Home / All / Gadis Cacat Pilihan CEO / Undangan Pertunangan Mantan

Share

Undangan Pertunangan Mantan

last update Last Updated: 2022-11-18 14:58:49

"Permisi, Bu. Saya mau mengirim undangan, apa benar ini alamat Maya Angelita?" Seorang pemuda kurir yang sepertinya masih remaja itu mengulurkan sepucuk surat undangan tebal berwarna merah hati dengan nama tujuan dan alamat yang benar kepada Nyonya Melita Wahyuni.

"Ohh iya, memang benar ini rumah Maya, dia puteri saya. Oke, saya terima ya undangannya, Mas!" jawab Nyonya Melita seraya tersenyum ramah. 

Kurir pengantar undangan itu pun pamit meninggalkan depan pintu teras. Dia menstarter sepeda motornya yang tadi dia parkir di depan pintu gerbang yang terbuka itu.

Kemudian Nyonya Melita menutup pintu teras depan rumahnya dan membaca surat undangan acara pertunangan dengan inisial A dan S. Sebelum menyerahkan surat undangan itu kepada puterinya, ia memutuskan untuk membacanya terlebih dahulu. 

Decakan kesal meluncur dari mulut wanita paruh baya itu, dia berpikir bahwa yang mengirim undangan pertunangan itu pastilah mantan calon besannya, Nyonya Astrid Wijaya. Janda beranak satu itu adalah wanita kejam yang bermulut manis di luar saja. 

Rupanya dia sudah menemukan calon menantu yang cocok untuk puteranya. Siapa yang tak kenal dengan Andre Cornelius Wijaya? Aktor muda ternama yang filmnya selalu laris manis di bioskop Indonesia. Dan Maya yang sudah bukan top model tidak layak mendampingi Andre lagi setelah menjadi gadis lumpuh.

Calon tunangan Andre itu saingan Maya dulu, Sherrin Arthasena. Mama Maya kenal siapa gadis itu, memang cocok dengan mamanya si Andre, pikirnya. Sama-sama julid dan judes!

Akhirnya dia pun memutuskan untuk tetap menyerahkan undangan itu ke Maya. Dia mengetok pintu kamar maya lalu membukanya.

"May, ada surat undangan buat kamu barusan—kalau nggak mau datang nggakpapa!" ujar Nyonya Melita seraya mengulurkan kertas tebal warna merah hati itu ke hadapan puterinya yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang dengan tumpuan bantal.

Keningnya berkerut karena mamanya sudah mewanti-wanti seperti itu, dia belum membacanya. Maya tetap menerima surat undangan dari tangan mamanya lalu membuka plastik sampulnya. Inisial di depan kertas undangannya A dan S, dia sedikit curiga.

Dan benar ketika Maya membuka halaman di baliknya, mata gadis itu membulat, ia terperangah. Tak sanggup ia menahan bulir-bulir bening itu lolos dari sudut matanya. 

Mamanya segera memeluk Maya untuk menenangkan gadis itu. "Kamu nggak perlu datang, May! Abaikan saja undangan itu. Mama yakin ini pasti kerjaan mamanya si Andre, siapa lagi yang setega itu?! Dasar ratu drama!" 

Tangis sesenggukan itu masih saja terdengar di dalam kamar yang hening siang itu. Hingga akhirnya Maya berkata, "Aku akan datang untuk memberi Kak Andre ucapan selamat berbahagia karena telah menemukan pasangan hidupnya, Ma."

"Untuk apa—"

Maya memotong pertanyaan mamanya, "Demi persahabatan kami dulu."

"May! Kamu hanya akan menyiksa dirimu sendiri dengan datang ke pesta itu. Percaya Mama—ini hanya cara mamanya Andre untuk membuatmu berhenti mengharapkan puteranya kembali kepadamu!" sergah Nyonya Melita. Dia sudah menjalani kehidupan yang lebih panjang dibanding puterinya yang masih murni jiwanya. Manusia terkadang bisa menjadi begitu kejam kepada sesamanya yang menghalangi jalannya.

Namun, Maya mengangkat tangannya seraya berkata, "Cukup, Ma. Biarkan Maya menyelesaikan kisah cinta yang dulu dengan baik-baik. Kak Andre memang lebih cocok dengan Sherrin yang karirnya sedang melejit."

