Share

8c. Hukuman

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-01 09:29:46
Dalam satu jam, mobil yang ditumpangi Anne berhenti di depan teras rumah Luciano. Pengawal yang duduk di depan bergegas turun lebih dulu untuk membukakan pintu wanita itu.

"Tuan menunggu Anda di lantai dua," ucap pengawal itu dengan nadanya yang datar.

Napas Anne tertahan, menatap pintu utama yang terbuka lebar dan ia bisa melihat kedua kaki tanga. Ia menelan ludahnya. Menelan ketakutannya sebelum mendesah singkat dan mulai mengangkat kakinya.

Kedua kakinya terayun menyeberangi ruang tamu yang luas dan langkahnya kembali terhenti ketika sampai di depan anak tangga. Berusaha menetralisir ketakutan di dadanya ketika mengingat ancaman Luciano dan peringatan Reene.

"Apa Anda baik-baik saja, Nyonya," ucap salah satu penjaga di samping tangga. Membuyarkan lamunan Anne

Anne tersentak pelan. Menggeleng dengan cepat dan mulai menggerakkan kedua kakinya menaiki anak tangga. Dengan jantung yang berdebar-debar.

Di sisi lain, Reene menyaksikan kegugupan Anne dengan senyum yang mengembang sang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   9. Menggila

    Anne muntah di wastafel, dengan air mata yang mengalir di pipi. Mencuci mukanya dengan air dingin, berkali-kali dan berharap itu bisa membersihkannya dari rasa kotor yang memenuhi wajahnya. Tetapi tetap saja semua itu tak membuat rasa jijik di dada terhadap dirinya sendiri berhenti. Kepalanya menoleh keluar pintu kamar mandi. Melihat Luciano bangkit berdiri sambil menaikkan celana pria itu dengan seringai gelap yang tersungging untuknya. Sekaligus kepuasan yang begitu besar. Kemudian berbalik dan berjalan ke arah tangga. Tubuh Anne jatuh terduduk di lantai. Ia benar-benar tak tahan menghadapi situasinya. Seolah dihajar habis-habisan untuk menyerah dan pasrah di bawah kaki pria itu. Dan ia hampir menyerah. Tetapi kebenciannya terhadap Luciano mendorongnya untuk tetap bertahan. Anne menghapus air matanya. Menarik napasnya dalam-dalamnya dan menguatkan hati. Tidak ada siapa pun yang akan menolongnya jika bukan dirinya sendiri. Baiklah, Luciano bisa melakukan apa pun pada dirinya. Pria

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   10. Hasrat Dan Gairah

    Luciano menggedor meja di hadapannya dengan kedua kepala tangannya. Buju-buku jari pria itu memutih saking kuatnya cengkeraman tersebut. Menunjukkan kemarahannya terhadap Anne benar-benar tak bisa ditahannya. Wanita itu telah merampok segala emosi di dadanya. Kesabarannya benar-benar raib dan kepalanya terasa berdenyut memikirkan bagaimana lagi cara menaklukkan wanita yang satu itu. Faraz hanya terduduk di kursi yang ada di depan meja tempat Luciano berdiri. Matanya melirik barang-barang yang jatuh ke lantai. Hanya mengamati dengan keseriusan yang terlalu dalam karena rasa laparnya. Ia baru saja memasukkan dua suap nasi ke mulut ketika Luciano muncul membopong Anne dengan handuk di wajah wanita itu. Faraz pikir itu adalah sebuah kecelakaan, karena Luciano tampak begitu khawatir. Sebelumnya, Faraz tak pernah melihat Luciano sepanik itu. Luciano sangat pandai mengendalikan emosi pria itu. Terlihat begitu tenang dan datar. Setenang air danau dalam situasi genting apa pun. Saking datar

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   11a. Rencana Cadangan

    Anne tak bisa menolak keinginan Luciano. Selama seminggu penuh, pria itu sengaja menghukumnya dengan menggunakan tubuhnya. Mendapatkan apa pun yang pria itu inginkan dari setiap senti kulit tubuhnya.Satu pelajaran yang Anne dapat dari semua kepasrahannya membiarkan Luciano melakukan apa pun sesuka pria itu. Pria itu menjadi sedikit melunak dan tak sering bersikap lembut saat ia menjadi patuh. Anne sendiri tak mengharapkan sikap tersebut, tetapi dengan sikap Luciano yang melonggar. Pria itu membiarkan dirinya mendapatkan sedikit kebebasan. Dengan memberikan ponselnya yang pria itu rampas dan ia bisa menghubungi kedua orang tuanya dan Ibra.Mamanya menanyakan tentang kehamilannya dan bagaimana Luciano memperlakukannya. Dan satu-satunya jawaban yang ia miliki hanya Luciano yang bersikap sangat baik padanya. Ditambah ia bingung bagaimana caranya menjelaskan kegugurannya. Papanya tak banyak bicara, hanya menyuruhnya menjaga sikap dan menjadi istri yang baik untuk Luciano. Anne tak sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   11b. Rencana Cadangan

