Share

Menjadi Ibu Untuk Anakku

last update Last Updated: 2023-05-31 20:46:31

Author punya cerita baru yang akan update tiap hari, nih. Jangan lupa mampir juga, ya. Ceritanya ga kalah seru kok.

“Ternyata kau di sini.” Suara penuh kelegaan muncul di belakang Megan. Memutar pundak wanita itu yang sejak tadi mengabaikan keramaian pesta di balik punggung dengan menyendiri di balkon.

“Bisakah kau membawakanku satu gelas lagi?” Megan menyodorkan gelas kosongnya pada Jelita. Manager yang merapal sebagai asisten pribadinya. 

Jelita mengambil gelas itu dan meletakkannya di samping pot tanaman. “Aku akan memberimu satu botol. Tapi setelah kau ikut denganku." 

“Ke mana?” 

Senyum Jelita terlihat begitu mencurigakan. 

“Aku tahu apa yang kaupikirkan. Tapi kali ini tidak, Je. Aku sedang tak berminat menemui siapa pun. Aku ingin waktu untuk diriku sendiri.” 

Jelita mengembuskan napasnya yang panjang dengan bosan. “Kau selalu membutuhkannya kapan pun kau ingin.” 

“Dan aku menginginkannya se …” 

 “Ayo.” Jelita menarik lengan Megan sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya. Kembali memasuki keramaian pesta. 

“Ke mana?” 

“Aku akan memperkenalkanmu pada CEO mall M-King. Kau tak akan menolaknya.” 

Megan memutar matanya dengan jengah. Seseorang yang hendak Jelita kenalkan padanya pasti seorang pria, dengan penampilan fisik yang tak mengecewakan. Dan CEO, kekayaannya pasti tak bisa dihitung. 

“Kau sudah menandatangi kontrak dengan mallnya.” 

“Aku menandatangani banyak berkas,” gumam Megan. Berhenti sejenak untuk mengambil segelas minuman dari pelayan yang melintas. Akan tetapi Jelita segera merebutnya kembali sebelum gelas itu menyentuh bibirnya. 

“Je,” rengek Megan. 

Jelita tak mendengar, menarik Megan menuju tengah pesta sambil sesekali berhenti untuk menyapa orang-orang dan membalas senyum mereka. Sampai keduanya melintasi lorong yang ada di sudut pusat pesta, menaiki beberapa anak tangga hingga sampai di pinggiran kolam yang jauh dari keramaian. Mengabaikan gerutuan Megan sepanjang perjalanan. 

“Tuan Matteo?” 

Megan terhuyung ke belakang ketika Jelita tiba-tiba berhenti melihat seseorang yang berdiri memunggungi mereka. 

Merasakan tepukan pelan di punggung dan panggilan tersebut, pria itu menoleh dan memutar tubuhnya dengan perlahan. Menampilkan senyumnya yang ramah. “Nona Jelita?” 

Seluruh tubuh Megan membeku, kepucatan segera muncul ke permukaan wajahnya menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya. Menatap wajah tampan yang masih begitu jelas dalam ingatannya. Setelah sekian lama, hanya satu perubahan yang terlihat begitu jelas. Pria itu semakin tampan dan terlihat lebih banyak tersenyum. Tak ada lagi tatapan kepedihan dan kecewa yang pernah dihujamkan padanya. 

“Tuan, ini Megan Ailee. Dan Megan ini tuan Matteo. Mikail Matteo, CEO M-King.” Jelita memperkenalkan keduanya. 

Senyum Mikail sempat terhenti menemukan sosok tak asing yang berdiri di hadapannya. Selama beberapa detik keduanya hanya saling pandang dalam kebekuan, hingga Jelita berdehem dan memecah keterpakuan keduanya. 

Jelita menyenggol pundak Megan. Matanya melemparkan isyarat yang tajam dan membuat Megan tak punya pilihan selain mengulurkan tangan dengan kaku. 

“Megan.” Megan berdehem ketika suaranya terasa begitu kering. 