"Hahaha. Melejit? Itu karena yang terdepan telah tersisihkan. Sherrin jadi ngetop setelah kamu pensiun jadi model, May. Nggak perlu berdebat dengan Mama, itu fakta!" Nyonya Melita bersedekap memandangi puterinya dengan wajah masam, tawanya seolah kering tanpa nada suka cita.

Semenjak Maya lumpuh semua orang dari jagad hiburan seolah lenyap bak ditelan bumi. Managernya, rekan-rekan model dan selebritisnya, wartawan, dan pihak perusahaan yang biasa mengendorse dirinya seolah menganggap dirinya sudah mati seiring karirnya yang habis sebagai model.

"Dunia yang Maya miliki sekarang adalah dunia dongeng khayalan. Maya masih hidup ... dan selama nyawa masih ada di tubuh Maya—biarlah karya yang Maya tinggalkan bisa menghibur anak-anak. Dongeng itu akan menjadi kenangan indah di masa kecil mereka," tutur Maya menceritakan kepada Mamanya apa yang tengah ia kerjakan saat ini.

Mata Nyonya Melita berembun, ia bersyukur puterinya itu tidak patah semangat dalam menjalani hidup saat segalanya gelap di jalan kehidupannya. "May, lakukan apa yang membuatmu bahagia. Mama akan selalu mendukungmu hingga akhir hayat," pesannya sembari menggenggam tangan Maya.

"Makasih, Ma. Hanya itu yang Maya perlu. Oya, dari pihak penerbit buku menghubungi Maya tadi pagi via email. Hari Sabtu besok, mereka akan mengadakan jumpa fans buku anak-anak dan juga sesi story telling. Maya diminta untuk menjadi salah satu bintang tamu yang akan bercerita dongeng untuk anak-anak yang datang ke acara itu, Ma!" 

Dengan antusias Maya menceritakan kesibukan barunya. Dunia hiburan sudah membuatnya terbiasa menjadi pusat perhatian orang banyak, dia tidak takut harus tampil di hadapan publik untuk bercerita dongeng anak-anak yang ia tulis sendiri.

***

Akhirnya hari besar yang telah dinanti-nantikan oleh Sherrin Arthasena pun tiba. Takdir seolah berpihak kepadanya, saingan sekaligus rival yang ia benci telah tersingkir tanpa ia harus bersusah payah. Sederet pekerjaan di bidang model yang bonafid lengkap bersama mantan kekasih Maya kini ada dalam genggamannya. 

Orang-orang yang dulu selalu membanding-bandingkannya dengan sosok Maya Angelita sudah bungkam. Dan Sherrin bisa melenggang dengan angkuh di hadapan batang hidung mereka. Wanita sempurna yang katanya excelent and perfection itu kini cacat seumur hidup, sungguh disayangkan! 

Sherrin tertawa sendiri di depan cermin rias yang memantulkan bayangan dirinya yang cantik paripurna petang ini. Sebentar lagi Andre Cornelius Wijaya, aktor yang tampan dan sukses itu akan menyematkan cincin pertunangan ke jari manisnya. "Good bye, Maya!" ucapnya riang.

Gaun panjang Versace berwarna gold yang menampakkan bahunya serta sebagian besar bagian dadanya itu juga membalut tubuh proporsional Sherrin dengan sempurna, menampilkan lekuk-lekuk nan menggoda dari tubuhnya. Dia berputar di hadapan cermin dan tersenyum puas.

"Wah, cantiknya calon menantuku!" seru suara wanita dari ambang pintu kamar hotel yang digunakan sebagai ruang rias.

Sherrin pun menoleh dan menjawab, "Ehh, Tante Astrid! Kapan datang?" 

Nyonya Astrid Wijaya memeluk dan menempelkan pipinya kanan kiri ke calon tunangan puteranya itu. 'Model ngetop yang cocok mendampingi Andre,' batinnya puas.

"Baru—baru aja kok, Sher! Cantik banget kamu malam ini, pasti si Andre ndomblong lihat kamu nanti!" balas Nyonya Astrid dengan mata berbinar menatap Sherrin. 

