Alanis memperkenalkan Yanto kepada TT.Alanis juga menjelaskan kalau Yanto adalah teman kuliahnya dulu yang sekarang jadi dokter di rumah sakit ini dan juga tadi telah membantu Alanis soal adminitrasi perawatan ibunya di rumah sakit.“Ohh, sudah dapat pahlawan baru ya sekarang?” sindir ketus TT.Alanis jadi merasa tidak enak dan menarik tangan TT untuk mengajaknya menjauh agar bisa ngobrol berdua tanpa ada Yanto.“Mas, kok gitu sih ngomongnya?” kata Alanis coba beri pengertian pada TT.“Emang begitukan kenyataannya?” balas TT nambah ketus.“Ya tapikan aku nggak enak sama Yanto, mas.”“Yanto? Harusnya kamu lebih nggak enak sama aku daripada sama dia!” sindir TT dengan lebih meninggikan suaranya.Alanis mendelik, bertanya-tanya kenapa TT jadi berubah seperti ini. Ada apa?Alanis yang tadinya bersikap sopan menjadi terpancing emosi. Tanpa kontrol dia mengatakan kecurigaannya pada lelaki yang kini ada di hadapannnya.“Apa karena Mas TT sering nolongin aku, sekarang mas bisa bersikap seena
Alanis menangis di depan pusara Ibunya. Satu-satunya keluarga Alanis yang tersisa kini telah tiada. Penyesalannya, kenapa hanya sedikit waktu yang dia rasakan bersama mama tercintanya setelah dia bebas dari penjara.Alanis merasa hanya kemalangan yang dia berikan kepada Ibunya, bukan kebahagiaan yang seharusnya diberikan seorang anak kepada orangtuanya.Sakit yang diderita Amartha, Alanis menyalahkan dirinya penyebab semua itu. Tragedi kecelakaan empat tahun lalu benar-benar telah menghancurkan keluarga bahagia milik Alanis, karena kesalahan Alanis.“Maafin Alanis, ma. Maaf. Mama pergi gara-gara Alanis.”Hanya kata maaf yang bisa terucap. Air mata yang mengalir nyaris tak terhenti. Tangisan sendu Alanis mewarnai suasana pemakaman yang tampak sepi. Tak banyak orang yang hadir disana.Di samping Alanis yang selalu mencoba menenangkan Alanis adalah seorang lelaki, tapi bukan TT. Yanto yang ada disana.“Elo yang kuat ya, Nis. Gue ada di sini sama elo,” ucap Yanto pada Alanis.Dan TT hanya
Sambil memeluk foto Ibunya, Alanis termenung memikirkan nasibnya saat ini. Dia dipaksa pindah dari rumah kontrakannya, belum lagi besok dia sudah harus kembali bekerja di rumah Tresno, sesuatu yang paling tak ingin dia kerjakan untuk saat ini.Alanis jadi teringat perkataan Tresno saat pertama kali dipaksa bekerja disana, pilih menderita bekerja di rumah Tresno atau pilih menderita di luar sana agar Ibunya Alanis yang sakit-sakitan menyaksikan secara langsung balas dendam yang dilakukan Tresno untuk menyakiti Alanis.“Sekarang mama udah nggak ada, harusnya gue nggak perlu takut lagi sama ancaman itu!” batin Alanis berbisik.Tapi masalahnya sekarang adalah...“Gue butuh banget uang! Gue harus kuat sampai gajian nanti, baru gue pergi darisana!” Dan akhirnya Alanis meyakinkan diri untuk memilih keputusan yang sangat dia benci.Faktor ekonomi memang jadi masalah besar buatnya sekarang. Belum lagi dia harus cari rumah kontrakan baru, pasti butuh uang cepat.“Kemana gue harus cari uang ya
