Pagi hari Yasmin sudah sibuk mencari ponsel dalam laci meja rias di kamarnya, ia takut Arkana mengetahuinya jika selama ini ia telah menyembunyikan alat komunikasi yang tidak diperbolehkan dalam peraturan. Jika lelaki itu mengetahuinya, maka sudah jelas hukuman akan tidak akan lepas darinya. Saat sarapan pagi pun ia harus berusaha menutupi kegelisahan dan ketakutannya, ia juga sudah meminta bibi Anna untuk merahasiakan hal itu. Tetapi lelaki itu bagai cenayang yang mengetahui segala hal yang tidak diketahui orang lain. Yasmin sudah panik setengah mati, semua tempat dan barang-barangnya sudah dikeluarkan sampai kamarnya seperti pesawat pecah. Ia mengatur nafas berusaha mencoba untuk tenang agar bisa mengingat terakhir kali ia menggunakannya dimana, siapa tahu ia lupa menyimpannya.Ceklek.Pintu kamarnya dibuka oleh seseorang yang tidak mengetuk tanpa permisi, karena itu adalah yang suka keluar masuk tanpa permisi. Lelaki itu berdiri di depan pintu memperhatikan kamar istrinya yang be
Satu Minggu Arkana melakukan perjalan ke Singapura untuk mengontrol perkembangan anak perusahaan yang ada disana. Keberangkatannya ditemani Jessica sekretarisnya dan juga Bimo asisten pribadinya. Kepergiannya membuat Yasmin terbebas dari segala hal, tetapi tanpa sepengetahuan gadis itu Arkana memasang beberapa cctv di ruangan tertentu, ia menghubungkan cctv itu dengan ponselnya sehingga ia dapat memantau kegiatan gadis itu kapanpun. Seperti yang sedang dilakukannya saat ini, ia memperhatikan rekaman cctv yang berada di kamar istrinya. Gadis itu sedang menggerakan tubuhnya dengan lincah mengikuti alunan musik kpop, ia baru tahu jika gadis itu pandai menari dan begitu pandai melakukannya. Lekukan tubuhnya begitu indah membuatnya mengembangkan senyuman tanpa ia sadari, keceriaan gadis itu terlihat lepas dan bebas melakukan segala hal yang disukainya. Kedekatannya dengan bibi Anna membuat gadis itu terlihat nyaman dan sayang sampai menghibur dan tertawa lepas saat menonton drama. "Ekh
"Aku pikir kamu sudah melupakan aku, kapan kamu akan bawa aku pulang dari sini?" Ucap perempuan cantik dalam pelukan Arkana malam ini. Cup. "Yang sabar ya sayang, sebentar lagi aku akan membawa kamu pulang tanpa ada jarak sedikitpun di antara kita. Saat ini suasana masih belum kondusif, kamu tahu sendiri aku melakukan ini demi keselamatan kamu." Ujar Arkana mencium kening perempuan itu. Perempuan cantik itu semakin mengeratkan pelukan tidak ingin melepasnya begitu saja. Sosok yang selalu dirindukannya hanya dapat bertemu satu bulan sekali, dan itu pun waktunya sangat terbatas. Setiap kali Arkana mengunjunginya, mereka akan menghabiskan waktu berdua untuk melakukan apapun yang diinginkannya. Jalan-jalan, makan, nonton dan melakukan hal yang biasa pasangan kekasih lain melakukan dengan romantis. Hubungan jarak jauh sangatlah sulit dan terbatas, jika pasangan lain dapat berkomunikasi dengan baik dengan ponsel. Mereka tidak bisa melakukannya, jika Arkana merindukannya Arkana akan lan