(ndomblong=terbengong-bengong dalam bahasa Jawa)

Mendengar perkataan calon mertuanya, Sherrin pun terkikik. Dia membayangkan wajah kekasihnya yang terbengong-bengong, pastinya lucu dan menggemaskan. Dia lalu berkata, "Tante Astrid, acaranya apa sudah mau mulai ya di bawah?"

"Iya, makanya Tante jemput kamu ke sini. Tante pikir make-up kamu belum kelar tadi kok nggak turun-turun ke venue acara," jawab Nyonya Astrid sembari menggandeng Sherrin dan berjalan keluar dari kamar penthouse hotel bintang 5 itu menuju ke lift.

Acara pesta pertunangan terheboh tahun ini diadakan di Hotel Cakrawala Indonesia yang megah. Dekorasi panggung yang terletak di tepi kolam renang luas berair jernih tampak indah dan meriah. Rangkaian bunga berbagai jenis warna-warni nampak di mana-mana. 

Sherrin merasa bangga ketika ia melihat deretan papan ucapan selamat berbahagia terpajang di dinding seberang panggung. Berbagai brand kosmetik beserta banyak perusahaan nasional mengirimkan ucapan selamatnya untuk dirinya dan Andre.

Sesampainya di atas panggung, Sherrin segera disambut hangat oleh calon tunangannya. Andre berdiri dari kursinya lalu mengulurkan tangan kanannya untuk gadis itu teriring senyum yang terkembang di wajah tampannya yang dipuja jutaan kaum Hawa di penjuru negeri ini.

"Lama banget datangnya, Sher! Aku jadi kangen sama kamu, Cantik!" ujar Andre mengerling kepada calon tunangannya.

Sherrin tertawa pelan lalu menggandeng lengan kekasihnya itu. "Biasa cewek 'kan dandannya lama, Mas Andre. Yang penting cantik 'kan?" balasnya.

"Banget—seperti bidadari jatuh dari langit!" rayu Andre dengan tatapan yang memuja.

"Gombaldotcom ihh!" tukas Sherrin sekalipun hatinya berbunga-bunga mendengarnya.

Ketika mereka sedang sibuk berbincang menunggu MC memulai acara pertunangan malam itu, sesosok wanita di atas kursi roda muncul di tempat acara dan membuat kehebohan dari awak media yang hadir meliput acara maha penting di dunia entertainment tahun ini. 

Mata Sherrin memicing tak senang ketika ia mengenali seraut wajah cantik nan sendu itu. 'Kenapa lagi si Maya nongol di acara penting gue?! Apa masih nggak rela Andre milih gue jadi tunangannya?' geram Sherrin dalam hatinya.

Comments (36)
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
emang cocok deh sherrin jadi tunangannya Andre dia satu frekuensi dengan mamanya sama-sama jahat
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
udah Maya harusnya kamu nggak datang di acara pertunangan itu, nyakitin diri kamu sendiri
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Sherrin,kalau kau mempertanyakan kedatangan Maya ke pesta pertunanganmu dengan Andre,maka orang yg harus menjawab pertanyaan itu adalah Ny Astrid,mamanya Andre...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Pahlawan Misterius di Kolam Renang

    Sebenarnya niat Maya datang ke acara pertunangan Andre dan Sherrin hanya untuk memberi ucapan selamat lalu pulang. Dia telah menerima kenyataan bahwa sang mantan terindah sudah bisa move on dengan cepat darinya. Tiga bulan saja cukup untuk berganti tunangan bagi Andre.Blitz kamera wartawan menyerbu sosoknya di atas kursi roda. Mamanya menemaninya dengan mendorongnya dari belakang. "Mbak Maya, apa Mbak sakit hati mengetahui Mas Andre sudah bertunangan lagi?!""Mbak Maya, kapan bisa kembali jadi model lagi?!""Apa Mbak Maya ingin menggagalkan acara pertunangan Andre dan Sherrin malam ini?!"Rentetan pertanyaan yang tumpang tindih dilontarkan oleh mulut-mulut usil wartawan majalah gosip dan infotainment terus dilontarkan kepada Maya Angelita. Namun, gadis di atas kursi roda itu hanya bungkam tanpa satu jawaban pun meluncur dari mulutnya."Ma, bawa Maya ke pelaminan saja ya. Kita kasih Kak Andre selamat lalu pulang!" ujar Maya setengah berteriak melawan suara berisik di sekelilingnya.

