Seika berjongkok lalu meletakkan seikat bunga Baby's Breath di atas makam Satria. Dia termenung selama beberapa saat sambil menatap kosong gundukan tanah basah yang ada di hadapannya. Sampai sekarang Seika masih tidak menyangka jika Satria pergi meninggalkannya secepat ini. Padahal rasanya seperti baru kemarin dia mendengar suara sang kakak.Helaan napas panjang lolos begitu saja dari bibir mungil Seika. Rasanya Seika ingin sekali menyusul kedua orang tuanya dan sang kakak ke surga karena masalahnya dan Devan tidak kunjung menemukan titik temu. Namun, dia sudah berjanji akan bertahan demi Cherry. Lagi pula dia tidak mungkin tega meninggalkan Cherry karena anak itu hanya memilikinya di dunia ini."Hai, Bang. Gimana kabarnya?" Seika menarik napas panjang untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dalam dadanya. "Ini baru tiga hari, tapi Seika udah kangen banget sama Abang."Cherry yang berjongkok di samping Seika tiba-tiba mendekat, tangannya yang kecil perlahan bergerak, memeluk tubuh S
'Lo goblok banget Paman Devan. Buang berlian demi batu kali kayak Flora. Lihat tuh, Seika sayang banget sama anak lo'-NOAH-Devan melihat foto yang Noah kirim pada dirinya dengan lekat. Foto Seika yang sedang menikmati es krim bersama Cherry. Seika terlihat sangat sayang dan perhatian pada putrinya, Cherry pun tampak nyaman dan senang berada di dekat Seika.Bukan satu dua tahun dia menjalani hidup sendiri setelah Elea meninggal, tapi lima tahun. Selama itu pula dia berusaha keras menutup pintu hatinya untuk gadis mana pun demi menepati janjinya pada mendiang Elea. Hingga suatu hari dia bertemu dengan Seika. Gadis bodoh dan ceroboh yang tiba-tiba dipanggil mama oleh putrinya. Entah sihir apa yang Seika miliki hingga berhasil menghapus nama Elea dari dalam hatinya.Tiga bulan yang lalu dia pun memutuskan untuk menikahi gadis itu. Dia membuat pesta lamaran dan pernikahan yang sangat mewah untuk Seika. Dengan bangga dia memperkenalkan Seika sebagai istrinya di depan semua tamu undangan y
Bara berulang kali melihat jam tangannya, menunggu jarum panjang menunjuk angka dua belas dengan tidak sabar. Dia cepat-cepat beranjak dari tempat duduknya setelah memastikan kalau sekarang sudah waktunya makan siang."Kamu mau pergi, Bar?""Ah ...." Bara yang baru saja keluar dari ruangannya refleks mengusap dadanya karena terkejut mendengar pertanyaan dari seorang gadis berambut hitam yang berdiri di belakangnya."Maaf kalau aku mengagetkanmu." Gadis bernama Ruwi itu menatap Bara penuh dengan rasa bersalah."Tidak apa-apa Ruwi. Jangan minta maaf."Ruwi tersenyum lega. "Ada restoran sea food yang baru buka dekat sini. Apa kita bisa makan siang bersama, Bar?"Ruwi menatap Bara dengan penuh harap. Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu memang sudah menaruh hati pada Bara sejak bekerja di perusahaan Devan. Namun, Bara ternyata susah sekali untuk didekati."Maafkan aku Ruwi."Jantung Ruwi seketika mencelus, kesedihan tergambar jelas di wajahnya karena Bara lagi-lagi menolak ajakannya. "A