Yasmin membuat nafas lega saat suaminya pulang di waktu yang tepat, jika saja Arkana tidak pulang dan Bara akan membalasnya seperti ancaman yang dilontarkannya. Entah apa yang akan terjadi dengan Yasmin. Kini Arkana bersama Bara membicarakan sesuatu yang di ruang keluarga tanpa membiarkan Yasmin. Kedua pria itu bicara dengan serius dan membuat Yasmin penasaran. Langkah Yasmin begitu pelan, berusaha tidak mengeluarkan suara apapun selain diam di balik pintu untuk mendengarkan pembicaraan mereka. “Kecantikan istri kamu sungguh luar biasa, sampai bisa menghipnotis para tamu undangan malam itu. Kamu memang sangat pandai memilih perempuan, sayangnya kali ini. Sifat gadis itu sangat jauh berbeda dari kekasihmu sebelumnya,” ujar Bara menatap Arkana yang sedang menikmati secangkir kopi. Tatapan Arkana begitu datar, keduanya saling melemparkan tatapan penuh dengan bara api. Saling menelisik dan saling mencari kelemahan dalam diri. “Berhentilah bicara omong kosong, sekarang katakan apa yan
“Ponselnya terus berbunyi, jadi sa- say-”“Berikan,” ujar Arkana mengulurkan satu tangannya. Yasmin segera bergerak menuruni ranjang memberikan ponsel itu kepada sang suami, Ia berdiri di samping Arkana dengan mata masih memperhatikan ponsel pria itu.Tidak ada kesempatan untuk melihatnya, Arkana justru mematikan ponselnya setelah melihatnya, kemudian ia menatap Yasmin. “Keluar dari kamar ini,” ucap Arkana. Gadis itu mengerjapkan mata beberapa kali, pikirannya tidak berfungsi karena masih terkejut dengan pesan tadi dan sekarang ia tiba-tiba diusir oleh sang suami. “Saya bilang keluar,” Ucap Arkana sekali lagi dengan nada tinggi.Yasmin melangkahkan kakinya mundur, dengan langkah ragu dan bingung ia tetap menuruti perkataan sang suami yang tiba-tiba mengusirnya. Bahkan Arkana melihat gerak geriknya hingga dirinya sampai di pintu, pria itu menguncinya dari dalam. Yasmin masih berdiam diri di depan pintu menatapnya penuh tanya dan rasa penasaran yang begitu tinggi, ia menggigit sa
Hari begitu cerah dan indah, sama seperti suasana hati Yasmin saat ini. Bahagia karena setiap saat berada di dekat Arkana, dengan sikapnya yang lembut dan tidak lagi marah. Tanpa ada basa-basi lagi Yasmin mengeluarkan sifat aslinya yang manja dan periang seperti sebelumnya, tidak peduli orang menilainya seperti apa. Itulah jati diri sesungguhnya yang selalu ia tahan saat bersama tuan muda, tetapi kali ini ia merasa bebas.Cahaya matahari menembus jendela kamar, tetapi Arkana masih terlelap dalam tidurnya. Yasmin memperhatikan wajah tampan suaminya yang begitu indah. Salah satu jarinya bergerak menusuk pipi Arkana dengan sangat pelan, kemudian ia mendekatkan wajahnya lalu membisikan sesuatu tepat di samping telinga lelaki itu. “Tuan Muda Arkana Amijaya, ayo bangun dan sarapan.” bisik Yasmin.Tidak ada pergerakan apapun. Yasmin pun kembali menusuk pipinya dan berbisik lagi. “Bangunlah, tuan muda.” ujar Yasmin. Kedua mata Arkana pun terbuka, pertama yang dilihatnya adalah wajah sang
“Tuan ini kopinya,” Yasmin meletakan secangkir kopi di atas meja kerja Arkana. “Heem,” jawab Arkana masih fokus dengan komputernya. Yasmin tidak langsung pergi, ia menatap Arkana yang selalu sibuk dengan pekerjaan, baik di kantor maupun di rumah. Siang dan malam, yang dipegangnya hanya ponsel dan laptop. Gadis itu menghembuskan nafas melangkahkan kaki mendekati sang suami, berdiri di belakang kursi Arkana, kemudian ia memijat pundak pria itu dengan pelan. Arkana langsung merespon menatap Yasmin setelah pergerakan di pundaknya, matanya mengerjap beberapa kali merasakan nyaman di pundaknya.“Lanjutkan, saya sudah biasa melakukan hal ini untuk papi.” Ujar Yasmin terus memijat pundak Arkana dengan kemampuannya.Pria itu menghela nafas panjang, ia kembali menatap layar komputer sambil menikmati pijatan Yasmin, mengurangi pegal di pundaknya. Tangan Yasmin tidak berhenti bergerak, gerakannya terus barangkali mengikuti insting yang biasa dilakukan saat memijat papinya, matanya ikut melih
