Hampir satu jam berlalu, Franklin masih belum selesai merapikan apartemennya. Banyak pakaian miliknya yang berhamburan. Selimutnya juga terdampar di lantai. Memang, tidak ada sampah di sini, tapi barang-barang Franklin tidak ada pada tempatnya. Semuanya berserakan.Edgar duduk bersantai di sofa dengan memainkan ponselnya. Dia berceletuk," Harusnya kau mencari wanita untuk kau nikahi, Franklin. Dengan begitu ada yang membantumu menjaga apartemenmu tetap rapi dan bersih. Dan kau tidak kesepian lagi."Franklin menghentikan gerakan tangannya yang hendak memunguti pakaiannya di lantai. "Itu juga berlaku untuk Anda, Tuan. Mentang-mentang sekarang masih ada si gadis kecil, Anda jadi merasa tidak kesepian. Kalau si gadis kecil sudah kembali, Anda pasti juga merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan."Edgar menarik turun ponselnya, dia menatap jengkel Franklin. "Untuk sementara ini jangan menyinggung tentang Lolita. Aku masih malas membicarakannya."Setelahnya Edgar kembali sibuk denga
Senyum di bibir Nola menyurut seketika. Dia tak menjawab pertanyaan Lolita dan lebih memilih menyeruput ice chocolate yang baru diantarkan pelayan ke mejanya, meredakan panas yang mendadak memenuhi dadanya.Lolita masih menunggu jawaban dari Nola dengan berkedip penasaran."Jadi, Om Edgar orang yang seperti apa?"Nola meletakkan kembali gelasnya. Meski, dia sudah minum banyak, tapi tak juga meredam panas di hatinya."Ah, Edgar ya? Aku tidak terlalu dekat sih. Yang aku tahu dia begitu playboy. Dia selalu berganti-ganti pasangan. Dan aku sering mendengar rumor tentangnya, kalau dia suka merenggut keperawanan teman-teman ceweknya. Untung aku tidak terlalu dekat dengannya," ucap Nola bergidik ngeri. Dia membohongi Lolita dengan menceritakan sosok Edgar yang jelek dan berengsek. Nyatanya tidak demikian. Semua yang Nola katakan sangat berbanding terbalik. Edgar yang sebenarnya adalah pria yang baik dan sopan. Ya, itu sebelum Nola menorehkan luka terdalam di hati pria itu sampai membuat pri
Lolita mendesah kecewa sambil menatapi dua sandwich di depannya. Edgar tidak pulang lagi malam ini. Dan dia sendirian lagi di apartemen yang luas ini.Lolita merasa kesepian. Dia takut jika lampu padam mendadak. Siapa yang akan memeluknya? Siapa yang akan menenangkannya dari ketakutan?"Om Edgar …. Sampai kapan begini terus?" tanya Lolita yang hanya dijawab oleh suara deting jam.Lolita sudah tak berselera untuk makan, tapi dia tidak boleh membuang makanan. Dengan memaksakan dirinya, Lolita pada akhirnya menghabiskan dua sandwich yang terlanjur dia buat.Satu sandwich berhasil dia habiskan. Sedang sandwich kedua, Lolita mendapatkan kesulitan untuk menelannya. Lolita nyaris tersedak. Dia buru-buru lari ke dapur untuk mengambil air.Dia mendesah lega setelah menandaskan segelas air putih. "Huh …."Lolita beralih membereskan dapur. Dia mencuci piring, dan merapikan pantry.Selepas itu, Lolita kembali ke ruang tamu. Dia menonton televisi seraya bertukar pesan dengan ayahnya untuk mengusi
Lolita melirik sekilas ponselnya yang terus berdering. Dia kesal karena nomor asing terus meneleponnya.Siang ini sudah ada dua puluh panggilan masuk. Dan itu sangat mengganggu.Lolita mendesah berat sambil meraih ponselnya. Dia menaikkan kedua alis begitu melihat Jones yang menghubunginya. Dia menyimpan kontak pria itu dan memberikannya nama 'Pria Flashdisk'. Karena Joneslah yang menemukan flashdisk Edgar, dan dia juga yang sudah membuat Lolita jadi bermasalah dengan Edgar. Lolita jengkel, sehingga malas menamai kontak Jones dengan nama asli pria itu."Ada apa kau meneleponku?" tanya Lolita tak ramah."Turunlah. Aku sudah ada di area parkir apartemen tempatmu tinggal," balas Jones dari seberang telepon. Berhasil membuat Lolita membelalakkan mata.Dari mana dia tahu kalau dia tinggal di apartemen ini? Tanyanya dalam hati.Lolita terdiam. Dia tidak menghiraukan Jones yang mengajaknya berbicara lewat telepon. Dia terlalu terkejut karena pria itu bisa tahu keberadaannya.Lolita langsung