Bara melepas kaca mata minusnya, lalu memijit pangkal hidungnya dengan pelan untuk menghilangkan rasa penat di kepalanya. Jarum jam yang menempel di dinding kamar menunjuk angka sebelas. Seharusnya Bara sekarang beristirahat karena sudah larut malam. Namun, dia malah berkutat dengan laptop dan tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya untuk menyelesaikan laporan anggaran bulanan karena harus diserahkan kepada kepala bagian keuangan besok pagi.Bara meraih segelas air putih yang ada di hadapannya karena tenggorokannya terasa kering. Namun, air minumnya ternyata sudah habis. Dia pun terpaksa meninggalkan pekerjaannya sebentar untuk mengambil air putih di dapur.Kening Bara berkerut dalam melihat seorang gadis yang duduk di meja makan dalam keadaan gelap karena lampu dapur tidak dinyalakan. Gadis berambut cokelat itu berulang kali menghela napas panjang sambil memandangi layar ponselnya."Seika?"Seika tersentak karena lampu dapur tiba-tiba menyala. Suasana dapur yang semula gelap p
Noah menatap bangunan megah yang ada di hadapannya dengan malas. Dia menghela napas panjang sebelum melangkahkan kedua kakinya masuk ke dalam. Noah sebenarnya malas sekali menginjakkan kedua kakinya di tempat ini. Namun, dia harus melakukannya demi Seika dan Cherry.Noah menekan bel yang ada di hadapannya begitu tiba di lantai sembilan. Setelah tiga menit menunggu terdengar suara wanita yang berasal dari speaker kecil di depannya."Siapa?"Noah membetulkan topinya agar wajahnya tidak terlihat di layar interkom. "Saya pengantar pizza."Tidak lama kemudian pintu yang berada di hadapannya terbuka. Noah pun mengangkat kepalanya lantas tersenyum licik pada wanita yang membukakan pintu untuknya."Hai, Flora.""Kamu?!" Kedua mata Flora sontak membulat ketika melihat Noah. Dia pikir yang datang pengantar pizza, tapi ternyata Noah. Apa cowok tengil itu membohonginya?"Lama kita tidak bertemu, Flora. Bagaimana kabarmu?" Noah menatap Flora dari atas sampai bawah. Wanita itu sekarang memakai gaun
Devan mengendarai mobilnya dengan sedikit kencang menuju apartemen Bara. Untung saja dia tidak menyetir secara ugal-ugalan meskipun dia ingin sekali bertemu dengan Seika sekarang.Raut menyesal dan bersalah tergambar jelas di wajah tampan Devan. Dia merasa sangat menyesal sudah menyakiti Seika. Dia bahkan tidak ada di samping gadis itu ketika Satria meninggal. Seika pasti sangat marah dan kecewa pada dirinya.Andai saja dia tidak bertemu kembali dengan Flora. Andai saja dia tidak tergoda dengan iming-iming cinta pertama. Andai saja ....Stop!Devan tidak ingin berandai-andai lagi. Lebih baik dia segera menemui Seika untuk meminta maaf. Semoga saja gadis itu mau memaafkan kesalahannya.Devan memarkirkan Mercedes Benz G65 miliknya di basemen dengan mulus. Dia cepat-cepat turun dari mobilnya lalu pergi ke apartemen Bara yang berada di lantai sembilan. Tanpa menunggu waktu lama dia segera menekan bel yang ada di hadapan.Jantung Devan berdetak cepat, telapak tangannya pun terasa sangat di
'Tuhan, saya memang bukan hambamu yang taat. Saya bahkan jarang berdoa dan pergi ke Gereja. Namun, saya kali ini datang untuk memohon pertolongan-Mu. Tolong selamatkan istri dan calon buah hati saya.'-Marcellio Devan-...Sudah satu jam lebih Devan duduk sendirian di sana. Di Gereja kecil yang masih berada di dalam satu wilayah dengan rumah sakit. Devan jarang sekali berdoa dan pergi ke Gereja. Akan tetapi dia sekarang merasa sangat putus asa. Dia ingin meminta tolong pada Sang Maha pemberi hidup untuk keselamatan Seika dan calon buah hatinya.Masih tergambar jelas di ingatan Devan ketika melihat Seika yang begitu kesakitan sambil memegangi perutnya bagian bawahnya. Cairan kental berwarna merah keluar dari tubuh bagaian bawah Seika hingga membasahi lantai apartemen Bara.Berbagai kemungkinan buruk terus melintas di pikiran Devan. Apa lagi keadaan Seika tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh mendiang Elea. Enam tahu yang lalu Elea sedang mengandung buah hatinya. Kondisi kand