    Reene terdiam. Masih menunggu penjelasan Anne lebih lanjut dan mencoba mencermati keseriusan wanita itu lebih dalam lagi."Jika bisa, aku akan memberikan Luciano padamu, kau tahu keinginanku bukan apa-apa dibandingkan dengan kekuasaannya di hidupku."Keduanya terdiam. Tenggelam dalam keheningan masing-masing. Reene belum sepenuhnya memercayai Anne, tapi ia bisa memanfaatkan keinginan wanita itu."Kita mungkin bisa bekerja sama, Reene," tambah Anne kemudian dengan suara lebih rendah setelah memutar pandangannya ke sekeliling mereka dan memastikan tidak ada siapa pun yang mendengar mereka."Apa yang kau inginkan?""Aku ingin bebas dan lepas dari pernikahan ini."Reene menyangsikan keinginan Anne tersebut, tetapi menahannya dalam hati. "Aku tak berjanji tapi aku akan membantu.""Jika aku berhasil lepas dari pernikahan ini, kaulah satu-satunya wanita yang akan menggantikan posisiku, bukan? Kita sama-sama diuntungkan."Reene mengangguk, seringai tersamar di ujung bibirnya. Ia tak sungguh-s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   12. Eshan Love

    Anne masih termenung, menatap Ibra yang menunggu respon darinya. "Lalu apa yang kau ingin aku lakukan? Mengatakan aku tidak mencintai Luciano dan melarikan diri dengannya? Itu yang selalu kupikirkan, tapi aku tidak senaif itu. Aku tak ingin menambah beban kecewa kedua orang tuaku setelah sandiwara kehamilanku. Dan kau pikir berapa lama aku akan melarikan diri? Kedua orang tuaku tak akan berhenti meratapiku sampai mereka menghembuskan napas terakhir." Semakin Ibra mendengar jawaban Anne, kerutan di kening pria itu semakin dalam. "Kenapa jawabanmu terdengar sinis? Aku hanya mengatakan padamu apa yang dia bilang. Dan saranku, sebaiknya kau menjauhinya dan jangan berhubungan dengannya." Anne tak setuju dengan ide itu. Dan Ibra menangkap isyarat keras kepala tersebut. "Ck. Aku sudah mengatakan padamu, menjaga hubungan baik-baik saja itu adalah pilihan yang buruk. Tak ada pertemanan antara pria dan wanita tanpa ada salah satu dari kalian yang terluka, Anne. Terutama antara kau dan dia."

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   13. Sudah Bersih

    “Apa yang akan kau lakukan padanya, Luciano?” Anne mengulang pertanyaan dengan cicitan yang semakin jelas. Semakin gelap seringai Luciano, hanya membuat tubuh Anne semakin bergetar hebat. Tangan Luciano terangkat ke wajah Anne, menyentuhkan punggung tangannya di sepanjang garis rahang wanita itu dengan senyum yang semakin mengembang dengan gelap. Menyentuh di sepanjang garis yang perna Anne buat dengan pecahan kaca. Bekasnya masih ada, tersamar di kulit wanita itu. Dan akan kembali seperti semula berkat perawatan khusus dokternya. “Kau begitu cantik, Anne.” Itu sama sekali bukan pujian. Semakin Luciano memuji, itu akan berakhir menjadi sebuah derita. “Aku tak akan menyalahkan siapa pun yang tertarik dan menginginkanmu. Kau begitu mudah diinginkan. Hanya saja … mereka perlu diberitahu bahwa apa yang mereka inginkan. Sudah menjadi milikku.” Punggung tangan Luciano turun ke bawah. Bergeser ke belakang dan dalam sekali sentakan, pria itu membawa leher Anne ke wajanya. “Ini akan mengin

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   14. Masa Lalu Yang Mengintip