    Last Updated : 2022-11-21
  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Tampan, Tajir, Tapi Jomblo

    Diam-diam Ananda Kusuma menatap kepergian mobil milik hotelnya yang mengantarkan gadis lumpuh yang tadi tercebur di kolam renang dan juga ibundanya pulang ke rumah. Sungguh pertemuan tak terduga baginya karena tadi ia sebenarnya hanya memeriksa event akbar pertunangan artis yang menyewa tempat di hotelnya. Langkahnya terhenti saat hendak meninggalkan venue acara yang tiba-tiba heboh dengan teriakan histeris minta tolong. Namun, herannya tak ada satu orang pun yang tergerak menolong sosok yang tenggelam di kolam renang hotelnya. Ananda sempat merutuk karyawannya yang seharusnya bertanggung jawab di area kolam renang, mereka tidak stand by di posisi tugas seharusnya.Alhasil dia sendiri yang berlari melompat ke dalam air karena cemas dengan kasus tenggelam di kolam renang hotelnya yang bisa mencoreng reputasi hotel bintang 5 miliknya. Namun, ketika melihat sosok gadis yang tenggelam di dasar kolam sedalam 2.5 meter itu, jantung Ananda serasa terpukul. Seraut wajah cantik yang tak akan

    Last Updated : 2022-12-05
  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Gadis Pendongeng yang Cantik

    Ketika Ananda Kusuma melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan, dari kejauhan dia sudah mendengar adik perempuan semata wayangnya sedang merayu putera tunggalnya untuk makan pagi. Dia pun tertawa kecil sembari duduk di samping keponakannya."Kalau rewel sarapannya, janji kita semalam batal aja deh!" ancam Ananda dengan efektif kepada bocah laki-laki 8 tahun itu.Edward mengerutkan alisnya dengan sengit lalu duduk bersedekap menoleh ke pamannya. "Om Nanda curang kalau begitu! Janji adalah janji," protesnya.Namun, Ananda hanya menanggapinya santai sambil mengambil satu porsi sandwich daging asap keju ke piringnya. "Kalau begitu selesaikan sarapanmu cepat. Om selalu makan tanpa harus dipaksa sejak kecil. Sarapan itu penting untuk mengisi energi sebelum beraktivitas!" ujar Nanda ringan sembari memberikan wejangannya untuk keponakan kesayangannya.Sebuah helaan napas terpaksa lalu Edward membiarkan maminya menyuapinya dengan menu nasi kuning yang sebetulnya lezat. Dia hanya terlalu malas

    Last Updated : 2022-12-05
  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Lowongan Perawat Baru

    "Halo ... namanya siapa ini?" Maya menyapa bocah laki-laki tampan yang ditemani oleh pria yang tadi membetulkan posisi mikrofon untuknya.Edward menyeringai lebar tertular senyuman seterang lampu LED 100 watt itu. Dia pun menyahut, "Namaku Edward, Kak. Ohh ... iya, kenalkan juga pamanku, ini Om Nanda!" Dia menyikut paha pamannya yang jangkung itu dengan agak keras."Ehh ... Ananda," ucap Nanda mengulurkan tangan kanannya kepada Maya. Dia sedikit terkejut karena tak menyangka akan dikenalkan kepada gadis itu oleh keponakannya yang getol menjodohkannya dengan penulis idolanya."Maya—" Gadis itu menatap lurus wajah Nanda yang sama-sama merona seperti dirinya dan agak salah tingkah.Namun, ia pun teringat antrean yang mengular dibelakang Ananda dan Edward. Lalu ia pun menanda tangani buku dongeng milik bocah itu sembari berkata, "Apa mau foto bareng aku juga?""Mau dong, Kak Maya! Ayo Om, buruan banyak yang antre tuh. Pake ponsel Om Nanda aja ya?" Edward segera berpindah posisi ke samping

    Last Updated : 2022-12-05
  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Cinta Telah Sirna