"Mama benar-benar kecewa sama kamu, Devan!" geram Diana terdengar kesal. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu langsung pulang dari Jepang setelah Noah memberitahu dirinya kalau Seika mengalami keguguran dan harus dirawat selama beberapa hari di rumah sakit.Melihat keadaan Devan yang begitu kacau membuat Diana merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Devan dan Seika selama dia tinggal ke Jepang untuk merawat orang tuanya yang tinggal di sana. Noah pun akhirnya memberitahu Diana masalah yang terjadi pada rumah tangga Seika dan Devan. Semuanya tanpa ada yang dikurangi sedikit pun. Tentang Devan yang selingkuh dengan Flora hingga ingin menceraikan Seika.Diana yang mendengar cerita Noah merasa sangat syok. Dia tidak pernah menyangka jika Devan tega menyakiti Seika karena hubungan mereka selama ini terlihat baik-baik saja. Seika bahkan terlihat bahagia setelah menikah dengan Devan. Apa mungkin Seika selama ini menutupi keburukan Devan dari dirinya?"Mama tidak pernah meng
Devan mengerjapkan kedua matanya perlahan ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat Seika yang masih tertidur lelap di dalam dekapannya.Waktu ternyata berjalan dengan begitu cepat. Tidak terasa sudah dua tahun lebih dia menjalani hidup rumah tangga bersama Seika. Devan pikir dia akan merasa jenuh, tapi perasaannya pada Seika ternyata tidak berubah, malah tumbuh semakin besar.Devan mendekap Seika semakin erat lalu mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir gadis itu. Sebuah rutinitas yang selalu dia lakukan setiap pagi."Kamu udah bangun, Mas?" "Iya."Tumben banget Mas udah bangun. Memangnya sekarang jam berapa, sih?"Devan melirik jam yang menempel di dinding kamar sebelum menjawab pertanyaan Seika."Hampir jam tujuh."Kedua mata Seika sontak terbuka, dia ingin bangun karena harus menyiapkan sarapan untuk Devan dan Cherry, tapi kepalanya mendadak terasa pusing."Kamu baik-
Devan terpaksa menunda bulan madunya yang kedua bersama Seika karena Bara tidak memberinya waktu untuk beristirahat sedikit pun semenjak menggantikan Pramudya menjadi sekretaris sekaligus orang kepercayaannya. Sejak pagi dia harus memeriksa laporan, lalu meninjau proyek pembangunan hotel baru miliknya setelah itu bertemu dengan beberapa investor dari luar negri sampai sore. Rasanya benar-benar melelahkan.Devan melonggarkan dasi yang terasa seperti mencekik lehernya setelah itu menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku. Helaan napas panjang lolos dari bibirnya setelah melihat tumpukan berkas yang ada di atas meja. Entah kenapa berkas tersebut masih banyak padahal dia sudah memeriksanya sejak tadi."Aku sudah selesai merevisi perjanjian kerja sama dengan CT Corp. Jangan lupa baca berkas perjanjian itu dengan teliti sebelum tanda tangan." Bara meletakkan berkas yang dibawanya tepat di depan Devan."Apa kamu tidak lihat sekarang jam berapa?"Bara melihat benda mungil bertali yang m
