"Terserah, siapa yang kau percaya!"Elora duduk di sofa dengan wajah yang lelah, memijat pelipisnya perlahan. Dia baru saja mengalami hari yang buruk. Dan sekarang harus berhadapan dengan Jonas dan Rini."Benarkah yang dikatakan Mami? Kau kembali… melayani pelanggan?" tanya Jonas dengan nada penuh keraguan. Matanya terfokus pada Elora, seolah mencari jawaban di dalam tatapan istrinya. Meskipun dia ingin abai dan tidak peduli, tapi nyatanya dia merasa tidak rela kalau tubuh Elora di jamah orang lain.Elora mendesah panjang, menatap Jonas tanpa mengalihkan pandangan. "Jonas, kalau kau tidak mempercayai aku, itu hak kau. Tapi yang harus kau tahu, aku tidak kembali menjadi wanita malam. Aku ada keperluan pergi hari ini," katanya tegas, meskipun nada suaranya terdengar letih.Jonas terdiam. Matanya berkaca-kaca seakan terjebak di antara kepercayaan dan kecurigaan. Di sebelah mereka, Rini menyilangkan tangan di dada dengan ekspresi penuh kemenangan."Elora, anak muda sepertimu tidak pantas
Elora sedang menyiram bunga di halaman belakang rumah ketika Jonas datang menghampirinya. Sejak percakapan panjang mereka beberapa hari lalu, Jonas memang berubah. Setiap saat, dia selalu berusaha menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada Elora"Elora, sudah sarapan?" tanya Jonas sambil tersenyum lebar, tangannya membawa segelas jus jeruk.Elora tersenyum tipis. "Sudah. Kau sendiri? Biasanya kamu buru-buru ke kantor." Elora juga berusaha menyeimbangkan perhatian Jonas.Jonas menggeleng. "Hari ini aku mau habiskan pagi sama kau dulu. Sudah terlalu lama aku sibuk dan aku akan memulai pernikahan ini secara sungguhan.""Ada apa?" tanya Elora."Gak ada. Aku hanya ingin pernikahan yang sempurna.""Bukankah kita memiliki perjanjian?" "Lupakan itu.""Gimana EL Company? Perusahaannya semakin maju." Elora mengalihkan pembicaraan.Jonas mengangguk bangga. "Ya, sejak beberapa bulan terakhir, perkembangan EL Company cukup pesat. Bahkan, kita sudah hampir mengalahkan Zein Company."Elora t
"Aku tidak memiliki maksud apa-apa, Jonas.""Haruskah aku percaya?" tanya Jonas."Itu hak mu."Hingga mereka pulang dari EL Company, tidak ada lagi pembicaraan antara keduanya.Malam harinya...Di dalam kamar, suasana terasa tegang. Jonas dan Elora duduk berhadapan, tapi mata mereka tak pernah saling bertemu. Elora menatap lantai, sementara Jonas memandangi tangan yang ia genggam erat di pangkuannya, bingung harus berkata apa. Rasanya semua sangat mendadak. Kala dia dengan keyakinan penuh mengajak Elora memulai kehidupan yang baru, saat itu dia mengetahui hal yang benar-benar diluar kuasanya.Jonas menjadi bimbang, hubungannya dengan Elora tidak akan berjalan mulus. Diantara mereka akan ada saling kecurigaan.“Elora,” suara Jonas akhirnya memecah keheningan. “Aku... aku benar-benar tidak tahu harus berpikir apa sekarang.”Elora menghela nafas panjang. “Aku tahu, Jonas. Mungkin ini semua terasa sulit dimengerti. Aku bisa merasakannya. Tapi... aku tidak pernah berniat menyakitimu.”"Ki