    "Mbak Maya, selamat ya—Anda terpilih menjadi model ambassador produk Flexi Wheel Chair. Kalau pengambilan fotonya siang ini pukul 12.00 WIB apa bisa?" tutur manager bagian promosi perusahaan kursi roda impor asal Jerman di sambungan telepon.Maya yang memang sempat dihubungi sebelumnya oleh Bu Monica Berliana, manager yang sedang meneleponnya saat ini pun merasa gembira. Dia memang sudah tak bisa lagi berjalan melenggak-lenggok di atas sepatu high heels, tetapi dia masih bisa duduk dan berpose dengan menarik di depan lensa kamera. Ada rasa rindu di hatinya menjadi seorang model seperti dulu."Ohh ... siap, Bu Monic. Dimana lokasi pemotretannya ya?" balas Maya dengan sopan."Di Studio Ice-Xpression, Jakarta Selatan. Tahu 'kan, Mbak Maya?" jawab Bu Monica Berliana. Maya pun mengonfirmasi pertanyaan Bu Monica dan mengatakan akan datang ke pemotretan tepat waktu sebelum mengakhiri sambungan telepon mereka. Setelah itu Maya mencoba untuk berpindah dari atas ranjangnya ke kursi roda sendir

    Last Updated : 2022-12-07
  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Kejutan Perawat Baru

    "TOK TOK TOK." Suara ketukan jamak di pintu ruangannya membuat Ananda menghentikan pekerjaannya dan berseru, "Masuk!"Aji Prasetyo, sekretaris sekaligus asprinya masuk diikuti seorang pria paruh baya berkepala botak dengan rambut berseling uban di sana sini. "Pak Nanda, ini Pak Rudiyanto yang tadi sudah Anda tunggu kedatangannya," ujar Aji seraya mempersilakan tamu bosnya duduk di seberang meja CEO."Oke, Ji. Kamu boleh keluar. Kalau ada yang cari saya—suruh kembali besok saja atau buat janji lagi, oke?" balas Ananda Kusuma yang duduk di kursi CEO dengan jemari tangan terlipat di meja menatap Aji."Baik, Pak Nanda. Saya permisi kalau begitu," jawab Aji lalu bergegas keluar dan menutup pintu ruangan bosnya rapat-rapat. Kini hanya tinggal Ananda bersama pria yang ia tunggu-tunggu di ruangan itu. Dia pun berdehem lalu menyambut kedatangan tamunya, "Ehm ... selamat datang, Pak. Jadi—Anda Pak Rudiyanto Situmorang? Saya baca di internet kalau Bapak ini instruktur profesional yang bisa mene

    Last Updated : 2022-12-08
  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Menyentuh Kaki Sang Dewi

    Sesuai pelajaran yang ia terima dari kursus kilat fisioterapi Pak Rudiyanto, pria tampan itu menyiapkan seember air hangat yang ia ambil dari keran bathtub serta beberapa krim khusus yang mengandung obat pelancar peredaran darah serta merangsang impuls saraf. Maya duduk berselonjor di kursi panjang khusus untuk terapi kakinya yang lumpuh. Ia membaca majalah mode Famous sembari menunggu kesibukan perawat barunya yang masih belum selesai juga."Maaf nunggu agak lama, May. Yuk kita mulai saja terapinya!" ucap Ananda sambil duduk di bangku pendek di samping kursi panjang Maya. Dengan wajah merona Maya menganggukkan kepalanya seraya menjawab, "Silakan saja, Mas Nanda. Aku siap kok."Tangan Ananda terampil mencelupkan dua handuk berukuran kecil ke dalam air hangat di ember lalu memerasnya sebelum dikompreskan ke kaki bagian betis Maya kanan kiri. Dia mengusap-usapkan handuk setengah basah itu dengan teratur ke sepanjang kaki Maya. Ketika sampai di lutut, ia terhenti dan menatap wajah Maya

    Last Updated : 2022-12-09
  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Pelaku yang Mendorong Kursi Roda Maya ke Kolam Renang