Sejenak Mikail menatap uluran tangan Megan, lalu tersenyum tipis dan membalas uluran tangan tersebut. “Mikail.” 

“Papa!” teriak seorang anak dari arah samping mereka. Berlari menghampiri Mikail. 

Mikail membungkuk, merentangkan kedua lengan dan menangkap anak kecil itu. Yang langsung melingkarkan kedua lengan mungil di leher Mikail. 

Jelita terpaku, menatap bergantian interaksi Mikail dan anak kecil itu penuh ketidak percayaan. Begitupun dengan Megan, yang berdiri membeku dengan ekspresi seperti tersambar petir. 

“Kiano sudah bosan. Kapan kita pulang?” tanya anak itu setengah merengek sambil menyandarkan kepala di pundak Mikail. 

“Sebentar lagi,” jawab Mikail dengan seulas senyum. 

“Anda memiliki putra yang begitu tampan,” puji Jelita dengan senyum memaksa. Menahan ringisannnya ketika melirik ke arah Megan dengan waspada. 

Mikail mengangguk. Mencium pipi gembul anak kecil itu dengan penuh kelembutan. Dengan pandangan yang tak lepas dari kedua mata Megan. Tak sampai di situ, bahkan Mikail mencoba mengenalkan Kiano dengan Jelita dan Megan. 

Megan mengerjap, menahan kaca di kedua matanya agar tak meleleh ketika menatap uluran tangan mungil anak kecil itu. Tak bisa menahan desakan air matanya yang hendak meluap, Megan memutar tubuh dan berlari pergi. Mengabaikan panggilan Jelita. 

Dengan perasaan yang tak karuan, Megan menerobos kerumunan pesta. Mengabaikan panggilan-panggilan yang mencoba untuk menarik perhatiannya. Langkahnya terseok di antara derai air mata yang menghujani wajahnya. Sampai langkahnya terhenti ketika merasakan keramaian pesta jauh berada di belakangnya. 

Jelita menyentuh pundak Megan, napasnya terengah dengan keras. Terkejut menemukan wajah Megan yang basah ketika mencoba membalik wanita itu menghadapnya. “K-kenapa kau menangis?” 

Megan tak menjawab. Pundaknya naik turun karena isakan yang semakin menjadi. 

“Maafkan aku, Megan. Kudengar dia masing single, aku tak kalau ternyata dia adalah seorang duda.” Jelita berusaha menenangkan Megan. Memegang kedua pundak wanita itu dan membiarkan Megan menangis di pundaknya. Sambil menepuk-nepuk pelan pundak Megan demia meredakan kekecewaan terhadap dirinya. Sungguh ia tidak tahu kalau ternyata si Mikail Matteo itu sudah memiliki seorang putra. Seharusnya ia mencari informasi yang lebih akurat sebelum mencoba menjodohkan pria itu dengan Megan. Untuk mengurangi resiko patah hati. 

“Tapi setidaknya dia memang masih single, kan? Apa kau sekecewa itu?” sesal Jelita seraya mengurai pelukannya dan mengulurkan sapu tangan miliknya. “Apa dia berhasil menarik perhatianmu di pandangan pertama? Atau apakah dia mengingatkanmu pada seseorang?” 

Tangisan Megan mereda. Menyeka air mata dengan sapu tangan Jelita. 

“Aku minta maaf,” lirih Jelita, sekali lagi menepuk pundak Megan dengan lembut. Ia belum pernah melihat Megan seemosi ini, terutama ketika berhubungan dengan seorang pria. Biasanya Megan hanya mengatakan tidak cocok dengan deretan pria-pria yang coba ia sodorkan. Atau pria-pria yang mencoba mengajak wanita itu makan malam. Tak ada satu pun di antara mereka yang mampu menyentuh emosi seorang Megan Ailee, dengan tembok tinggi yang terbangun kuat di hati wanita itu. 