“Obat perangsang apa?” Ucap Yasmin semakin bingung. Arkana tidak menjawab, ia melewati Yasmin membuka lemari dengan mengobrak abrik semua pakaian Yasmin dari lemari, tapi tidak menemukannya. Prank. Arkana semakin emosi karena tidak menemukannya, meja rias Yasmin disapu bersih, berserakan dilantai, pria itu benar-benar dikuasai emosi dan membuat semua barang di kamar Yasmin berantakan. “Cepat katakan dimana kamu menyimpannya?” Bentak Arkan. Air mata Yasmin pun turun, menggelengkan kepala tidak tahu apapun soal obat seperti yang dituduhkan Arkana. “Aku tidak tahu,” lirihnya menunduk. Arkana mencengkram dagu Yasmin dengan kuat, ia angkat agar menatap dan berkata. “Kamu sengaja melakukan itu hah, katakan kenapa kamu melakukannya?” Ujar Arkana. Air mata Yasmin tidak berhenti mengalir, dagunya terasa perih karena kuku Arkana menusuk kulitnya, ia berusaha menarik tangan pria itu tetapi tidak kuat. “Aku tidak apapun hiks, aku tidak melakukannya hiks.” Ucap Yasmin sambil sesenggukan.
Yasmin akhirnya memiliki teman dalam keluarga Amijaya, yaitu Bela. Marcel mendapatkan restu setelah Arkana kembali dan resmi kembali menjadi Tuan Muda, meskipun kehamilan palsu Bela terungkap, Amijaya tetap merestui pernikahan mereka. Begitu bahagia, Marcel akhirnya bisa menikahi Bela, pria itu sampai mengajak Arkana berlomba untuk mendapatkan anak. Padahal Yasmin dan Bela tidak ingin terburu-buru memiliki anak. Namun harapan Yasmin telah hilang, karena perempuan itu telah hamil lebih dulu akibat Arkana termakan ucapan Marcel. “Sayang bangun yuk, kita berjemur.” Ujar Arkana membangunkan istrinya dengan lembut. “Aku masih ngantuk,” rengek Yasmin memeluk guling.Arkan menarik guling sang istri, kemudian mengangkat tubuh Yasmin ke dalam gendongannya, membawanya ke kamar mandi.Seperti anak kecil yang susah dibangunkan, Arkana membasuh wajah istrinya di kamar mandi, tidak lupa menggosok gigi dalam keadaan Yasmin yang masih memejamkan mata.Setelah itu Arkana mengikat rambut Yasmin, m
Satu minggu lagi Arkana dan Yasmin akan segera pindah, segala persiapan dan penyelesaian yang sudah Arkana mulai tinggal menunggu kabar Jessica yang belum memberikan keputusan apapun, bahkan kabarnya tiba-tiba menghilang setelah pembicaraan dengan Arkana.Yasmin berusaha menghubunginya, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Arkana sangat berharap Jessica akan kembali saat perayaan sekaligus peresmian pergantian Arkana nanti.Disamping itu Yasmin tidak sabar ingin bertemu Bela dan juga mertuanya, yang sudah menghubunginya beberapa kali, sedangkan Meli merasa sedih karena mereka akan meninggalkan rumahnya.Sebetulnya, Meli sangat berat harus berpisah dengan putrinya, ia begitu takut kejadian dulu terulang kembali.Namun, melihat antusias dan keceriaan putrinya, ia merasa sedikit lega, berusaha membuang pikiran negatifnya.“Mami dan papi ikut Yasmin aja, pindah kesana.” Pinta Yasmin.“Nanti Mami dan Papi mau tinggal dimana? rumah yang dulu sudah dijual sama Papi,” kata Meli dengan wajah cemb