    "Oke, aku pulang dulu ya, Maya. Lusa kita lanjutkan fisioterapinya. Tetap semangat ya!" pamit Ananda Kusuma kepada Maya di teras depan rumah berhalaman asri siang itu.Gadis cantik di atas kursi roda itu melambaikan tangannya melepas kepergian perawat barunya yang baik dan sangat perhatian. "Mas Nanda pulangnya hati-hati ya! Nggak usah ngebut," pesan Maya sembari melengkungkan bibirnya untuk tersenyum manis."Pasti. Tenang saja, May! Aku 'kan jago ngepot di jalan raya," jawab Ananda mencandai Maya seraya terkekeh sebelum mengenakan helm standar di kepalanya. Kemudian pria itu melambaikan tangannya ke arah Maya sebelum tancap gas sepeda motor menuju ke rumah keluarga Kusuma. Dia akan berangkat siang ke kantor, tetapi dengan diantar oleh sopir pribadinya. Badannya agak kelelahan setelah melakukan banyak pekerjaan ala rakyat jelata yang dia kesalkan dalam hatinya.Memang naik sepeda motor membuatnya tak terlalu buang waktu dengan kemacetan yang merajalela di ibu kota. Ananda sampai di r

    Last Updated : 2022-12-09

Latest chapter

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Perhiasan Abadi Bagi Seorang Wanita (The End)

    Beberapa bulan kemudian sesuai janji Maya kepada Dokter Joyo Baskara, usai kelahiran anak kembar laki-laki dan perempuannya berselang masa nifasnya. Dia mengunjungi TPU Tanah Kusir bersama suaminya kali ini. Mereka hanya berdua saja dan ketiga anak mereka dititipkan di rumah kakek neneknya.Langit pagi itu biru cerah dengan gumpalan awan putih di angkasa. Musim kemarau baru berjalan tak lama di Indonesia waktu itu. Angin di taman pemakaman yang asri dan tenang itu bertiup sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjang Maya yang tergerai. Suara serangga tongeret terdengar nyaring mengisi kesunyian tempat dimana ratusan jasad terkubur di bawah tanah berlapis rumput hijau yang terpangkas rapi.Ananda berjalan sembari menggenggam tangan kanan Maya dengan tangan satunya membawakan keranjang bunga mawar tabur untuk makam mendiang Andre dan mamanya.Dari kejauhan mereka dapat mengenali nisan putih bertuliskan nama sepasang ibu dan anak yang telah tiada tak lama berselang itu. Mereka berdua melangka

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Kata Maaf yang Tak Sempat Terucap

    "Maafkan kami, Bu Maya. Kondisi fisik Nyonya Astrid semakin hari semakin melemah. Secara kejiwaan dan juga pikiran memang terapi psikologisnya berhasil membawa akal sehatnya kembali normal. Hanya saja—semangat hidupnya telah sirna, di situlah letak kesulitannya," terang Dokter Joyo Baskara yang merawat mama Andre selama berbulan-bulan terakhir ini.Maya pun menanggapi perkataan Dokter Joyo melalui sambungan telepon antar negara itu, "Baik, Dok. Kalau boleh saya tahu apakah Tante Astrid masih mau makan teratur setiap hari?""Masih, hanya terlalu sedikit. Dia juga lebih banyak tidur dibanding beraktivitas. Jarang berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Saya yang paling sering berbicara dengan beliau untuk menjalani konseling kejiwaan," ujar Dokter Joyo berusaha menjelaskan situasi sulit yang dihadapinya terkait pasien yang ditanganinya.Setelah berpikir sejenak, Maya pun bertanya, "Seandainya saya datang ke sana, apa beliau mau berbicara dengan tenang?""Nyonya Astrid me