Keesokan harinya...Elora duduk di pinggir ranjang, menatap lantai dengan tatapan kosong. Saat itu juga, Jonas masuk ke kamar, langkahnya terdengar berat dan ragu.“Elora...” panggilnya pelan.Elora menoleh, berusaha tersenyum meski matanya terlihat lelah. “Ada apa, Jonas?”Jonas mengusap tengkuknya, tampak sedikit bingung. “Aku cuma... ingin bicara lagi.”Elora menghela napas, menepuk kursi di sampingnya sebagai isyarat agar Jonas duduk. “Baiklah, kita bicara lagi.”Setelah duduk, Jonas terdiam sejenak. Akhirnya ia berkata, “Aku masih merasa aneh, Elora. Kenapa semua hal tentang keluargamu terasa seperti misteri?”Elora menggigit bibirnya, tampak bingung mencari kata-kata yang tepat. “Aku tidak pernah bermaksud menyembunyikan apa pun, Jonas. Aku hanya... aku tidak ingin masa laluku menjadi beban di hidup kita.”“Tapi bagaimana jika itu berhubungan langsung dengan keluargaku?” Jonas menatapnya tajam, masih ada kecurigaan di matanya. “Bukankah seharusnya aku tahu? Aku berhak tahu!”“Jo
Elora duduk di keluarga tamu rumah keluarga Zein, tersenyum manis kepada Rini, ibu mertuanya yang selalu menatapnya dengan kecurigaan. Dalam hati, Elora menahan senyum penuh kepuasan. Rini tak pernah menyukai kehadirannya, dan itu membuat Elora semakin menikmati peran yang ia mainkan.“Elora, kau pasti tahu, kan, keluarga Zein ini punya standar yang tinggi. Kau... kau yakin bisa menyesuaikan diri?” tanya Rini dengan nada tajam.Elora tersenyum lembut, berusaha terlihat tulus. “Mami, aku hanya ingin menjadi istri yang baik untuk Jonas. Aku ingin hidup tenang tanpa masalah. Masa laluku, sudah aku tinggalkan.”Rini mendengus, matanya masih menyipit, menilai. “Kau bilang begitu, tapi entah kenapa aku tidak pernah bisa percaya. Aku selalu merasa kau menyembunyikan sesuatu.”Elora menghela napas, berpura-pura terluka. “Aku mengerti kalau Mami sulit menerimaku. Aku memang datang dari latar belakang yang berbeda, tapi aku sudah berusaha keras untuk berubah. Aku hanya ingin diterima sebagai b
"Shitt! Ada apa sebenarnya?""Kemana Elora akan pergi? Apakah benar dia akan bertemu pelanggannya?" tanya Jonas.Pikirannya Jonas terus berputar, semua hal negatif menari di kepalanya. Dia ingin percaya Elora, tapi kata-kata ibunya juga terus mengganggu. Apalagi hari ini Elora kembali keluar rumah."Apa benar yang Mami katakan, Elora? Ah, mengapa sulit sekali aku percaya? Sekarang, siapa yang berbohong dan siapa yang dibohongi? Siapa yang harus aku percaya?" tanya Jonas pada dirinya sendiri.Jonas duduk di kantornya, matanya tidak fokus menatap layar komputer. Sejak tadi pagi, rasa gelisah tak henti-henti menghantuinya. Sesekali, ia melihat ponselnya, berharap ada pesan atau panggilan masuk dari Elora. Namun, tak ada apa pun. Hanya keheningan yang membuatnya semakin resah.“Kenapa perasaanku tidak enak begini?” gumamnya pelan sambil meremas jemarinya. Ia mencoba menghubungi Elora sekali lagi, namun kali ini ponselnya tidak aktif."Elora, di mana kau?” bisiknya, penuh kekhawatiran.Di
"Alex, ayo kita susul!""Sekarang, Pak?""Iya."Jonas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Di sampingnya, Alex duduk diam, sesekali melirik ke arah Jonas dengan khawatir. Wajah Jonas pucat, pandangannya tajam ke arah jalan di depan, seperti mengejar sesuatu yang nyaris tak terlihat.“Kau yakin tempat ini, Alex?” Jonas bertanya tanpa menoleh.“Ya, Pak. Ini lokasi terakhir yang terdeteksi dari ponsel Bu Elora,” jawab Alex hati-hati, takut membuat Jonas semakin gelisah.“Kenapa firasatku buruk sekali? Rasanya seperti ada sesuatu terjadi padanya,” gumam Jonas, hampir pada dirinya sendiri.Alex mengangguk kecil, tapi tidak berani berkomentar lebih jauh. Ia tahu, Jonas benar-benar tidak tenang. Mereka akhirnya tiba di jalan di pinggir jurang, tempat terakhir di mana Elora terdeteksi.Jonas keluar dari mobil dengan cepat dan berjalan ke tepi jurang. Ia menatap ke bawah, tapi kabut tebal menutupi dasar jurang. Hanya ada jejak ban yang tampak tergelincir di tepi jalan."Ini bekas ban,"