    Anne merasa sedikit lega sempat menelan satu pil saat di rumah Ibra kemarin. Memperkirakan hal semacam ini akan terjadi. Rasanya gairah Luciano tak habis-habis terhadapnya. Di kamar mandi, di tempat tidur. Seolah Luciano giat menidurinya hanya demi membuatnya hamil. Seperti sumpah pria itu. Sepanjang malam pria itu sama sekali tak membiarkannya bernapas. Menuntaskan rasa haus pria itu dalam satu malam setelah berminggu-minggu menahan gairah. Anne dibuat terheran. Setiap malam yang ia habiskan bersama Luciano, rasanya pria itu selalu bergairah untuknya. Membuatnya berpikir bahwa pria itu tidak mencoba mencari wanita lain sebagai pemuas nafsu. Anne harus membuat Luciano berpaling darinya dan meniduri Reene. Perhatian pria itu harus teralih darinya. Anne menyingkirkan lengan Luciano yang melilit perut telanjangnya di balik selimut dari belakang. Berusaha sepelan mungkin tanpa membangunkan pria itu. Ia berhasil menyingkap selimut dan menurunkan kedua kakinya. Membungkuk dan memungut p

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   15. Siapa Esther

    “Apa ini?” Anne menatap dua gaun malam yang baru saja diletakkan oleh pelayan di tempat tidur. Berwarna hitam dengan beberapa detail berwarna emas, dan satunya lagi berwarna peach dengan hiasan Kristal yang menyebar di bagian bawah. Tanpa lengan dengan belahan depan sampai di bawah dada dan kulit punggung yang terekspos bebas.“Kau pakai yang ini.” Baru saja Anne mengamati betapa kekurangan bahannya gaun peach tersebut, Luciano sudah memungut gaun itu dan memberikannya pada Anne.“Untuk?” Anne tahu apa gunanya gaun ini, tapi tetap saja ia bertanya. Dan tentu saja ia akan kembali pajangan di samping Luciano. Di salah satu acara pesta yang membosankan. Ia akan diseret kesana kemari dan dipamerkan seperti boneka.“Aku ingin kau menemaniku ke salah satu acara seni.”Anne memasang ekspesi lesunya. “Aku sedang tidak enak badan, Luciano. Kau bisa pergi bersama Reene untuk menemanimu. Dia …”“Aku tidak meminta pendapatmu, Anne. Aku menginginkanmu. Tidakkah satu kalimat itu sudah cukup membuat

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05

Bab terbaru

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   27. Gadis Kecil Kesayangan

    "Jadi memang ya?" Anne mendorong dada Luciano menjauh. Kedongkolan tampak jelas memekati rautnya yang muram. Menyentakkan tangan Luciano yang masih melingkari pinggangnya."Aku tidak mengatakan tidak. Itu terdengar seperti sebuah kebohongan, Anne. Kau tak akan menyukainya.""Tidak. Kau salah besar, Luciano.""Lalu apa yang kau inginkan?" Suaranya mulai diselimuti kefrustrasian. "Aku lebih baik mendengar kebohongan. Aku akan mempercayaimu. Selama kau yang mengatakannya."Luciano membelalak. Mulutnya membuka nutup tak percaya. Belum pernah ia setercengang ini menghadapi kelabilan Anne. "Jadi kau lebih suka kebohonganku?""Sekarang, tidak keduanya. Kau memang tak pernah memahami wanita, Luciano. Tak pernah memahamiku sebagai seorang istri. Sebagai pasangan. Sebagai satu-satunya wanitamu. Kau yakin kau menganggapku sebagai istrimu? Bukan hanya sebagai wanita pemuas nafsumu seperti mereka?""Kau tahu itu tidak benar, Anne. Jangan mengada-ada sesuatu yang tak pernah benar."Anne mengibaska

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   26. Pesta Pernikahan Ibra

    Suasana pesta sudah ramai dan ballroom sudah dipenuhi kemeriahan serta canda tawa. Suara musik yang mengalun lembut sebagai latar belakang kemewahan pesta tersebut menyambut Anne dan Luciano yang bergandengan mesra memasuki ruangan yang luas dengan hiasan bunga dan kerlap-kerlip lampu di mana-mana.“Apakah Faraz dan Estelle akan datang?”“Mereka sudah putus, Anne. Kenapa mereka datang bersama?”“Siapa bilang mereka sudah putus. Tadi pagi aku menelpon Estelle dan yang menjawab Faraz. Mereka jelas masih sering tidur bersama. Faraz benar-benar memanfaatkan Estelle. Kenapa meniduri wanita jika tidak berniat menikahinya.”“Hmm, itu urusan mereka.”Anne mendadak terdiam dengan reaksi penuh ketenangan Luciano. Kedua alis wanita itu saling bertaut ketika menoleh ke samping dengan. “Apakah gaya berkencan kalian memang seperti itu?”“Siapa kalian?”“Kau dan Faraz.”“Hanya Faraz, Anne. Kenapa kau membawa-bawa namaku?”“Meski sekarang aku satu-satunya wanita yang tidur denganmu, kau pikir aku per