Jelang tidurnya, TT melamun sambil menatap langit-langit kamarnya. Sangat dalam, kayaknya lebih dalam dari dasar samudera hindia.“Alanis...”Nama itu yang selalu tersebut dan dibayangkan dalam otak hatinya. Ada raut penyesalan, banyak dan terlalu banyak.“Kenapa sih harus dia?”Suara pikiran yang pertama jelas tentang kenapa harus Alanis yang jadi penyebab kematian kakaknya. TT sudah terlanjur suka, bahkan kekhawatirannya yang selalu saja muncul melihat kesulitan yang menimpa Alanis.Bisa disebut itu sebagai rasa sayang untuk Alanis yang sudah tumbuh dalam diri TT. Lama-lama juga kalau dia lebih sering bersama Alanis, cinta itu akan tertanam di jantung hati TT.Tapi yang TT paling takutkan jika dia memaksakan diri untuk mengejar Alanis, penghalang terbesarnya bukanlah Alanis melainkan...“Mami pasti bisa ngerti. Tapi papi? Nggak mungkin! Dia sangat benci sama Alanis!” TT memang belum sepenuhnya memutuskan menyerah pada Alanis, tapi dia juga tak berani untuk melangkah maju untuk memp
Welcome to PINK SHOPToko yang satu ini memang tidak ada matinya. Selalu ramai pengunjung dan para karyawan pun tidak dibiarkan santai barang semenit. SIBUK TERUS.TT pun sampai harus ikutan turun untuk melayani pembeli. Sontak TT jadi pusat perhatian para pengunjung yang kebanyakan adalah emak-emak heboh.“Lincah banget mas ngeraba-rabanya, hiks!” goda salah satu emak-emak.Saat ini TT sedang menjelaskan soal kualitas celana dalam wanita yang disebutnya memiliki tingkat kelenturan yang tinggi sehingga nyaman dipakai dan nyaman dirasa oleh miss V si pemakai.“Mas, katanya belum nikah ya? Masih lajang juga udah jago nih kayaknya, kalau tiap hari bergaulnya sama bungkus roti kukusnya perempuan. Anget-anget gimana gitu ya mas. Hiks!” goda emak-emak yang lain kepada TT.TT sebenarnya merasa risih terus jadi sasaran godaan para wanita-wanita yang datang kesana.Namun apa daya, pembeli adalah raja. Jadi penjual mau tidak mau harus selalu tersenyum ramah untuk melayani rajanya.“Suka gaya ap
Tiba di dalam kamar, Alanis mengamati sekeliling kamar. Niatnya sudah jelas. Mencari kepastian akan keraguannya tentang sosok si putra bungsu keluarga Tresno.Belum sempat ia memulai, handphonenya bergetar ada paggilan masuk dari Yanto. Alanis memeriksa situasi dulu sebelum menjawab, takut ada yang mengintainya.Aturan dilarang menjawab telepon saat bekerja berlaku untuk Alanis di rumah ini. Setelah merasa aman, ia menjawab panggilan dari Yanto.“Pulang jam berapa, Nis? Mau gue jemput nggak?” tanya Yanto.Alanis tadinya sudah menolak tawaran Yanto saat dia rencana pulang di sore hari. Namun kini jadwal pulangnya berubah, jam 12 malam. Takut juga Alanis pulang jam segitu sendirian.“Tapi gue lembur sampai jam 12 malam, To?” kata Alanis memberi kabar saja berharap Yanto yang berinisiatif untuk menawarkan diri.Alanis merasa tidak enak terlalu banyak meminta tolong sama Yanto.“Jam 12? Gila majikan lo! Elo kerja dimana sih? Siapa sih majikan elo? Udah biarin gue jemput aja! Bahaya cewek
“Aku benci melihat kamu bersama lelaki lain!” keluh TT dengan menaikkan level suaranya untuk menunjukkan rasa cemburunya yang memuncak.Kejujuran yang berarti TT telah mampu untuk melawan gengsi dalam dirinya. Tidak mudah bagi seorang lelaki mana pun untuk mengakui bahwa dia sedang merasa cemburu. Tapi demi Alanis, TT menghancurkan tembok kokoh itu.Dan Alanis pun tak menyangka jawaban yang diberikan oleh TT. Dugaannya adalah TT berbeda karena sudah tahu tentang status masa lalu Alanis.Namun yang dia dengar kini, ternyata lebih manis untuk dirasakan oleh Alanis.“Benarkah elo cemburu, mas?” tanya Alanis dalam hatinya.Cemburu adalah tanda bahwa seseorang tak ingin kehilangan orang yang dipilihnya. Dan Alanis mendengar langsung dari mulut TT bahwa dia adalah orang yang terpilih oleh TT yang artinya TT tidak ingin kehilangan Alanis.Di saat suasana hening sebuah mobil keluar dari gerbang rumah Tresno dengan lampu yang menyorot ke tempat Alanis dan TT berada.TT mengenal mobil yang akan
