Beranda / CEO / Gadis Penari Sang Presdir / 177. Nasib Si Tulang Punggung Keluarga

Share

177. Nasib Si Tulang Punggung Keluarga

Penulis: juskelapa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dua orang pria mendampingi Dony masuk ke dalam hotel milik keluarga Spencer.

“Ke mana semua orang? Apa memang hotel ini tak dibuka?” tanya Dony, menoleh ke kanan kiri memandang dua pria di dekatnya.

“Pak Roy memerintahkan pengosongan gedung sejak pagi tadi. Dia tak ingin ada yang terluka meski yang terluka itu adalah para pria yang sedang menipu istrinya dengan berada di sauna dengan wanita penghibur,” jelas salah seorang pria.

“Ini hotel? Penginapan?” tanya Dony lagi, mengedarkan pandangannya ke langit-langit.

“Ini hotel dan SPA. Tempat pijat, ada kasino juga. Dan ini tempat di mana Thomas menjaring para targetnya. Dia melihat wanita-wanita cantik yang masuk ke kasinonya melalui kamera pengawas dan meminta wanita itu datang ke kantornya kalau dia mau. Kenapa? Kau tertarik bekerja di tempat ini? Kami akan menyampaikannya pada Pak Roy kalau kau sungkan,”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (33)
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
kan sadar Roy tu kelakuan kekasih yg u bangga²kan slama belasan tahun wlpun sdah mati dan mau balas dendam kematiannya padahal dia musuh dlm selimut yg sbenarnya
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
kan sadar Roy tu kelakuan kekasih yg u bangga²kan slama belasan tahun wlpun sdah mati dan mau balas dendam kematiannya padahal dia musuh dlm selimut yg sbenarnya
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
sudah kuduga ternyata dalangnya shelly
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Penari Sang Presdir   178. Pergumulan Berikutnya

    Roy menyusul masuk ke hotel milik Thomas tak lama setelah Dony masuk bersama dua orang staf khusus yang mendampinginya. Roy berdampingan dengan Herbert. Dalam perjalanan itu dia juga menyimak percakapan Dony dan dua orang staf melalui alat komunikasi.Beberapa langkah sebelum tiba di lift, seorang pria tiba-tiba keluar dari lorong. Tatapan dan langkahnya langsung tertuju ke arah Roy.“Tuan Smith? Kau sadar apa yang kau lakukan di sini?” tanya pria itu.“Aku mengenalimu. Kau adalah kacung Thomas yang bernama Edward. Thomas memakai namamu saat bertemu denganku pertama kali,” kata Roy. “Kau adalah satu-satunya manusia yang bisa berpangku tangan melihat hal yang tak seharusnya terjadi.”“Kau tak memikirkan bahwa tempat ini memiliki banyak karyawan? Mereka menggantungkan hidupnya di tempat ini dan kau datang merusaknya?” Edward menatap Roy dengan wajah memer

  • Gadis Penari Sang Presdir   179. Akhir Yang Dipilih Mereka

    “Jangaaan!” teriak Sahara spontan saat melihat Thomas mengacungkan senjatanya pada Roy.Mendengar hal itu, Thomas beralih mengarahkan senjatanya pada Sahara. “Semua sudah sampai di sini, Dad. Tak ada jalan kembali. Aku memilih mati dari pada menyerahkan diri dan hidup di penjara.” Ibu jari Thomas bergerak menarik pelatuk senjatanya.“Tak akan kubiarkan,” lirih Roy, menendang senjata Thomas sedetik sebelum meletus.DORRRoy menerjang menimpa Thomas yang roboh menghantam sofa di belakangnya. Tangannya berusaha menggapai pistol yang berada di tangan Thomas.Thomas menendangkan kakinya, berusaha memperlebar jarak antara tubuhnya dan Roy. Tangan Thomas terus terangkat berusaha mengarahkan pistol ke arahnya.“Kau masih bisa memilih akhir yang lebih baik dari ini. Kau sudah memiliki keluarga dan anak-anak, harusnya kau tidak

