria itu tidak memberengut. Sedangkan istrinya, wanita tinggi bertubuh berisi dan berwajah bulat. Dengan rambut pirang dan berpipi kemerahan, istri Edward mengingatkan Sahara pada Clara.Edward langsung melemparkan tatapan tak suka pada Roy. Sedangkan Roy menanggapi kedatangan Edward dengan santai. Roy mengerling Edward sejenak, lalu meneruskan ucapannya pada Matt. Setelah Edward duduk dengan nyaman, Roy melambai pada pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka. Roy mengangguk meminta pelayan menyerahkan menu pada semua orang yang hadir di sana.“Aku mau cemilan,” kata Sahara. Roy mengangguk dan membalik menu. Restoran yang mereka tempati mengusung tema gastropub yang m

Latest chapter

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

  • Gadis Penari Sang Presdir   292. Percakapan Berdansa

    Resepsi pernikahan Herbert dan Letta dilaksanakan di taman sebuah resor pinggiran kota. Roy mendanai lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan untuk resepsi itu. Walau dia dengan tegas mengatakan akan menanggung semua, tampaknya Herbert dan Letta berusaha keras untuk meyakinkannya bahwa mereka juga punya tabungan. Malam itu Roy meminta staf khususnya untuk menjadi supir dan ajudan pribadi sebagai pengganti Novan dan Herbert. Dua orang babysitter turut menyertai langkah mereka saat memasuki venue. Sabina dan Elara melangkah ceria dengan gaun berwarna sama dengan Sahara, dalam genggaman tangan masing-masing pengasuhnya.“Cantik sekali dekorasinya,” ucap Sahara.“Kamu sedang memuji wanita yang membuatmu cemburu,” kata Roy mengingatkan.“Aku tidak terlalu buta melihat kelebihan orang lain meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya mencoba realistis,” bisik Sahara.“Realistis,” ulang Roy.“Kalau aku tidak realistis, mungkin aku akan berpindah kamar saat mengetahui kalau wanita itu pernah ti

  • Gadis Penari Sang Presdir   291. Mengenalku Luar Dalam

    Novan melambatkan laju mobil saat tiba di jalan yang kanan-kirinya dipenuhi pohon jati. Mereka hampir tiba di gerbang besi tinggi. Setidaknya dia harus memberi waktu kepada atasannya untuk berpakaian dengan benar sebelum turun dari mobil nanti.Tiba di depan teras samping, Novan bahkan tak perlu turun untuk membukakan pintu mobil. Roy langsung keluar dan berjalan tergesa sambil memeluk Sahara yang terkikik-kikik dengan buket bunga dalam dekapannya. Keduanya langsung menuju anak tangga terbawah.“Seperti sepasang remaja jatuh cinta,” gumam Novan, lanjut melajukan mobil ke bagian belakang rumah.Langkah kaki Roy dan Sahara melambat di anak tangga paling atas. Keduanya kembali berciuman cukup lama. Sahara yang sedang mendekap bunga, membuka satu-persatu sepatunya tanpa melepaskan bibir dari pagutan Roy. Tubuh Sahara membelakangi pintu kamar dengan langkah kakinya yang mundur merangsek mendekati kamar yang dituju Roy.Malam itu, Sahara bahkan lupa dengan mualnya. Lupa bahwa biasanya pukul

  • Gadis Penari Sang Presdir   290. Penyatuan Kebahagiaan

    Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov

DMCA.com Protection Status