“Yasmin sudah aku bilang, aku gak ada hubungan apapun sama Emeli.” Ujar Arkana dengan nada tinggi. “Kalau gak ada hubungan apapun, kenapa kamu kemarin perhatian sama dia? Udah aku bilang jangan terlalu dekat sama dia,” teriak Yasmin membalasnya. “Kamu tahu dia rekan kerja satu kantor, bagaimana bisa aku tidak dekat dengannya? Kerjasama itu membutuhkan hubungan yang baik, selain karena pekerjaan aku tidak ada hubungan apapun dengannya.” kata Arkana berusaha menahan emosinya. Pagi hari Yasmin dan Arkana sudah memulai pertengkaran hebat, teriakannya sampai terdengar ke lantai bawah, kedua orang tua Yasmin sampai khawatir karena dari kemarin hubungan Yasmin dan Arkana tidak baik-baik saja. Belum lagi Yasmin sedang terbakar api cemburu yang belum reda, hati dan pikirannya masih terbakar karena kedekatan Arkana dan Emeli. Yasmin kembali menangis, ia masih belum terima dengan kejadian di restoran, ia masih marah diliputi kecemburuan yang hebat. Sudah beberapa kalinya Yasmin menangis, m
Api cemburu semakin membakar emosi Yasmin yang menyaksikan kedekatan suaminya dengan Emeli. Yasmin berusaha menahan diri untuk tidak menyerang perempuan itu, jika saja tidak ditemani Jessica, mungkin Yasmin sudah membuat kesalahan untuk kedua kalinya. Walaupun begitu, Yasmin tidak tahan untuk meluapkan emosinya dan menangis merasakan sakit dalam dadanya. Jessica mengantarkan Yasmin pulang dalam keadaan dibanjiri air mata, tangisannya berlanjut sampai rumah membuat Meli terkejut dan menanyakannya kepada Jessica. “Anak tante sedang dilanda kecemburuan, jangan terlalu khawatir nanti juga sembuh kalau sudah baikan dengan suaminya.” Kata Jessica. “Memangnya cemburu karena apa?” Kata Meli penasaran.“Tadi di restoran, saya dan Yasmin secara diam-diam mengikuti Arkana makan siang bersama Emeli dan juga salah satu klien perusahaan, entah itu disengaja atau tidak. Arkana terlihat perhatian dan begitu dekat dengan Emeli,” jawab Jessica. “Untung dia bisa menahan emosi, tidak melabrak perem
Semenjak Dimas datang, Yasmin sering bermain ponsel dan begitu sering mengabaikan kehadiran Arkana.Arkana begitu kesal setiap kali istrinya main ponsel saat bersamanya, bahkan sekarang pun perempuan itu masih bermain ponsel, tidak peduli suaminya memperhatikannya sejak tadi. “Iya halo, ada apa Emeli?” Ujar Arkana menjawab panggilannya. Pria itu berdiri melangkahkan kaki ke walk in closet melepas pakaiannya satu persatu, sambil membicarakan pekerjaan bersama Emeli. “Tidak perlu, besok Tomi yang akan menyiapkannya.” Ujar Arkana. Di balik cermin, bayangan Yasmin sedang mengintip di balik pintu, hal itu membuat senyuman di wajah Arkana. Ternyata panggilan Emeli bisa mengalihkan istrinya, yang tadi sibuk bermain ponsel dan mengabaikannya, kini perempuan itu penasaran dengan pembicaraannya dengan Emeli. “Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa ikut makan siang bersama klien dari Inggris, kita bisa berangkat bersama setelah melakukan meeting.” Ujar Arkana dengan suara agak keras. Yasmin
Malam ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Bela, begitu banyak pelanggan yang datang memenuhi cafe tempatnya bekerja, tidak seperti malam biasanya Bela masih bisa bersantai.Pekerjaan baru di Cafe Starla cukup membantu perekonomian Bela untuk menambah pemasukan dan mencukupi keperluannya sehari-hari.Meskipun lelah bekerja, itu sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukannya, karena tidak hanya untuk mencukupi kehidupan pribadinya, Bela harus mengirim uang untuk adik-adiknya agar tidak putus sekolah.Bekerja keras memanglah tidak mudah, di usia muda Bela yang harus kuliah dan bekerja sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.Rasa sakit kepala atau demam tidak pernah Bela manjakan, apalagi cuti bekerja, Bela selalu masuk dan memaksakan diri untuk tetap kuat dan tegar.Namun, kali ini Bela tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya yang begitu melilit, wajahnya semakin pucat membuat rekan kerjanya khawatir dan meminta Bela untuk istirahat.“Bela lebih kamu istirahat, biar ak