“Aku ingin pulang,” ucap Megan. Mengembalikan sapu tangan Jelita dan melangkah lebih dulu. Melewati halaman yang luas menuju pintu gerbang sang pemilik pesta. 

Jelita mengangguk, menelpon sopir untuk membawa mobil ke dekat gerbang tinggi. Sepanjang perjalanan, Megan hanya melamun sambil menatap ke jendela mobil sedangkan Jelita tak berani mencoba membuka percakapan. Tahu Megan sedang sangat butuh waktu untuk diri wanita itu sendiri. Hingga mobil berhenti di basement gedung apartemen, Megan masih bergeming tenggelam dalam lamunan. 

“Megan?” Jelita memberanikan diri menyentuh pundak Megan. 

Megan mengerjap lalu menoleh menatap Jelita. “Kenapa kau tidak memberitahuku kalau namanya Mikail?” 

Kening Jelita berkerut penuh keheranan dan tanda tanya. Sampai kemudian wanita itu membekap kesiapnya ketika teringat sesuatu. “J-jangan bilang dia Mikail yang itu?” 

Sikap diam Megan cukup sebagai jawaban untuk pertanyaan Jelita, yang membuat wanita itu semakin terperangah. “Kau tidak pernah memberitahuku nama panjangnya. Dan … dan aku benar-benar tak tahu kalau dia ternyata sudah memiliki anak dengan wanita lain. Aku benar-benar minta maaf Jelita. Aku tahu bagaimana hancurnya perasaanmu. Aku sungguh menyesal.” 

Perasaan Megan tak membaik, tetapi semua memang bukan kesalahan Jelita. Jelita hanya tahu ia pernah mengalami patah hati dengan seorang pria bernama Mikail. Tetapi memang dunia ternyata tak seluas yang ia perkirakan. Bahkan baru beberapa hari yang lalu ia menginjakkan kaki di negara ini. 

“Anak itu …” Suara Megan terhenti sesaat. “Dia anakku.”

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Luisana Zaffya
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Luisana Zaffya
Menjadi Ibu Untuk Anakku
goodnovel comment avatar
Holy P5 / Kely P3 / Chloe P2 Arby
bgs.. judulny apa thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   3. Persahabatan Pria dan Wanita

    "Jadi, sekarang kau sudah tahu apa yang akan kau lakukan, kan?" Anne tak sabar jika harus menunggu makan malam mereka selesai untuk membicarakan permasalahan ini.Dengan mulut yang masih dipenuhi nasi, wajah Ibra terangkat. Menatap Anne yang duduk di seberang meja. Meletakkan sendok dan garpu dengan setengah membanting. Sorot kedua matanya menusuk tajam, jika wanita itu tidak segera mendapatkan jawaban, maka bisa dipastikan sendok dan garbu maupun piring yang ada di hadapan Anne melayang ke arahnya."Ya, aku sudah tahu," jawab Ibra sembari mengunyah nasi yang memenuhi mulutnya. Membuat jawabannya tidak terdengar begitu jelas."Apa?"Ibra menelan semua makanannya, meneguk air putih di gelas dan kembali menatap wajah Anne. "M-menurutmu apa yang harus kulakukan?"Anne mendelik galak. "Menikah."Ibra menelan ludahnya. "Tidak semudah itu menikah, Anne. Apalagi dengan pria yang tidak kucintai.""Pria?""Wanita maksudku," koreksi Ibra buru-buru. "Kau tahu bagaimana rasanya menikah dengan pri

    Last Updated : 2023-06-04
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   4. Perasaan Yang Berlebihan