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   25. Tak Ada Kecemasan

    “Laki-laki lagi?” Luciano mengangkat salah satu alisnya. Suara rengekan baby Zha mulai tenang dalam gendongan Anne.“Ya. Kau tak suka?”Luciano menggeleng. “Laki-laki atau perempuan, aku tak pernah mempermasalahkannya, Anne. dia anakku.”“Mamaku bilang, saat kau melahirkan anak perempuan. Itu artinya kau menciptakan musuh bebuyutanmu.”Mata Luciano membulat tak percaya, lalu terbahak dengan keras hingga gigi geraham pria itu terlihat.“Kenapa kau tertawa? Kau pikir itu lucu?”Luciano menggeleng. Mencoba menghentikan tawanya karena baby Zha yang mulai bergerak tak nyaman. “Apa maksudmu dengan menciptakan musuh bebuyutan?” tanyanya, berusaha menahan tawanya kembali terlepas.“Dia bahkan bisa menjadi lebih licik dari wanita-wanita yang mencoba memisahkan kita, Luciano.”“Dia putrimu.”“Itulah sebabnya aku ingin seorang putra. Aku tak mau memusuhi putriku sendiri.”“Apakah kau memusuhi ibumu?”Anne terdiam, tampak mengingat-ingat lalu mengangguk. “Setiap kali mama dan papa saling berdekat

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   24. Satu Kesempatan

    Anne terbangun karena dorongan dari dalam perut yang membuatnya gegas turun dari ranjang. Memuntahkan semua makan malamnya yang bahkan tak seberapa. Semakin hari gejala kehamilan datang semakin intens. Bahkan pusing yang semakin sering datang jika ia kurang tidur atau terlalu banyak tidur.Setelah beberapa saat, akhirnya napasnya kembali normal dan tenaganya memulih. Ia bangkit berdiri, menyeka wajahnya di wastafel. Menatap wajah pucatnya yang rasanya sedikit gemuk.Rasanya selera makannya menurun akhir-akhir ini. Meski tak pernah melewatkan jadwal makannya dan memaksa makanan masuk ke mulutnya. Setidaknya untuk memenuhi gizinya dan janin dalam kandungannya. Yang sepertinya lebih banyak dibantu oleh susu ibu hamil dan vitamin.Tubuhnya berputar, hendak keluar ketika tersentak dengan keras dan nyaris berteriak saking kagetnya dengan sosok yang bersandar di pinggiran pintu.“L-luciano?” Suara Anne tercekat. Berusaha meredakan jantungnya yang berdegup kencang. Matanya berkedip beberapa k

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   23. Ditinggalkan

    Anne tak tahu ke mana Luciano membawa baby Zha pergi. Ia hanya menunggu di rumah selama berhari-hari. Berharap pria itu akan datang untuk pulang. Tetapi hingga satu minggu berlalu, Anne masih sendirian. Tak berhenti merasa sendirian dan kesepian meski beberapa kali Ibra menghubunginya dan menanyakan keadaannya.Anne berusaha menghubungi Farz untuk mencari tahu di mana pria itu dan putranya. Tapi lagi-lagi jawaban Faraz tak pernah memuaskannya.“Aku tahu kau tahu di mana mereka berada, Faraz. Siapa pun tak ada yang tahu, kecuali kau.”Faraz mendesah pelan. Menurunkan kedua tangannya di meja. “Kalau begitu kuralat jawabanku. Aku tak bisa memberitahumu.”“Setidaknya minta Luciano bicara denganku. Apakah dengan pergi akan menyelesaikan masalah?”“Lalu apakah dengan meminta cerai juga akan menyelesaikan permasalahanmu?”Anne menutup mulutnya. Jatuh terduduk di kursinya. “Aku tak bermaksud mengatakannya,” sesalnya dalam gerutuan yang lirih. Wajahnya tertunduk lunglai.Faraz menatap Anne se