Tetesan air mata Alanis terlihat jelas oleh TT. Dia bereaksi spontan untuk mengusap air mata itu dengan sangat lembut memakai ibu jarinya.“Sedih terus! Kapan senengnya?” ucap lembut TT.JLEBB! Lagi sebuah perhatian dari rasa sayang yang tulus membuat hati Alanis makin meronta untuk segera meruntuhkan dinding tebal yang menghalanginya untuk bersikap jujur pada TT.Bahwa, Alanis pun sebenarnya sudah jatuh hati kepada lelaki tampan yang benar-benar baik kepadanya.“Udah mas!” kata Alanis sembari menepis jemari TT yang masih berada di wajahnya.Tidak mudah untuk Alanis untuk menerima perlakuan manis TT. Penghalang itu terlalu besar untuknya.Dan seketika dia berlari masuk tanpa berucap sepatah kata pun kepada TT, meninggalkan lelaki itu yang masih berdiri disana tanpa sempat menahan kepergian Alanis.TT menghela nafas sangat panjang melihat reaksi Alanis. Dia sekali lagi mencoba mengerti. TT tahu dan bisa merasakan kalau Alanis menyimpan rasa bersalah dan penyesalan atas masa lalunya kar
Di sebuah masjid di lingkungan perumahan mewah, Boril terlihat sudah berbusana muslim lengkap, bersiap untuk shalat Dzuhur berjamaah. Boril masih sibuk memainkan ponselnya baca-baca postingan orang sambil tersenyum-senyum sendiri“Siapa tahu abis shalat berjamaaah, doa-doa gue buat dapet pacar cewek cantik bisa terkabul! Nggak perlu jadi pacar boongan lagi buat si Alanis! Aamin… Aamiin… Aamiin ya robb… “Boril mengusap wajahnya serius berharap doanya terkabul. Seorang jamaah masjid akan segera iqomah, tanda shalat berjamaah akan dimulai.Akibat masih sibuk mainkan ponselnya, Boril ditegur sama jamaah lain.“Bang, udah komad! Simpen dulu dong hapenya!”“Iya iya bawel!” jawab Boril sebal sama si penegur.Boril menyimpan ponsel di saku baju kokonya. Boril masuk barisan menyusul para jamaah lain yang sudah duluan shalat lalu segera niat sholat bersamaan dia melakukan takbiratul ihram.“ALLAHU AKBAR…” ucap Boril dengan khusyu.Baru saja mau shalat dimulai, terdengar sayup-sayup suara ribut
Tresno agak menciut melihat Verawati sudah marah. Selalu begitu seperti sebelum-sebelumnya. Namun, dia pantang dan gengsi untuk menunjukkan kelemahannya di hadapan banyak orang kalau dia gentar menghadapi sang istri.“Saya akan lepaskan dia, tapi setelah dia bicara dengan mulutnya sendiri kalau dia sudah punya hubungan terlarang dengan si Bagus!” tegas Tresno.Verawati mendelik, dia tak terlalu terkejut. Dia sudah menduganya dari awal.“Kamu tahu dari siapa, mas?” tanya curiga Verawati.Tresno hanya tersenyum sinis. Verawati lalu melihat sosok Yanto di dekat Tresno, sosok yang tampak asing dimatanya.Verawati menduga orang itulah yang memberi tahu meski dia tak tahu apa hubungan orang itu dengan Alanis dan TT.Tresno lalu mengalihkan tatapan tajamnya pada Alanis.“Tapi jangan senang dulu setelah saya lepaskan! Hidup kamu di luar sana akan saya buat lebih menderita!” ancam Tresno pada Alanis.JRENG! Alanis makin ketakutan mendengar ancaman Tresno. Dia tahu Tresno bukan orang yang cuma