    Anne merasa tak nyaman dengan tatapan Luciano yang terus melekat padanya dari balik cermin. Pria itu berdiri bersandar di tiang ranjang dengan kedua tangan bersilang dada, menghadap ke arahnya yang duduk di kursi rias. Baru saja selesai membersihkan wajah dan hendak menyisir rambut. Menatap lurus ke arahnya.“Ada apa?” Anne kembali meletakkan sisirnya di meja, memutar tubuh menghadap sang suami. “Apakah ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku?”Luciano tak langsung menjawab, matanya menyipit berusaha mendalami ekspresi di wajah sang istri. “Jika kau hanya boleh memilih satu orang, apakah kau akan memilihku?”“Aku tak mengerti apa maksud pertanyaanmu, Luciano.”Luciano menegakkan punggung, melangkah mendekati Anne tanpa melepaskan tatapan pria itu dari kedua mata sang istri. Seolah tak puas hanya menemukan kepolosan di sana. Ingin sekali ia membuka setiap lapisan perasaan di hati Anne kepadanya dan memastikan semuanya hanya miliknya. “Perhatianmu terlalu berlebihan padanya, Anne.

    Last Updated : 2023-06-06
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   5. Menyerah

    “Kau bertengkar dengan Luciano?” tanya Ibra begitu duduk di samping Anne yang melamun menatap halaman belakang luas yang tak menarik. Menyodokkan lengannya pada siku wanita itu.Anne mendesah pelan, sudah tiga hari ia dan Luciano tak saling menyapa. Pria itu mengabaikan dirinya. Meski terkadang keduanya sama-sama berada di ruang tidur baby Zha, tetap saja pria itu tak bicara padanya.“Bagaimana dengan kencan butamu?”Pertanyaan tersebut segera mengubah senyum Ibra melengkung ke bawah. “Ehmm, kau butuh saran untuk memperbaiki hubunganmu dan Luciano?” tanyanya secepat mungkin mengalihkan pembicaraan.Anne memutar tubuh, sepenuhnya menghadap Ibra yang segera menghindari tatapan penuh interogasinya. “Kau melarikan diri di tengah kencan? Melakukan sesuatu yang konyol? Atau bahkan tidak datang?”Mata Ibra segera mengerjap gugup. Ketiga tebakan Anne benar adanya. Ya, hari pertama ia sengaja pergi di tengah acara makan tersebut, menumpahkan jus ke bajunya yang membuat teman kencannya angkat k

    Last Updated : 2023-06-20
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   Hadiah

    Terima kasih untuk para pembaca yang masih mengikuti kisah Luciano dan Anne. Yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga cerita ini memenangkan kontes 'Dari Terpaksa Jadi Ada Rasa' yang diadakan oleh GoodNovel dan mendapatkan ranking ke 2 Sebagai bentuk apresiasi GoodNovel pada pembaca setia cerita ini, pihak GoodNovel menghadiahkan koin pada pembaca. Dan author memutuskan memberikan hadiah tersebut pada kak adelputri_0517. Yang telah menunjukkan apresiasi terbesarnya dalam cerita 'Gadis Kecil Kesayangan sang Presdir' Untuk kak adelputri_0517, harap hubungin kontak wa 082352183117 dan kirim screenshoot username dan userid untuk klaim hadiah. Terima kasih banyak untuk semuanya. Sehat dan sukses selalu untuk kalian. Salam L...

    Last Updated : 2023-06-22
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   6. Cinta Yang Lain

    Perintah Luciano terlambat dititahkan begitu mobil yang ditumpangi Anne sudah keluar dari gerbang. Luciano bergegas berpakaian dan berlari turun ke lantai satu. Langsung menuju carport dan melaju dengan kecepatan tinggi. Salah satu penjaga gerbang mengarahkannya untuk berbelok ke kanan. Menekan pedal gas dalam-dalam.Kejengkelannya pada Anne bercampur dengan kekesalan pada dirinya sendiri yang terlambat menyadari maksud kalimat wanita itu sebelum keluar kamar mandi.Tak sampai lima menit, dari kejauhan ia berhasil menemukan mobil Anne yang ditumpangi Anne. Akan tetapi ada yang janggal ketika mobilnya bergerak semakin dekat. Mobil Anne berhenti di tepi jalan. Jantungnya serasa melompat keluar dari dalam dadanya. Ban mobilnya berdecit keras ketika ia menekan rem dalam-dalam tepat di depan mobil Anne. Sengaja menghalangi jika Anne mencoba kabur lagi meski ia lebih dicemaskan mobil Anne yang berhenti seperti ini.Ada kelegaan melihat bagian belakang dan depan mobil yang terlihat baik-baik