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   22. Menetapkan Perasaan

    “Ibra?” Anne terkejut dengan kemunculan Ibra yang berjalan memasuki ruangan.“Hai.” Ibra melangkah masuk, lekas mendekati ranjang dan menyentuhkan telapak tangannya di kening baby Zha. “Panasnya sudah turun.”“Kau di sini?” Anne menatap jam di dinding yang baru saja melewati tengah malam.“Esther mengirimiku pesan. Luciano tiba-tiba membatalkan pertemuan untuk besok karena baby Zha masuk rumah sakit. Butuh beberapa jam untuk sampai, jadi aku datang.”“Kau tak perlu datang.”“Aku sudah datang, jadi jangan menyuruhku pulang.” Ibra kembali menatap baby Zha. “Apa kata dokter?”“Hanya demam. Tapi masih menunggu hasil tes untuk kepastiannya. Mungkin besok pagi. Kuharap semuanya baik-baik saja.”“Ya, mungkin hanya kelelahan karena seharian main bersama mama dan papaku.”“Ya, kuharap. Terima kasih sudah datang.”Ibra menarik kursi mendekat ke ranjang pasien. “Sepertinya kau belum tidur sama sekali.”“Tadi sempat tertidur, tetapi terbangun karena rengekannya dan langsung ke rumah sakit.”“Tidu

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   21 Kesalahan Yang Fatal

    Melihat kedua orang tua Ibra, rasanya seperti meluapkan kerinduannya terhadap kedua orang tuanya. Anne memeluk dalam-dalam mama Ibra, berharap pelukan itu adalah pelukan mamanya sendiri. Begitu pun dengan papa Ibra yang mengusap ujung kepalanya dengan penuh kasih.“Sudah lama tak melihatmu, Anne. Dan putramu sudah semakin besar sejak terakhir kali om lihat.”Anne tertawa. Melihat papa Ibra yang menggendong baby Zha, dalam benaknya seolah adalah papanya sendiri yang menggendong putranya. Keinginan dan harapan terbesar papanya yang belum sempat ia tunjukkan pada sang papa.Ibra menyodorkan sapu tangannya ke arah Anne.“Terima kasih.” Anne mengusap ujung matanya yang basah. Kembali menatap kedua orang tua Ibra yang kini tertawa gemas dengan celotehan baby Zha.Ibra merangkul Anne, menjatuhkan kepala wanita itu ke pundaknya. Sedikit meredakan kerinduan Anne pada kedua orang tua wanita itu di tengah keluarganya. “Kau tahu kau tak pernah sendirian di dunia ini, Anne. Kami keluargamu.”Anne

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   20. Perang Dingin

    Anne sengaja memejamkan matanya begitu mendengar suara langkah kaki dari arah belakang punggungnya. Berusaha memancing rasa kantuk yang sejak tadi sulit datang meski jam sudah melewati tengah malam karena Luciano belum pulang. Tak biasanya pria itu pulang larut dan tanpa kabar seperti ini.Marah, sedih, dan kecewa. Pada dirinya sendiri dan pada pria itu. Ialah yang memulai perang dingin ini lebih dulu. Tetapi kenapa balasan dari Luciano juga terasa begitu menusuk dadanya. Mengiris hatinya dengan cara yang paling buruk. Apakah keraguannya layak dibalas dengan pengkhianatan pria itu?Suara pintu kamar mandi yang ditutup membuat mata Anne kembali terbuka. Menatap pintu tersebut dengan genangan yang mulai membentuk di kedua mata.Selama seminggu lebih, Anne dan Luciano masih tak saling bicara. Anne selalu bangun kesiangan dan Luciano sudah berangkat ke kantor, malamnya Anne selalu tidur lebih dulu karena Luciano pulang larut malam. Keduanya nyaris tak saling berkomunikasi. Satu-satunya ya

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   19. Kecurigaan Anne

    “Mungkin ini terlambat dan sedikit sengaja. Tapi … bagaimana pun selamat untuk kalian berdua.” Luciano memecah keheningan yang cukup lama membentang di tengah meja. Terutama dengan sang istri yang lebih banyak menatap isi piring yang sejak tadi hanya berkurang dua potong.“Ya, kuharap kalian bisa datang di acara pernikahan kami.”“Ya. Kami akan datang. Benar, kan sayang?” Luciano menoleh pada Anne, yang duduk di sampingnya.Anne mengangkat wajah lalu mengangguk singkat. Pelayan datang untuk membawakan pesanan Ibra dan Esther. Pesanan yang sama. Pandangan wanita itu tak lepas dari Ibra yang memotong kecil-kecil daging panggang di depannya sebelum menukarkan dengan piring milik Esther.“Terima kasih, Ibra,” senyum Esther dengan tatapan yang mesra, yang ditanggapi Ibra dengan senyum yang tak kalah lebarnya.Anne mencoba mengalihkan pandangan, sibuk pada isi piringnya sendiri yang entah kenapa rasanya menjadi hambar. Mulutnya terasa pahit. Ya, ia akui ada kecemburuan yang tersemat di cela

DMCA.com Protection Status