"Jadi gimana? Mas udah dapat izin dari Bara buat ajak aku tinggal di rumah lagi?" Seika meletakkan sendoknya karena es krim-nya sudah habis.Mereka mampir ke sebuah toko es krim setelah menjemput Cherry di sekolah. Devan seperti seorang pengasuh yang sedang menjaga dua bayi sekarang, sejak tadi yang dia lakukan hanya diam memandangi Seika dan Cherry yang begitu lahap menyantap es krim mereka."Mau tambah lagi?"Seika refleks mengangguk mendengar pertanyaan Devan barusan karena satu gelas es krim tidak akan bisa membuatnya kenyang. Namun, sedetik kemudian dia menggelengkan kepala. "Ish ... jawab dulu pertanyaanku. Bara ngasih Mas izin nggak buat bawa aku?"Devan mengangguk lalu mencomot satu buah cookies milik Cherry yang ada di atas meja. Rasanya ternyata terlalu manis dan Devan kurang menyukainya, kecuali bibir Seika. Entah kenapa bibir gadis itu seperti candu yang membuatnya selalu ketagihan."Sungguh?" Seika menatap Devan dengan pandangan tidak percaya."Iya ...," jawab Devan sambi
Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam ruangan serba putih itu tidak berhasil mengusik sepasang sejoli yang sedang tidur di atas ranjang. Seika tidur begitu nyenyak dalam dekapan Devan. Dia bahkan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Devan seolah-olah dada lelaki itu adalah tempat paling nyaman baginya.Devan semakin mempererat dekapannya ketika merasakan pergerakan kecil dari Seika. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika teringat dengan kejadian yang dialaminya semalam. Devan tidak pernah menyangka kalau Seika akhirnya mau memaafkan semua kesalahannya dan memberi kesempatan. Padahal kesalahan yang dia lakukan sangat fatal. Dia benar-benar beruntung.Devan bersumpah, dia akan berusaha untuk membahagiakan Seika dan tidak akan pernah menyakiti hati gadis itu. Itu janjinya."Terima kasih sudah memberi saya kesempatan, Seika. I love you ...." Devan mengecup puncak kepala Seika dengan begitu dalam seolah-olah mencurahkan seluruh perasaannya pada gadis itu.Apa yang
"Seika."Seika tergagap ketika Bara menyentuh lengannya pelan."Kita sudah sampai."Seika mengedarkan pandang ke sekitar. Dia tidak menyadari jika mobil yang membawanya berhenti di depan rumahnya karena terlalu memikirkan Devan.Bara melepas sabuk pengamannya, setelah itu turun dan membukakan pintu mobil untuk Seika. "Hati-hati," ucapnya sambil menaruh telapak tangannya di atas puncak kepala Seika untuk melindungi gadis itu.Seika mengangguk, dia turun dengan hati-hati dari mobil Bara. Namun, dia nyaris terjatuh karena kedua lututnya terasa gemetar, untung saja Bara dengan cepat menahan tubuhnya."Kamu baik-baik saja?" Raut cemas tergambar jelas di wajah tampan Bara. Kedua tangannya melingkar di pinggang Seika dengan erat."Kepalaku pusing."Tanpa banyak kata Bara menggendong Seika ala brydal style masuk ke dalam rumahnya. Seika menyandarkan kepalanya di dada bidang Bara, tubuhnya terasa sangat lemas karena kebanyakan menangis. Apa lagi tidak ada makanan apa pun yang masuk ke dalam pe
Bara menghela napas panjang, padahal tadi siang langit terlihat begitu cerah. Namun, sekarang malah turun hujan, bahkan sangat deras. Cuaca akhir-akhir ini memang sulit diprediksi, apa lagi di pergantian musim seperti sekarang. Saat siang cuaca terasa sangat panas, tapi bisa sangat dingin ketika malam.Bara melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah jam delapan malam. Entah kenapa perasaan Bara sejak tadi tidak tenang. Dia terus kepikiran dengan Seika padahal gadis itu pasti sedang bersenang-senang bersama Cherry dan Devan.Jujur saja Bara sampai sekarang masih memiliki perasaan pada Seika. Namun, dia akan berusaha keras melupakan perasaannya karena bagaimana pun juga Seika sudah menjadi milik Devan."Anak ibu kenapa? Ibu perhatikan kamu melamun terus dari tadi."Bara sontak menoleh, menatap sang ibu yang sedang menyentuh lengannya dengan lembut. "Bara baik-baik saja, Bu," jawabnya sambil mengulas senyum pada wanita yang sudah melah