“ALAAANIIIIIIIIS!”Teriakan murka Tresno menggelegar di seisi rumah megah miliknya.Tresno melangkah cepat dengan wajah yang garang dan berhenti di ruang tengah rumah. Di belakang Tresno, ada Yanto yang mengekor disana.Imas dan beberapa pelayan berlarian menuju ke ruang tengah saat mendengar teriakan sang majikan. Mereka berkumpul dan menghadap dengan ekspresi wajah yang tegang.“Mana Alanis?” teriak Tresno bertanya pada para pelayannya.Semua pelayan diam, tak ada yang berani menjawab. Hanya saling pandang ketakutan dengan isyarat-isyarat wajah yang menggambarkan rona kekesalan dari kalimat yang sangat ingin mereka katakan.“Pasti si Alanis bikin ulah lagi! Dasar cewek pembawa bencana!” Begitulah kira-kira isi otak para pelayan saat ini.Saat semua terdiam, hanya Imas yang akhirnya berani menjawab pertanyaan Tresno.“Tadi saya suruh untuk bersihin gudang lama di lantai 4, pak.” Kata Imas dengan sangat sopan.“Panggil!” perintah Tresno.Imas menyuruh salah satu pelayan untuk segera m
Mendapat kabar tentang TT, Boril langsung pergi menuju bar sesuai informasi yang Boril terima. Dia di sambut hostes bar yang sebelumnya menemani TT minum dan yang juga menelepon Boril.Boril sempat melirik jahil pada penampilan menggoda si hostes. Dress ketat merah menyala di atas lutut dengan belahan dada terbuka plus tanpa lengan. Body-nya semok pula!“Kacau si TT mainnya sama yang bohai-bohai! Itu pantat tebel banget dagingnya! Tapi soal muka sih jauhlah menang si Alanis!” bisik pelan Boril.Ucapan Boril samar-samar terdengar oleh si hostes yang langsung melirik dan melempar senyum manis nan menggoda pada Boril.“Mau aku temenin minum, mas? Aku masih ada waktu sampai jam 3 malam nanti,” tanya ramah si hostes paada Boril.Boril langsung menyambar dengan gelengan kepalanya.“Langsung aja anter ke temen saya, mbak!” jawab rusuh Boril yang tampak ngeri langsung ditembak rayuan yang bisa saja membuatnya tergoda.“Gue mau tobat main cewek!” lanjut Boril bergumam sendiri, kali ini volume
Alanis tertunduk sembari menutup wajahnya. Tak tahu lagi harus berkata apa. Hanya bisa menyesali kenapa Yanto bisa begitu tega melakukan hal itu kepadanya.Boril memang tidak tahu siapa penyebab kematian kakak dari sahabat dekatnya karena dulu dia berada di Amerika bersama TT. Boril mengikuti sikap TT yang tidak ikut campur dalam urusan hukum tentang kasus kecelakaan tersebut.Meski ada rasa kaget dan juga kecewa bahwa ternyata penyebab kecelakaan itu adalah gadis yang ada di sampingnya, namun Boril tak bereaksi berlebihan. Hanya satu yang kini menjadi pertimbangannya untuk bersikap.“TT melupakan kecelakaan itu dan tulus menerima Alanis sebagai kekasihnya, berarti Alanis adalah gadis spesial. That’s All!” bunyi otak Boril menentukan sikapnya.Boril melebarkan senyumnya, manis saat menatap Alanis namun sinis saat memalingkan wajah kepada Yanto.“Yang justru lebih gue pengen tahu, Apa sih yang lo mau kasitau ke orang lain yang lo maksud? Dan siapa orang lain itu?”Yanto terperangah men
Masih terus berulang terdengar di telinga TT pertanyaan sang ibu yang baru saja dilontarkan. Tatapan TT pada Verawati tetap tak bergerak, sorot mata yang terarah pada wajah cemas sang ibu tampak sangat gelisah namun bercampur rasa harap.TT tetap terpaku dalam diam tanpa kata dan bahasa. Mulutnya rapat terkunci seolah tak yakin.Apakah sosok wanita yang sangat menyayangi TT itu akan menyimpan rahasia ini rapat-rapat jika TT menjawab jujur pertanyaan yang tertuju kepadanya?“Kamu diam, berarti mami tahu jawabannya. Memang Alanis gadis itu,” ucap sang ibu lembut namun terlontar sangat yakin.Jantung TT makin berdetak kencang. Dia seakan tak punya celah untuk mengelak lalu melarikan diri dari situasi ini.Bibirnya kelu tanpa ada rasa ingin untuk menjawab walau sebenarnya dia bisa saja menyangkal apa yang diyakini oleh Verawati.“Kalau tidak bisa, tidak perlu menjawab. Mami sangat tahu kamu dan sangat mengenal kamu, nak. Apa arti gurat cemas di wajah kamu itu, mami sudah paham,” ccap Vera