  • Gadis Penari Sang Presdir   180. Kurasa Dunia Berhenti Sejenak

    Roy merasa telinganya berdenging ketika tiba-tiba Lucio meluncur cepat menabrakkan dirinya pada Thomas yang sedang bersiap-siap menembakkan senjatanya lagi.Gerakan itu sama sekali tidak diantisipasinya. Semua terjadi begitu cepat. Lucio melintas menyenggolnya, membuatnya tersingkir ke samping beberapa detik, dan menabrak tubuh Thomas yang seketika limbung. Thomas juga pasti tak akan menyangka kalau ayahnya akan berbuat senekad itu.Refleksnya bergerak sesuai naluri. Dinding kaca yang sudah retak karena tembakan senjata Dony bertubi-tubi, menjadi rapuh dan hancur dalam sedetik. Roy terjerembab menangkap lengan Lucio yang terangkat ke udara saat pria itu terperosok.Sesaat yang lalu, Lucio pasti ingin jatuh berpegangan tangan dan mati bersama anaknya. Nyatanya, Roy bisa menangkap lengan Lucio. Harusnya, baik Lucio atau Thomas, keduanya bisa selamat.Roy menunduk, memegang lengan Lucio dengan seluruh t

  • Gadis Penari Sang Presdir   181. Sepasang Sepatu Untukmu

    Polisi tiba saat Roy sudah berada di lobi. Mereka mengantongi perintah dari petinggi kongres untuk membersihkan tempat itu dan memproses masalah tanpa ribut-ribut.Seperti dugaan Roy, Belchior Marques Goulart tak ada bersuara sejak mereka menjalankan rencana di pagi buta. Pria itu sudah cukup membantu dengan mengamankan pihak berwenang negara itu. Tapi, pria itu juga terlihat menjauh dan menjaga jarak. Terlihat jelas bahwa Goulart menghindari kontak dengan keributan keluarga pesaingnya di pemilihan mendatang. Pria itu membersihkan semuanya sebersih-bersihnya.“Tuan Goulart tak memenangkan apa pun dari tersingkirnya Rebecca dari bursa pencalonan,” ujar Roy saat berada di dalam mobil.“Kenapa seperti itu?” tanya Herbert dari balik kemudi.“Karena dia tak akan mungkin menjadi calon tunggal. Lawan politik itu tetap ada siapa pun orangnya. Kecuali kalau Tuan Goulart memiliki

  • Gadis Penari Sang Presdir   182. Keresahan Sahara

    Lucio merasa tak sanggup membuka matanya lagi. Tangannya tadi sempat menyentuh tangan Sahara yang sama dinginnya. Tangan putrinya itu bergetar ketakutan. Dia tak mengacuhkan permohonan putri kecilnya untuk membiarkan Thomas dan Roy menyelesaikan masalah mereka sendiri.Namun, dia adalah ayah kandung Thomas. Yang mendidik dan memberikan semua keinginan Thomas selama ini. Dia bekerja keras untuk masa depan Thomas. Sejak dulu, meyakinkan Thomas untuk meminta maaf bukanlah pekerjaan yang mudah.“Dad, apa aku terlalu gemuk? Mereka mengataiku seperti babi. Mereka menendangiku dari kursi belakang. Aku tak mau sekolah di sana lagi.” Suara Thomas kecil yang berusia sepuluh tahun masuk ke dalam kepalanya.Saat itu dia sedang bekerja di ruangannya. Berjam-jam mengurung diri dan hanya sebentar sekali menyempatkan diri untuk keluar ruangan.“Abaikan mereka semua. Kau anak laki-laki. Harusnya tak

  • Gadis Penari Sang Presdir   183. Hanya Kita Berdua

    Rasanya sudah lama sekali Sahara tidak dipeluk seerat itu. Tulang-tulangnya terasa semakin menyusut di dalam rengkuhan Roy. Dia memeluk erat leher Roy, menjadikan bahu pria itu tempatnya menaruh dahi dan menyembunyikan wajahnya. Menangis sekeras-kerasnya karena kekecewaan dan kelelahan yang terus menerus mengejarnya mulai dari negara asal. Saat semuanya hampir selesai, dia malah merasa diberi kenyataan yang tak pernah disangkanya.Kalau boleh memilih, saat itu dia ingin melupakan telah bertemu seorang pria yang mengaku ayahnya. Dia ingin pulang dan berbaring di ranjang besar Roy. Dia tak mau tahu soal masa lalu Roy. Dia tak peduli lagi. Wanita yang bernama Shelly sudah mati dan kini suaminya mendapati kenyataan yang mungkin tak akan diungkitnya seumur hidup. Dia berjanji tak akan mengungkit hal itu. Semuanya sudah cukup.Roy melepaskan pelukan mereka dan kembali menangkup wajahnya.“Kamu belum makan, kan?” ta