Jonas duduk di tepi ranjangnya, menatap jendela dengan pandangan kosong. Di luar, matahari terbenam, tetapi sinarnya yang lembut dan hangat sama sekali tidak mengusik hatinya yang dingin dan kosong. Sejak berita itu datang, ia tak lagi memiliki semangat hidup.Rini masuk ke kamar Jonas dengan langkah hati-hati, menahan napas, melihat punggung anaknya yang membungkuk dalam kesedihan."Jonas, sayang," suara Rini terdengar lembut. "Kau harus makan. Sudah berhari-hari kau tak menyentuh apa pun."Jonas tak bergeming. Hanya helaan napas panjang yang terdengar darinya."Mami, biarkan aku sendiri...," gumamnya tanpa menoleh."Jonas, sudah dua minggu pencarian dilakukan. Mereka sudah mencoba segalanya. Kau tak bisa terus-terusan seperti ini."Jonas menggeleng. "Mami, mereka belum menemukan apa-apa. Elora belum ditemukan. Bagaimana mereka bisa memutuskan dia sudah meninggal?" Suaranya penuh perlawanan dan kepedihan yang mendalam.Rini menarik kursi, duduk di sebelahnya. "Jonas, kau harus meneri
Jonas tak pernah menyerah untuk mendekati Elora. Setelah membantunya melawan Raymond, ia sadar bahwa cintanya pada Elora tak pernah padam. Namun, ia tahu bahwa memperbaiki kepercayaan yang telah hancur tidaklah mudah.Setiap minggu, Jonas menyempatkan diri mengunjungi EL Company, tidak dengan niat mengganggu, tetapi untuk menunjukkan dukungannya. Ia datang dengan membawa ide-ide baru untuk bisnis, atau sekadar menawarkan bantuan jika Elora membutuhkan.“Aku tidak meminta kau untuk langsung menerimaku kembali, Elora,” kata Jonas suatu hari saat mereka sedang berdiskusi di ruang rapat. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku ada disini, siap membuktikan bahwa aku bukan seperti Papi.”Elora menatapnya, matanya penuh keraguan namun juga kehangatan yang ia coba sembunyikan. “Aku tidak tahu, Jonas. Luka ini terlalu dalam. Butuh waktu untuk menyembuhkannya.”“Aku punya seumur hidup untuk menunggu,” balas Jonas dengan senyum kecil.Hubungan mereka mulai membaik, meski perlahan. Elora tidak lagi m
Elora menatap Jonas yang berdiri di depannya. Wajah pria itu penuh tekad, meskipun garis-garis kelelahan terlihat jelas. Jonas masih pria yang sama, penuh semangat melindungi orang-orang yang ia sayangi.“Aku tahu kau mungkin membenciku sekarang, Elora,” ujar Jonas perlahan, suaranya bergetar. “Tapi aku tidak bisa hanya diam melihat kau dihancurkan seperti ini.”Elora menghela nafas panjang. Ia ingin menolak, ingin mengatakan bahwa ia cukup kuat untuk mengatasi semuanya sendiri. Namun, ia tahu kenyataannya berbeda. Ia tidak mengenal Raymond sedalam Jonas, dan ancaman dari lelaki itu semakin nyata.“Aku tidak membencimu, Jonas,” akhirnya Elora menjawab. “Aku hanya tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi.”Jonas tersenyum tipis. “Aku tidak meminta kepercayaanmu. Aku hanya ingin membantumu. Kau tahu aku bisa.”Setelah beberapa detik hening, Elora mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi ini tidak berarti aku melupakan masa lalu.”Jonas segera mengambil langkah. Ia menggunakan jaringan lama