    Last Updated : 2023-06-24
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   7. Remahan Patah Hati

    “Kau baik-baik saja, Anne?” Ibra yang berdiri di tepi ranjang pasien gegas memeluk Annedengan kecemasan yang begitu kental. Lalu sedikit mengurai pelukannya, dengan kedua tangan masih memegang kedua pundak Anne. mengamati tubuh wanita itu dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan penuh ketelitian. Memastikan tak ada luka seujung kuku pun di tubuh sang sahabat. “Tadi aku masuk ke kamar dan ketiduran. Lalu saat akan makan, pelayan mengatakan kau ada di rumah sakit.” “Tenanglah, Ibra. Aku baik-baik saja. Hanya … ini masih pengaruh persalinan. Dokter sudah menanganinya.” Anne menjelaskan dengan penuh ketelatenan. “Lalu kenapa pelayan mengatakan kau kabur membawa baby Zha?” Saat itulah perhatian Ibra tertuju pada Luciano yang duduk di tepi sisi lain ranjang. Dengan tatapan yang menajam ke arahnya. “Kalian bertengkar hebat?” Tatapan Luciano semakin menajam, bahkan disertai dengan geraman yang sama sekali tak membuat Ibra gentar. Dan semua itu karena Anne. “Tidak lagi,” jawab Anne. “Apa

    Last Updated : 2023-08-10
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   8. Penyesalan Dan Kecemburuan

    Ibra menelan ludahnya dengan gertakan tersebut. "Akhir-akhir ini hubungan kalian sedang tak baik. Apakah ada hubungannya denganku?""Kau melepaskannya.""Aku melepaskannya, karena itulah dia memilihmu."Ujung bibir Luciano berkedut tak terima."Dan yang lebih tuluslah yang selalu lebih dulu melepaskan. Melepaskan kesempatan dan melepaskannya berbahagian dengan pilihannya."Ketajaman tatapan Luciano menyeberangi ruangan yang remang. Menyusul dengusan tipis yang syarat akan ejekan. "Kau mundur karena kau tahu tak akan memenangkan pertarungan ini, Ibra. Jangan bertele-tele. Itu kesimpulan yang kutangkap dari ketulusanmu."Ibra terdiam untuk lima detik penuh. "Anggap saja begitu," jawabnya kemudian berbaring memunggungi ranjang pasien. Menghindari pembicaraan sialan ini sekaligus Luciano dan Anne yang saling berpelukan dengan mesra tersebut.Huffttt …Sudah ada baby Zha di antara mereka. Sudah pasti yang keduanya lakukan bukan hanya berpelukan, kan. Lebih dari sekedar berbagi keringat. Ka

    Last Updated : 2023-09-11
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   9. Esther Marie

    “Apakah Ibra masih bekerja dengan Faraz?” tanya Anne ketika Luciano membaringkan tubuhnya di kasur, mendapatkan posisi yang nyaman meski ingin mendekati boks bayi tempat baby Zha terlelap.“Kau harus istirahat, Anne. Jangan mencemaskan Ibra lagi.”“Aku hanya ingin kau tak membuatnya berada terus di sekeliling Faraz, Luciano. Bagaimana dia akan mendapatkan istri dalam waktu dekat jika Faraz masih mengganggunya.”“Dengan tubuhmu yang masih belum sepenuhnya pulih, kau tak mungkin mengurus hidup bocah itu sendirian, Anne.”“Itulah sebabnya aku meminta bantuanmu.”“Aku sudah memberikan banyak bantuan yang bisa dia dapatkan di rumah ini. Dan aku hanya butuh kau sembuh.”“Dokter sudah mengatakan aku baik-baik saja, kan?”“Tidak dengan pandanganku. Kau masih butuh banyak istirahat,” tegas Luciano. Mendorong kepala Anne tetap menempel di bantal. Lalu menarik selimut hingga menutupi dada sang istri. “Lakukan itu untukku. Kau membuatku melakukan banyak hal untuk sahabatmu, apakah hal sereceh ini