Suasana Univers Cafe pagi ini tidak begitu ramai, mungkin karena tempat makan itu baru saja dibuka. Biasanya Devan selalu datang tepat pukul sembilan. Namun, lelaki itu belum kelihatan batang hidungnya sampai sekarang.Apa mungkin Devan tidak datang?"Ini pesanan Anda, Nona. Selamat menikmati." Seika menaruh sepiring nasi goreng sea food di atas meja sambil melirik ke arah pintu. Raut kecewa tergambar jelas di wajah cantiknya karena lelaki yang dia tunggu sejak tadi tidak kunjung datang.Kenapa Devan tidak datang? Apa lelaki itu sudah lelah memperjuangkannya?"Maaf, saya tidak pesan nasi goreng sea food, Mbak."Seika tergagap, dia pun buru-buru mengambil nasi goreng tersebut dan meminta maaf. "Maaf, saya salah meja.""Tidak apa-apa, Mbak."Seika tersenyum sungkan pada pelanggan tersebut lalu mengantar nasi goreng sea food yang dibawanya ke meja nomor empat."Salah nganter pesanan lagi?" tanya salah satu temannya ketika dia kembali ke belakang."Enggak.""Bohong. Aku tadi lihat sendiri
Seika mengusap rambutnya yang sedikit basah dengan handuk kecil sambil melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja. Tanpa sadar dia mendengkus kesal karena tidak ada notifikasi masuk di ponselnya padahal Devan biasanya selalu memberi kabar jika sudah tiba di rumah.Kenapa Devan tidak memberi kabar sampai sekarang? Apa lelaki itu belum tiba di rumah?"Ish! Aku kenapa, sih?" Seika refleks memukul kepalanya sendiri setelah menyadari apa yang baru saja dia pikirkan. Seharusnya dia tidak perlu merasa cemas karena dia masih marah dengan Devan. Namun, Seika tidak bisa membohongi perasaannya sendiri kalau dia khawatir dengan lelaki itu.Haruskah dia menghubungi Devan lebih dulu?Seika pun mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Selama tiga puluh detik yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi layar ponselnya. Rasanya Seika ingin sekali mengirim pesan pada Devan. Namun, dia terlalu gengsi untuk melakukannya. Lagi pula dia seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan lelaki itu.Seika me
"Seika, aku pulang dulu, ya?""Iya," sahut Seika sambil menyeret satu kantong plastik sampah berukuran besar ke belakang untuk dibuang. Gadis itu menjadi orang terakhir yang berada di Univers Cafe karena mendapat tugas untuk menutup kafe hari ini."Butuh bantuan?"Seika mendongak agar bisa menatap wajah temannya yang berdiri tepat di hadapan sebelum membuang kantong sampah terakhir yang dia bawa ke tempat pembuangan sampah."Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri," tolaknya halus."Jangan lupa periksa kembali bahan makanan yang ada di kulkas dan oven sebelum pulang.""Iya."Selesai membuang sampah, Seika bergegas memeriksa bahan makanan di kulkas untuk besok. Tidak lupa dia memeriksa oven apakah sudah dimatikan dengan benar agar tidak terjadi kebakaran. Setelah selesai dia segera bersiap untuk pulang dan mengunci pintu kafe.Seika duduk sendirian di depan kafe menunggu ojek online yang dia pesan datang karena Bara tidak bisa menjemputnya. Lelaki itu sedang menunggu sang ibu yang m