Di tengah rehat acara anniversary, di private room hotel yang disewa oleh keluarga Tresno kini terjadi pertengkaran hebat antara Tresno dan TT.Ada juga Jenny dan Verawati di sana. Verawati berdiri di tengah-tengah posisi Tresno dan TT. Sang ibu sangat cemas dan berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang lebih parah dari sekedar adu mulut antara sang ayah dan sang anak.Ekspresi wajah TT sudah sangat memerah terbakar emosi. TT tak terima dengan cara Tresno yang tiba-tiba mengumumkan begitu saja soal pernikahan dengan Jenny kepada publik padahal TT sendiri tidak pernah mau menikah dengan Jenny."Bagus memang anak Papi, tapi Bagus bukan boneka yang bisa diperlakukan seperti ini! Papi kan udah tahu sendiri Bagus nggak pernah mau nikah sama dia!" ucap marah TT kepada sang ayah sambil menunjuk telak ke arah Jenny"Kamu terlahir dari darah Tresno Senopati dan selamanya tidak akan pernah berubah! Dan selama saya masih hidup, kamu harus tunduk dalam aturan yang sudah saya buat! Tidak ada alasan u
TT menyeret Boril lebih jauh dari posisi sebelumnya yang masih dalam venue pesta dan kini mereka sudah berada di toilet hotel.TT memeriksa satu persatu bilik WC yang ada di dalam untuk memastikan tidak ada satu pun orang di dalamnya. Boril pun semakin bingung melihat tingkah TT."Lo ngapain sih sampai ke sini-sini segala?" protes boril pada TT.“Sampe semua diperiksain gitu! Nggak bakalan ada bom disini! Intel bokap lo canggih-canggih!” lanjut Boril yang tambah sebal sama kelakuan aneh sahabatnya itu. "Justru gua pengen ngomong apa yang tadi lo omongin!" sambar TT.“Disana aja kan bisa mas bro!”“Harus disini!”“Why bro TT? Why?”“Berisik! Nurut aja apa kata gue!” sungut TT kesal."Gue kan lagi curhat ngapain lu yang sewot!" timpal Boril tak mau kalah."Curhat lo salah sasaran!" balas TT enggan menyerah."Salah sasaran gimana sih? Gue makin nggak ngerti!" tanya bingung Boril.TT memandang sekeliling sekali lagi untuk memastikan bahwa situasi aman, tak ada satupun manusia yang bisa m
Kediaman Tresno Senopati kini tampak sedang sibuk-sibuknya. Persiapan keberangkatan Tresno beserta istrinya dan para rombongan sedang direncanakan dengan matang oleh para staf Tresno.Di saat situasi sedang serius-seriusnya datang seorang lelaki muda seumuran dengan TT berpenampilan santai persis seperti stylenya Ariel Noah. Celana jeans serta jaket denim dan kaos bermerek EH RIGO melekat di tubuhnyaLelaki itu langsung menghampiri Tresno dan Verawati sambil menyalami lalu menyapa dengan santai dan sudah terlihat dia cukup akrab dengan dengan kedua orang tua TT."Apa kabar om, tante?"“Syahril! Apa kabar?" jawab heboh Verawati yang senang menyambut kedatangan lelaki itu."Boril, tante! Di depan umum jangan panggil nama asli aku ya," protes Syahril alias Boril.“Halah kamu ya! Masih ngefans aja sama vokalis band itu. Apa sih namanya? No Ah?” canda Verawati sambil tertawa ceria.“NOAH, tant! Jangan dipisah! Masa sih nggak tahu sama band terbaik se Indonesia?” lagi Boril protes sama Vera