    Last Updated : 2023-09-12

Latest chapter

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   27. Gadis Kecil Kesayangan

    "Jadi memang ya?" Anne mendorong dada Luciano menjauh. Kedongkolan tampak jelas memekati rautnya yang muram. Menyentakkan tangan Luciano yang masih melingkari pinggangnya."Aku tidak mengatakan tidak. Itu terdengar seperti sebuah kebohongan, Anne. Kau tak akan menyukainya.""Tidak. Kau salah besar, Luciano.""Lalu apa yang kau inginkan?" Suaranya mulai diselimuti kefrustrasian. "Aku lebih baik mendengar kebohongan. Aku akan mempercayaimu. Selama kau yang mengatakannya."Luciano membelalak. Mulutnya membuka nutup tak percaya. Belum pernah ia setercengang ini menghadapi kelabilan Anne. "Jadi kau lebih suka kebohonganku?""Sekarang, tidak keduanya. Kau memang tak pernah memahami wanita, Luciano. Tak pernah memahamiku sebagai seorang istri. Sebagai pasangan. Sebagai satu-satunya wanitamu. Kau yakin kau menganggapku sebagai istrimu? Bukan hanya sebagai wanita pemuas nafsumu seperti mereka?""Kau tahu itu tidak benar, Anne. Jangan mengada-ada sesuatu yang tak pernah benar."Anne mengibaska

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   26. Pesta Pernikahan Ibra

    Suasana pesta sudah ramai dan ballroom sudah dipenuhi kemeriahan serta canda tawa. Suara musik yang mengalun lembut sebagai latar belakang kemewahan pesta tersebut menyambut Anne dan Luciano yang bergandengan mesra memasuki ruangan yang luas dengan hiasan bunga dan kerlap-kerlip lampu di mana-mana.“Apakah Faraz dan Estelle akan datang?”“Mereka sudah putus, Anne. Kenapa mereka datang bersama?”“Siapa bilang mereka sudah putus. Tadi pagi aku menelpon Estelle dan yang menjawab Faraz. Mereka jelas masih sering tidur bersama. Faraz benar-benar memanfaatkan Estelle. Kenapa meniduri wanita jika tidak berniat menikahinya.”“Hmm, itu urusan mereka.”Anne mendadak terdiam dengan reaksi penuh ketenangan Luciano. Kedua alis wanita itu saling bertaut ketika menoleh ke samping dengan. “Apakah gaya berkencan kalian memang seperti itu?”“Siapa kalian?”“Kau dan Faraz.”“Hanya Faraz, Anne. Kenapa kau membawa-bawa namaku?”“Meski sekarang aku satu-satunya wanita yang tidur denganmu, kau pikir aku per

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   25. Tak Ada Kecemasan

    “Laki-laki lagi?” Luciano mengangkat salah satu alisnya. Suara rengekan baby Zha mulai tenang dalam gendongan Anne.“Ya. Kau tak suka?”Luciano menggeleng. “Laki-laki atau perempuan, aku tak pernah mempermasalahkannya, Anne. dia anakku.”“Mamaku bilang, saat kau melahirkan anak perempuan. Itu artinya kau menciptakan musuh bebuyutanmu.”Mata Luciano membulat tak percaya, lalu terbahak dengan keras hingga gigi geraham pria itu terlihat.“Kenapa kau tertawa? Kau pikir itu lucu?”Luciano menggeleng. Mencoba menghentikan tawanya karena baby Zha yang mulai bergerak tak nyaman. “Apa maksudmu dengan menciptakan musuh bebuyutan?” tanyanya, berusaha menahan tawanya kembali terlepas.“Dia bahkan bisa menjadi lebih licik dari wanita-wanita yang mencoba memisahkan kita, Luciano.”“Dia putrimu.”“Itulah sebabnya aku ingin seorang putra. Aku tak mau memusuhi putriku sendiri.”“Apakah kau memusuhi ibumu?”Anne terdiam, tampak mengingat-ingat lalu mengangguk. “Setiap kali mama dan papa saling berdekat