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Dua Kabar Bahagia

    Ketika Ananda sarapan pagi bersama Maya dan Bayu, di sekeliling meja makan juga ada Aji dan Marcella yang sudah dianggap seperti anggota keluarga kecil mereka."Ji, bikinin janji ke rumah sakit sepulang kerja nanti buat Maya ya. Kami mau periksa kehamilan," ujar Ananda santai sambil menikmati menu sarapan paginya.Mendengar perintah bosnya, Aji dan Marcella saling bertukar pandang kikuk. Mereka lalu diam-diam tersenyum satu sama lain. Aji pun menjawab, "Siap, Pak Nanda. Nanti saya buatkan janji ke dokter Obsgyn. Oya, kalau nanti kami nebeng berangkat ke rumah sakit apa boleh, Pak?"Kali ini Maya dan Ananda yang heran lalu Maya yang bereaksi terlebih dahulu, "Siapa yang sakit nih?""Cella juga mau periksa kehamilan sore ini, Bu Maya!" jawab Aji yang membuat seisi meja makan tertawa.Ananda pun menanggapi, "Kok bisa barengan nih jadinya. Padahal bikinnya nggak janjian 'kan?" Mendengar candaan suaminya, Maya mencubit pinggang pria itu hingga mengaduh-aduh. "Mas Nanda ini bisa-bisanya—"

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Karunia untuk Pasangan Unik

    "Hai, Hubby ... apa kamu capek?" sambut Marcella Wrigley saat bayi besarnya memeluknya erat-erat di balik pintu kamar tidur mereka sepulang kerja.Dengan manja Aji menyurukkan wajahnya di lekuk leher istrinya yang menguarkan aroma parfum feminin nan lembut. Dia menyesap kulit putih terang itu, tetapi Marcella membiarkannya begitu sekalipun akan membekas tanda kepemilikan berwarna merah tua nantinya yang tentu saja bertahan cukup lama."Baby Cella, Sayangku ...," gumam Aji sembari meraup tubuh istrinya menuju ke tempat tidur mereka.Wanita berambut pirang dengan sepasang mata biru itu melingkarkan kedua lengannya di leher Aji sambil menatap wajah pemuda berondong menggemaskan yang sedang menggendongnya. "Ji ... aku punya kabar mengejutkan untukmu," ujar Marcella hati-hati saat tubuhnya dibaringkan di atas ranjang. "Apa tuh, Cella?" sahut Aji santai seolah yakin dia tak akan terkejut mendengar pemberitahuan istrinya. Mereka sudah menikah berbulan-bulan dan kipernya telalu ahli menjaga

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Ketika Yang Mulia Menjadi Terhina

    "Terdakwa penculikan putera dari CEO Grup Kusuma Mulia yaitu pasangan ibu dan anak Hartadinata telah menerima vonis bersalah dari pengadilan dan dijatuhi hukuman kurungan selama 5 tahun. Demikian laporan Desti Triana dan cameraman Rizky Setiadi dari depan ruang sidang. Kembali ke studio 5 Surya TV!" Berita siaran petang itu menjadi tayangan yang menyita perhatian Pak Alan dan Nyonya Belina. Mereka saling bertukar pandang prihatin. Kemudian Nyonya Belina berkata, "Kasihan sebenarnya, Pa. Sekeluarga kok bisa masuk bui semua. Mas Arifian juga masih 14 tahun penjara hukumannya."Pak Alan mendesah lelah, dia pun menanggapi, "Itu keluarga kacau balau, Ma. Kita telah salah mengenali di awal berteman dengan mereka. Tadinya konglomerat, sekarang malah sudah jatuh miskin masih harus tinggal di hotel prodeo. Malunya berlipat-lipat kalau dulu kita jadi berbesan sama mereka, tingkah mereka aneh-aneh begini!""Benar, Pa. Memang Mama dulu salah menilai, justru keluarganya Maya yang baik-baik saja m

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Jutek Tingkat Dewa

    Selang 24 jam pasca menghilangnya Bayu dari kediaman Kusuma Mulia. Pihak kepolisian dan juga Ananda Kusuma ditemani oleh sekretarisnya mendatangi Royal Heir Dharmawangsa apartment."TING TONG." Bunyi bel apartment milik Nyonya Shinta terdengar mengejutkan dia dan puterinya yang memang sengaja tidak keluar kemana pun dari apartment itu sejak kemarin malam."Ehh—siapa tuh, Ma?" tanya Deana cemas bertukar pandang dengan mamanya di sofa.Kemudian Nyonya Shinta berjalan ke pintu keluar unit apartmentnya dan mengintip siapa tamunya dari lubang intip. Ketika dia melihat petugas polisi berseragam, makin paniklah dia. "Dea ... Dea, ada polisi di depan!" serunya berlari menuju ke sofa.Namun, gedoran di pintu terdengar bersama suara amarah Ananda. "Buka pintunya atau perlu didobrak?!" teriaknya mengancam dari balik pintu. "Waduh Ma, gimana nih? Kok Mas Nanda tahu kita ada di sini?" Deana mencicit panik.Sementara Bayu yang tadinya diam mulai menjerit-jerit, "PAAPAA ... PAAAPAAA ...."Setelah m