Kehidupan Elora yang semula berjalan stabil kembali diusik oleh kejahatan tak terduga. Setelah penolakan tegasnya terhadap Raymond, sebuah video tak senonoh tiba-tiba muncul di media sosial. Video itu diklaim sebagai bukti bahwa Elora pernah bekerja sebagai gadis malam, sesuai rumor yang selama ini mengintainya. Elora mendapati video itu saat sedang berada di kantor. Damian, yang mengetahui berita tersebut lebih dulu, langsung bergegas ke kantornya. "Elora, kau harus melihat ini," ujar Damian dengan wajah serius, menunjukkan ponselnya. Elora menatap layar ponsel itu dengan alis berkerut. Ia melihat video seorang wanita yang wajahnya sengaja disamarkan, tetapi dengan narasi dan bukti palsu yang membuatnya terlihat seperti dirinya. “Itu bukan aku!” tegas Elora, suaranya bergetar. Damian menggenggam bahu Elora. “Aku tahu itu bukan kau. Tapi kita harus bertindak cepat. Ini fitnah yang serius.” Video itu menyebar seperti api. Media-media gosip segera mengambilnya sebagai bahan berita
Kerjasama antara Elora Yugev dan Mr. Donovan membawa EL Company ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan investasi besar dan pengalaman Donovan di dunia bisnis, Elora berhasil mengimplementasikan strategi-strategi inovatif yang membuat perusahaannya menjadi sorotan di pasar. EL Company kini tidak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga mulai menarik perhatian internasional."Kerja kerasmu luar biasa, Elora," ujar Donovan suatu pagi di ruang rapat. "Aku jarang melihat seseorang dengan dedikasi seperti ini. Kau benar-benar mengubah arah perusahaan ini.""Terima kasih, Mr. Donovan," jawab Elora sambil tersenyum. "Namun, ini semua tidak mungkin tanpa dukungan Anda."Donovan tersenyum tipis. "Aku hanya membuka jalan, sisanya adalah hasil usahamu."Sementara itu, Damian Yugev kembali membuktikan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin. Setelah beberapa bulan membangun kembali jaringan dan memanfaatkan nama baiknya, ia berhasil mendirikan sebuah perusahaan baru yang mulai mencuri perhatian."Sia
Kehidupan keluarga Yugev perlahan kembali berjalan normal setelah badai panjang yang mereka hadapi. Damian Yugev memulai kembali dari nol. Meskipun pernah menjadi salah satu pebisnis terbesar di masanya, ia kini harus menata ulang segalanya sebagai pebisnis pemula. Tidak mudah, tetapi Damian adalah sosok yang pantang menyerah."Papa, Papa pernah di atas," kata Elora saat makan malam bersama Damian dan Anita di rumah mereka yang sederhana namun nyaman. "Aku yakin Papa bisa kembali ke sana."Damian tersenyum, menatap putrinya dengan penuh haru. "Papa sudah pernah merasakan kehilangan segalanya, Nak. Kalau sekarang harus memulai dari nol, itu tidak masalah. Yang penting, kita masih punya keluarga."Anita Yugev, meskipun masih trauma dengan apa yang mereka alami, perlahan mulai menemukan ketenangan. Ia tidak lagi hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan keluarga Zein. Kehancuran Matheo dan keluarganya menjadi akhir dari mimpi buruk yang selama ini menghantui mereka.Elora kini menjadi sor
Dunia bisnis kembali digemparkan. Setelah bertahun-tahun penuh dengan intrik dan manipulasi, akhirnya kejahatan yang dilakukan Matheo Zein terhadap keluarga Yugev terungkap ke publik. Penyidikan panjang, didukung oleh bukti-bukti yang Elora bawa, mengungkapkan bahwa kebangkrutan dan kecelakaan yang menimpa Damian Yugev bukanlah kecelakaan biasa. Semua itu adalah hasil dari rencana kejam Matheo untuk merebut kekayaan keluarga Yugev dan menghapus jejak mereka dari dunia bisnis.Damian Yugev, yang dulu dihancurkan namanya, kini mendapatkan keadilan. Pengadilan memutuskan Matheo bersalah atas serangkaian kejahatan, termasuk penggelapan, pemalsuan dokumen, dan percobaan pembunuhan. Hukuman berat dijatuhkan, dan reputasi keluarga Zein yang selama ini dijaga dengan penuh manipulasi hancur dalam sekejap.Keputusan pengadilan memicu reaksi berantai. Para investor yang sebelumnya percaya pada keluarga Zein mulai menarik diri dari perusahaan mereka, tak ingin terlibat dalam skandal besar ini. S