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   24. Satu Kesempatan

    Anne terbangun karena dorongan dari dalam perut yang membuatnya gegas turun dari ranjang. Memuntahkan semua makan malamnya yang bahkan tak seberapa. Semakin hari gejala kehamilan datang semakin intens. Bahkan pusing yang semakin sering datang jika ia kurang tidur atau terlalu banyak tidur.Setelah beberapa saat, akhirnya napasnya kembali normal dan tenaganya memulih. Ia bangkit berdiri, menyeka wajahnya di wastafel. Menatap wajah pucatnya yang rasanya sedikit gemuk.Rasanya selera makannya menurun akhir-akhir ini. Meski tak pernah melewatkan jadwal makannya dan memaksa makanan masuk ke mulutnya. Setidaknya untuk memenuhi gizinya dan janin dalam kandungannya. Yang sepertinya lebih banyak dibantu oleh susu ibu hamil dan vitamin.Tubuhnya berputar, hendak keluar ketika tersentak dengan keras dan nyaris berteriak saking kagetnya dengan sosok yang bersandar di pinggiran pintu.“L-luciano?” Suara Anne tercekat. Berusaha meredakan jantungnya yang berdegup kencang. Matanya berkedip beberapa k

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   23. Ditinggalkan

    Anne tak tahu ke mana Luciano membawa baby Zha pergi. Ia hanya menunggu di rumah selama berhari-hari. Berharap pria itu akan datang untuk pulang. Tetapi hingga satu minggu berlalu, Anne masih sendirian. Tak berhenti merasa sendirian dan kesepian meski beberapa kali Ibra menghubunginya dan menanyakan keadaannya.Anne berusaha menghubungi Farz untuk mencari tahu di mana pria itu dan putranya. Tapi lagi-lagi jawaban Faraz tak pernah memuaskannya.“Aku tahu kau tahu di mana mereka berada, Faraz. Siapa pun tak ada yang tahu, kecuali kau.”Faraz mendesah pelan. Menurunkan kedua tangannya di meja. “Kalau begitu kuralat jawabanku. Aku tak bisa memberitahumu.”“Setidaknya minta Luciano bicara denganku. Apakah dengan pergi akan menyelesaikan masalah?”“Lalu apakah dengan meminta cerai juga akan menyelesaikan permasalahanmu?”Anne menutup mulutnya. Jatuh terduduk di kursinya. “Aku tak bermaksud mengatakannya,” sesalnya dalam gerutuan yang lirih. Wajahnya tertunduk lunglai.Faraz menatap Anne se

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   22. Menetapkan Perasaan

    “Ibra?” Anne terkejut dengan kemunculan Ibra yang berjalan memasuki ruangan.“Hai.” Ibra melangkah masuk, lekas mendekati ranjang dan menyentuhkan telapak tangannya di kening baby Zha. “Panasnya sudah turun.”“Kau di sini?” Anne menatap jam di dinding yang baru saja melewati tengah malam.“Esther mengirimiku pesan. Luciano tiba-tiba membatalkan pertemuan untuk besok karena baby Zha masuk rumah sakit. Butuh beberapa jam untuk sampai, jadi aku datang.”“Kau tak perlu datang.”“Aku sudah datang, jadi jangan menyuruhku pulang.” Ibra kembali menatap baby Zha. “Apa kata dokter?”“Hanya demam. Tapi masih menunggu hasil tes untuk kepastiannya. Mungkin besok pagi. Kuharap semuanya baik-baik saja.”“Ya, mungkin hanya kelelahan karena seharian main bersama mama dan papaku.”“Ya, kuharap. Terima kasih sudah datang.”Ibra menarik kursi mendekat ke ranjang pasien. “Sepertinya kau belum tidur sama sekali.”“Tadi sempat tertidur, tetapi terbangun karena rengekannya dan langsung ke rumah sakit.”“Tidu