“Maag ku kambuh karena telat makan, bukan karena aku hamil.” Ujar Yasmin. Awalnya Yasmin terkejut saat Arkana mengatakan dirinya sedang hamil, namun setelah dipikir-pikir lagi itu tidak mungkin karena baru saja kemarin Yasmin datang bulan.Mual dan sakit kepala memang sering terjadi saat maag kambuh, ditambah datang bulan, emosi juga tidak terkontrol karena hormon perempuan saat datang bulan tidak stabil. Wajah Arkana berubah, ia nampak kecewa mendengarnya.“Kamu marah, karena aku tidak hamil?” Ujar Yasmin saat Arkana meninggalkannya. “Tidak,” jawab Arkana. Yasmin merasa tidak enak, ia mengurungkan niatnya dan meletakan kembali ponselnya di tempat semula, ia menyusul suaminya yang berubah murung. Arkana duduk di sofa masih menggunakan handuk, berelanjang dada sambil memeriksa laptopnya. Yasmin menghampirinya lalu duduk di samping suaminya dan berkata. “Jangan terlalu dekat dengan perempuan itu, apalagi kamu bertemu tanpa mengajakku.”Arkana justru tersenyum melihat istrinya mem
“Gimana? semua yang aku suruh kamu lakukan kan?” kata Jessica.Yasmin menganggukan kepala, kemudian ia menyeruput minuman coklate hangatnya penuh kenikmatan.Secara diam-diam Yasmin kembali bertemu dengan Jessica di apartemen pria berkedok perempuan itu, hubungan Yasmin dan Jessica semakin dekat semenjak perempuan itu mengundurkan diri dari perusahaan Arkana.Yasmin tahu Arkana sedang mencari Jessica, tetapi perempuan muda itu sengaja tidak memberitahukan untuk memberikan pelajaran, jika Jessica sangatlah penting bagi Arkana.Rencana yasmin berhasil, suaminya kewalahan menangani masalah di kantor saat Jessica pergi, pria itu bahkan terlihat stres dan sering sakit karena tidak ada yang membantunya.Meskipun Yasmin selalu ada dan mensupportnya, tentu saja Arkana sangat membutuhkan sekretaris seperti Jessica, karena yasmin tidak bisa membantu Arkana dalam menangani perusahan.“Udahlah kamu cepetan balik lagi, kasihan suamiku sering begadang.” kata Yasmin membujuk Jessica.“Gak semudah i
Matahari mulai muncul dari ufuk timur, semua burung diatas ranting berkicauan bak bersiul menyambut pagi. Air embun membuat tanaman tumbuh segar dan sehat. Yasmin dan keluarga menikmati embun pagi di taman, sambil melakukan peregangan otot dengan olahraga seperti menggerakkan tubuh, ataupun berlari mengelilingi taman. Tubuh yang tidak biasa melakukan olahraga pagi memang berat, belum sampai satu putaran saja Yasmin dan Aditya sudah merengek meminta minum. “Papi ngapain sih ikut-ikutan,” kesal Yasmin karena Aditya merebut minumannya. “Papi haus, seret banget nih tenggorokan.” Katanya meneguk minuman Yasmin sampai habis.Tidak lama Meli juga datang meminta minum, dengan nafas ngos-ngosan, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas tikar. “Papi ambilin minum,” ujarnya. “Iya Papi ambilin,” katanya segera berdiri. “Mami kepala aku pusing,” ucap Yasmin memegang kepalanya.Meli langsung duduk mendekati putrinya, dilihat dari wajah Yasmin pucat, Meli memeriksa suhu tubuhnya.“Badan kamu