Kantor EL Company dipenuhi dengan hiruk-pikuk aktivitas. Elora duduk di kursi eksekutifnya, tampak tenang meski banyak yang tahu betapa sibuknya pikirannya. Kemenangan yang baru diraih masih menjadi perbincangan hangat di media, tetapi bagi Elora, itu hanyalah salah satu langkah dari rencana panjangnya.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Jonas muncul, wajahnya penuh dengan campuran rasa bersalah dan tekad. Ia tampak lebih tua dari terakhir kali Elora melihatnya, seolah-olah beban hidup mulai menghancurkan pria yang dulu begitu percaya diri itu.“Elora,” katanya dengan suara parau. Ia berdiri di ambang pintu, tak berani melangkah lebih jauh. “Bisakah kita bicara?”Elora memandangi Jonas dengan tatapan datar. “Kalau kau datang untuk memohon, aku rasa kau membuang waktumu. Kau sudah membuat pilihan, Jonas. Dan aku bukan pilihan itu.”Tapi Jonas tidak menyerah. Ia masuk lebih dalam ke ruangan itu, menutup pintu di belakangnya. “Aku salah, Elora. Semua yang aku lakukan adalah kesalahan.
Kehebohan yang ditimbulkan oleh kembalinya Elora ke dunia bisnis bukan hanya mengguncang dunia usaha, tetapi juga mengguncang kehidupan pribadi keluarga Zein. Dalam sekejap, kehidupan mereka berubah menjadi sorotan media. Wartawan mengepung rumah dan kantor mereka, sementara berita tentang pengembalian Elora ke EL Company membuat judul-judul utama di surat kabar.Tidak hanya itu, kenyataan bahwa Jonas telah menikah lagi dengan Bianca setelah mengumumkan kematian Elora, semakin memperburuk citra keluarga Zein.Elora, di sisi lain, tampaknya menikmati setiap momen dari kehebohan ini. Dia berdiri tegak di depan layar televisi, menyaksikan pemberitaan tentang dirinya, sambil tersenyum lebar. Di matanya, semuanya berjalan sesuai rencana. Setelah bertahun-tahun berada dalam bayang-bayang, akhirnya dia mendapatkan kembali apa yang menjadi haknya.Namun, kemenangan Elora tidak hanya terbatas pada kembali ke perusahaan yang telah dirampas darinya, melainkan juga pada sesuatu yang lebih besar
Matheo duduk di kursi kepala meja dengan wajah memerah, sementara Rini berjalan mondar-mandir sambil melontarkan makian kepada Elora.“Kita harus bertindak sekarang!” seru Rini. “Wanita itu mempermalukan kita di depan dunia!”“Kita sudah menyiapkan gugatan hukum,” jawab Matheo dengan nada datar. “Tim legal kita akan menuduhnya melakukan pencemaran nama baik dan penyelewengan dokumen perusahaan.”Rini mengangguk setuju. “Bagus. Ini akan membuatnya sadar bahwa dia tidak bisa seenaknya merampas apa yang bukan miliknya.”“Jonas, kau akan mendukung langkah ini, kan?” tanya Matheo, menatap putranya.Jonas mengangkat bahu, wajahnya tampak tanpa emosi. “Kalian lakukan saja apa yang menurut kalian benar. Aku tidak peduli.”Rini membanting tangannya ke meja. “Kau benar-benar tidak berguna, Jonas! Ini semua salahmu! Jika kau tidak menikahi wanita itu, kita tidak akan berada dalam kekacauan ini!”Jonas tidak menjawab, hanya berdiri dari kursinya dan meninggalkan ruangan.Berita tentang gugatan ya