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   21 Kesalahan Yang Fatal

    Melihat kedua orang tua Ibra, rasanya seperti meluapkan kerinduannya terhadap kedua orang tuanya. Anne memeluk dalam-dalam mama Ibra, berharap pelukan itu adalah pelukan mamanya sendiri. Begitu pun dengan papa Ibra yang mengusap ujung kepalanya dengan penuh kasih.“Sudah lama tak melihatmu, Anne. Dan putramu sudah semakin besar sejak terakhir kali om lihat.”Anne tertawa. Melihat papa Ibra yang menggendong baby Zha, dalam benaknya seolah adalah papanya sendiri yang menggendong putranya. Keinginan dan harapan terbesar papanya yang belum sempat ia tunjukkan pada sang papa.Ibra menyodorkan sapu tangannya ke arah Anne.“Terima kasih.” Anne mengusap ujung matanya yang basah. Kembali menatap kedua orang tua Ibra yang kini tertawa gemas dengan celotehan baby Zha.Ibra merangkul Anne, menjatuhkan kepala wanita itu ke pundaknya. Sedikit meredakan kerinduan Anne pada kedua orang tua wanita itu di tengah keluarganya. “Kau tahu kau tak pernah sendirian di dunia ini, Anne. Kami keluargamu.”Anne

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   20. Perang Dingin

    Anne sengaja memejamkan matanya begitu mendengar suara langkah kaki dari arah belakang punggungnya. Berusaha memancing rasa kantuk yang sejak tadi sulit datang meski jam sudah melewati tengah malam karena Luciano belum pulang. Tak biasanya pria itu pulang larut dan tanpa kabar seperti ini.Marah, sedih, dan kecewa. Pada dirinya sendiri dan pada pria itu. Ialah yang memulai perang dingin ini lebih dulu. Tetapi kenapa balasan dari Luciano juga terasa begitu menusuk dadanya. Mengiris hatinya dengan cara yang paling buruk. Apakah keraguannya layak dibalas dengan pengkhianatan pria itu?Suara pintu kamar mandi yang ditutup membuat mata Anne kembali terbuka. Menatap pintu tersebut dengan genangan yang mulai membentuk di kedua mata.Selama seminggu lebih, Anne dan Luciano masih tak saling bicara. Anne selalu bangun kesiangan dan Luciano sudah berangkat ke kantor, malamnya Anne selalu tidur lebih dulu karena Luciano pulang larut malam. Keduanya nyaris tak saling berkomunikasi. Satu-satunya ya

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   19. Kecurigaan Anne

    “Mungkin ini terlambat dan sedikit sengaja. Tapi … bagaimana pun selamat untuk kalian berdua.” Luciano memecah keheningan yang cukup lama membentang di tengah meja. Terutama dengan sang istri yang lebih banyak menatap isi piring yang sejak tadi hanya berkurang dua potong.“Ya, kuharap kalian bisa datang di acara pernikahan kami.”“Ya. Kami akan datang. Benar, kan sayang?” Luciano menoleh pada Anne, yang duduk di sampingnya.Anne mengangkat wajah lalu mengangguk singkat. Pelayan datang untuk membawakan pesanan Ibra dan Esther. Pesanan yang sama. Pandangan wanita itu tak lepas dari Ibra yang memotong kecil-kecil daging panggang di depannya sebelum menukarkan dengan piring milik Esther.“Terima kasih, Ibra,” senyum Esther dengan tatapan yang mesra, yang ditanggapi Ibra dengan senyum yang tak kalah lebarnya.Anne mencoba mengalihkan pandangan, sibuk pada isi piringnya sendiri yang entah kenapa rasanya menjadi hambar. Mulutnya terasa pahit. Ya, ia akui ada kecemburuan yang tersemat di cela

DMCA.com Protection Status