  • Gadis Penari Sang Presdir   184. Percakapan Kita

    Dalam hati, Roy sudah meminta maaf pada ibunya berkali-kali. Tak sengaja mengatakan ibunya adalah seorang pengganggu. Sejak menginjakkan kakinya di Brasil, dia memang sedikit bosan menjawab pesan ibunya yang tidak sabaran.“Kenapa enggak dijawab?” tanya Sahara saat melihat Roy hanya memandangi ponselnya.Roy meringis, “Ibu pasti tanya soal kamu. Dan kamu … kamu harus mandi lebih dulu. Aku tak mau kalau Ibu mengatakan aku tidak merawatmu dengan baik. Aku akan mengiriminya pesan setelah deringnya berhenti,” ujar Roy, memunguti paper bag dari karpet dan menggandeng Sahara masuk ke kamar.“Ini gaun tidur dan pakaian dalam. Aku memberi mereka daftar size yang biasa kamu kenakan. Jadi, semua pakaian ini pasti sesuai di tubuh kamu.” Roy mengeluarkan gaun tidur dari paper bag. Membuka untuk melihatnya sekilas dan meletakkannya di ranjang. Alisnya terangkat saat menyadari model gaun tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   185. Percakapan Suami Istri

    “Sebenarnya aku tidak mau membicarakan masalah ini. Tapi … kalau aku tetap diam, kamu pasti akan menganggapku pengecut. Aku harus mengakui hal yang harus kuakui padamu, Rara. Aku mau hidup selamanya denganmu. Aku mau masa depan kita bersih dari prasangka masa lalu. Tanya apa yang mau kamu tanya. Cerca aku sekarang kalau kamu rasa perlu. Kita akan pulang setelah bisa meninggalkan semuanya di sini.”“Ada beberapa hal yang mau aku tanya. Tapi yang paling penting udah Om jawab,” kata Sahara.Roy menegakkan tubuhnya, “Yang paling penting? Oh, soal aku dan dia yang—baik. Oke, ternyata itu yang paling penting.” Roy menghela napas lega.Setelah mengira kalau Sahara akan kembali membahas soal alasan menikahinya, Roy sedikit lega karena Sahara mengatakan soal gaya hubungannya dengan Shelly adalah hal terpenting. Kecemburuan seorang wanita memang tak bisa dianggap enteng, pikirnya.

Bab terbaru

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

  • Gadis Penari Sang Presdir   292. Percakapan Berdansa

    Resepsi pernikahan Herbert dan Letta dilaksanakan di taman sebuah resor pinggiran kota. Roy mendanai lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan untuk resepsi itu. Walau dia dengan tegas mengatakan akan menanggung semua, tampaknya Herbert dan Letta berusaha keras untuk meyakinkannya bahwa mereka juga punya tabungan. Malam itu Roy meminta staf khususnya untuk menjadi supir dan ajudan pribadi sebagai pengganti Novan dan Herbert. Dua orang babysitter turut menyertai langkah mereka saat memasuki venue. Sabina dan Elara melangkah ceria dengan gaun berwarna sama dengan Sahara, dalam genggaman tangan masing-masing pengasuhnya.“Cantik sekali dekorasinya,” ucap Sahara.“Kamu sedang memuji wanita yang membuatmu cemburu,” kata Roy mengingatkan.“Aku tidak terlalu buta melihat kelebihan orang lain meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya mencoba realistis,” bisik Sahara.“Realistis,” ulang Roy.“Kalau aku tidak realistis, mungkin aku akan berpindah kamar saat mengetahui kalau wanita itu pernah ti

  • Gadis Penari Sang Presdir   291. Mengenalku Luar Dalam

    Novan melambatkan laju mobil saat tiba di jalan yang kanan-kirinya dipenuhi pohon jati. Mereka hampir tiba di gerbang besi tinggi. Setidaknya dia harus memberi waktu kepada atasannya untuk berpakaian dengan benar sebelum turun dari mobil nanti.Tiba di depan teras samping, Novan bahkan tak perlu turun untuk membukakan pintu mobil. Roy langsung keluar dan berjalan tergesa sambil memeluk Sahara yang terkikik-kikik dengan buket bunga dalam dekapannya. Keduanya langsung menuju anak tangga terbawah.“Seperti sepasang remaja jatuh cinta,” gumam Novan, lanjut melajukan mobil ke bagian belakang rumah.Langkah kaki Roy dan Sahara melambat di anak tangga paling atas. Keduanya kembali berciuman cukup lama. Sahara yang sedang mendekap bunga, membuka satu-persatu sepatunya tanpa melepaskan bibir dari pagutan Roy. Tubuh Sahara membelakangi pintu kamar dengan langkah kakinya yang mundur merangsek mendekati kamar yang dituju Roy.Malam itu, Sahara bahkan lupa dengan mualnya. Lupa bahwa biasanya pukul

  • Gadis Penari Sang Presdir   290. Penyatuan Kebahagiaan

    Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov

DMCA.com Protection Status