Jones baru saja pergi dari apartemen Edgar untuk mengantarkan dress pada Lolita. Gadis itu tadi berlari ke luar apatemen dan menghampiri Jones di area parkir setelah pria itu meneleponnya.Sekarang Lolita duduk merenung di kamarnya seraya menatapi dress cantik yang terdampar di atas tempat tidur.Dress ini memang cantik, tapi memiliki potongan dada yang lumayan terbuka. Mungkin, kalau dia memakainya payudaranya akan terlihat menyembul setengah. Dan punggungnya jadi terekspos. Dari banyaknya dress yang Edgar berikan, semuanya masih terlihat sopan. Lolita kembali teringat ucapan Jones. Pria itu berkata jika Lolita harus tampil sempurna saat datang ke acara fashion show. Jones justru cenderung mendukungnya agar Lolita bisa berbaikan lagi dengan Edgar."Pakailah dress ini. Kau akan terlihat cantik, dan Edgar akan menyesal karena sudah menghindarimu," tukas Jones masih terngiang-ngiang di kepala Lolita, membuat gadis itu semakin bimbang.Mungkin benar apa yang Jones katakan. Lolita bisa
Edgar pergi ke toilet dengan menggeram kesal. Dia tadi melihat Lolita duduk bersama Jones, dan keduanya terlihat dekat. Sialan!Dia mengumpat beberapa kali untuk melampiaskan kekesalannya. Awalnya Edgar berniat memberikan kesempatan pada Lolita, sesuai saran yang Franklin berikan. Tapi, setelah melihatnya bersama Jones di acara eksklusif ini, dia jadi enggan. Kemarahan Edgar semakin memuncak. Dia tidak akan dan tidak ingin melihat Lolita lagi!Edgar kembali duduk di kursi terdepan, berusaha untuk tetap tenang saat acara dimulai. Dia mengarahkan pandangan lurus ke depan ketika model mulai keluar satu per satu dengan berjalan elegan memperagakan busana. Dengan tema beauty gold. Lolita tak henti-hentinya kagum melihat model bertubuh semampai yang berjalan di depannya. Dia menyukai fashion, dan dia tidak menyangka bisa melihat fashion show secara langsung. Karena biasanya dia hanya bisa melihatnya lewat video.Sekarang waktunya Nola keluar. Dia berjalan dengan sangat elegan, dia menjad
Lolita bergeleng saat Jones menawarkan makan malam di restoran, sebelum pria itu mengantarkannya pulang."Aku tidak mau. Kita langsung pulang saja," jawab Lolita mengarahkan pandangan ke luar jendela mobil.Dia masih kesal mengingat apa yang baru saja dia lihat. Edgar begitu mesra mencium Nola. Dia tidak tahu hubungan Edgar dan Nola, tapi dia tidak bisa membohongi dirinya. Kalau Lolita cemburu.Yah, walau cemburu pun Lolita tidak berhak. Karena dia bukanlah kekasih Edgar, dia hanyalah anak dari sahabat pria itu. Memikirkannya membuat hati Lolita semakin perih. Ternyata selama ini, hanya dia yang menginginkan sebuah hubungan yang jelas dengan Edgar. Sementara Edgar? Lolita tidak tahu, apa pria itu juga menginginkan hal yang sama.Cekalan tangan Jones di setir mengerat. Dia ikut kesal. Sedari tadi Lolita tak mengacuhkannya. Padahal, dia sudah bersikap seramah mungkin. Sebenarnya Jones hanya tertarik pada Lolita, dan tidak menyukai gadis itu. Tujuan utama dia mendekati Lolita adalah, di
Nola mengentak-entakkan kedua kakinya dengan kesal. Dia gagal membuat Edgar tidur bersamanya. Tadi saat di club, dia memberikan banyak sampanye untuk Edgar. Dia terus menuangkannya ke dalam gelas pria itu.Tapi, ketika Nola izin pergi ke toilet sebentar. Dia tidak melihat lagi keberadaan Edgar di club di saat dia kembali. Nola mencoba mencari Edgar di seluruh penjuru club, dan dia baru menyadari saat mobil Edgar sudah tidak ada di parkiran. Pria itu pulang lebih dulu, meninggalkan Nola sendirian.Padahal Nola yakin dia akan berhasil dengan rencananya. Tapi, ternyata dia gagal. Dia sekarang harus naik taksi untuk pulang karena dia tadi diantarkan oleh Edgar, sementara mobilnya dia tinggal di depan gedung, tempat fashion show tadi diselenggarakan.Nola tersenyum kecut pada sang sopir yang terus menatapnya saat Nola membayarkan ongkos. Nola segera pergi, tak mengabaikan sang sopir yang berceloteh memuji kecantikannya.Dia sudah terbiasa dipuji. Bahkan, pujian-pujian itu sudah tak tera