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Ibu dan Anak yang Buron

    Suara tangisan dan rengekan bayi terdengar memenuhi mobil Alphard putih yang tengah melaju di jalanan ibu kota yang padat oleh kendaraan bermotor petang itu. Sang sopir melirik curiga melalui spion tengah mobil yang dia kemudikan. 'Perasaan tadi nyonya besar dan nyonya muda berangkat nggak bawa bocah. Lha ini ... lantas anak siapa? Jangan-jangan mereka nyulik anak orang!' batin Pak Suryo gelisah sembari berjibaku dengan lalu lintas yang begitu ramai."Rewel banget sih nih bocah!" keluh Deana yang memangku putera Maya. Dia memang tidak suka anak kecil. "Sabar, Dea. Sebentar lagi juga sampai di apartment," bujuk Nyonya Shinta melirik puterinya dan Bayu yang menangis tak henti-hentinya. Memang mereka berdua tidak mengerti kalau bocah laki-laki itu kelaparan, tadi Suster Sisca pergi ke dapur untuk membuatkan susu untuk Bayu dan Nyonya Shinta membawa pergi bocah itu diam-diam.Mobil Alphard putih itu membelok ke apartment Royal Heir Dharmawangsa yang mewah. Pasca hotel milik keluarga Ha

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Penculikan Bayu

    Sore itu kediaman Keluarga Kusuma Mulia ramai dikunjungi oleh serombongan nyonya-nyonya sosialita. Ada arisan elite bulanan yang digelar di sana. Tempat acara bergengsi itu berpindah-pindah sesuai giliran dan kebetulan kali ini jatuh di rumah mama Ananda.Maya pun diundang bersama putera tunggalnya untuk diperkenalkan ke teman-teman arisan Nyonya Belina. Sekalipun Maya sebenarnya tidak terbiasa mengikuti acara semacam itu, mau tak mau demi menghormati mama suaminya dia pun hadir."Jeng-jeng, kenalkan ini Maya Angelita, menantu saya. Mungkin sebagian sudah kenal ya karena dia ini penulis dongeng anak terkenal lho, nggak cuma di Indonesia ... sampai luar negeri juga bukunya dijual. Dan yang ini cucu saya, namanya Bayu. Lucu ya?!" tutur Nyonya Belina berdiri bersama Maya dan Bayu yang digendong mamanya di hadapan teman-teman arisan yang tajir melintir itu.Apa pun yang bisa disombongkan harus ditonjolkan, itulah prinsip anggota arisan elite yang diikuti Nyonya Belina. Para wanita itu pun

  • Gadis Cacat Pilihan CEO   Di Hadapan Gundukan Tanah Basah

    Pagi dengan gerimis rintik-rintik sisa hujan besar semalam masih mengguyur kota Jakarta. Wanita cantik dengan gaun hitam selutut itu menguatkan tekadnya untuk mengunjungi TPU Tanah Kusir, tempat dimana mendiang Andre dimakamkan. Mungkin sedikit terlambat, tetapi dia memang baru mengetahui berita duka cita itu belakangan.Payung hitam yang dia bawa untuk menaungi tubuhnya meneteskan air di ujung-ujung rusuk benda itu. Angin dingin yang menerpanya serasa menusuk tulang, pipinya basah oleh air mata yang mengalir di balik kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajahnya.Selangkah demi selangkah Maya menuju ke sebuah gundukan tanah merah yang masih baru dibuat. Ada sebentuk nisan yang tertancap bertuliskan nama familiar seorang pemuda yang pernah begitu berarti dalam hidupnya.Keranjang bunga mawar tabur terayun pelan di tangan kanannya. Semakin dekat ia melangkah, dadanya terasa semakin sesak. Maya mungkin telah memiliki cinta baru yang indah bersama Ananda. Namun, kenangan manis masa pac

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status