Share

Masa Lalu

Penulis: Ayra N Farzana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-03 19:37:37

“Mas, katakan yang jujur! Siapa Mira?” Aku menunjuk ke luar kamar.

Emosiku begitu memuncak. Apalagi melihat tatapan Mira tadi membuatku muak. Aku sudah tak tahan lagi. Aku butuh kepastian. Aku butuh bukti kalau gadis itu benar-benar putri Mas Doni. Bukan hanya sekedar omongan. Andai benar dia putrinya, mana mungkin pria itu memasuki kamar putrinya yang berusia belia pagi buta seperti itu.

“Dia putriku, San.” Mas Doni memandangku.

Aku melihat gurat kelelahan di wajahnya. Pria itu terlihat tertekan. Namun, hal itu tak menyurutkanku untuk meminta bukti kalau Mira itu benar-benar putrinya. Aku khawatir, kalau Mas Doni itu sugar daddy dan Mira adalah gadis bayarannya. Kalau benar kenyataannya seperti itu, mereka harus berpisah. Tak boleh mereka berbuat dosa di rumah. Apalagi ada Shakira. Jangan sampai gadis kecilku itu melihat kesalahan ini.

“Mana buktinya kalau gadis itu adalah putri kandungmu?”

“Apa tidak cukup dengan ceritaku kemarin!” Mas Doni membentakku.

Kemarin, pria itu menceritakan padaku kalau Mira adalah kesalahan dirinya ketika dia duduk di bangku SMA. Sebagai anak satu-satunya, kedua orang tua Mas Doni tak ingin malu dan tak ingin masa depan suamiku hancur. Maka dari itu, kedua orang tuanya menyembunyikan segalanya. Tentunya dengan uang.

Ketika Mira lahir, gadis itu dititipkan pada Nenek Mas Doni yang tinggal di kampung. Sedangkan biaya hidup gadis itu tentu saja, keluarga Mas Doni yang memenuhinya.

Untuk surat-surat dan administrasi semua di atas namakan kedua orang tua Mas Doni. Jadi, secara administrasi, Mira adalah adik Mas Doni. 

Keberadaan ibunya entah di mana. Kedua orang tua. Mas Doni meminta wanita itu untu menyerahkan anaknya dan meminta wanita itu pergi. Apalagi, menurut pria itu, orang tua ibunua Mira merupakan orang miskin.

Mas Doni mengambil Mira kembali karena kakek dan neneknya sudah meninggal. Beberapa tahun ini Mira tinggal sendiri di kampung halaman mereka. Mas Doni menjemput gadis itu atas permintaan kedua orang tuanya. Mereka merasa berdosa telah menelantarkan gadis itu.

“Mas, kalau benar dia anakmu, kenapa pagi buta kamu keluar dari kamarnya?” Aku memandang Mas Doni.

Pria itu tampak gusar. Mungkin benar kalau mereka ada hubungan lebih.

“Mira teriak-teriak pukul empat tadi.” Mas Doni menceritakan kalau Mira mimpi buruk. Gadis belia itu ketakutan. Jadi, dia menemaninya di kamar. Mas Doni juga mengatakan kalau dirinya tidak tidur seranjang. Pria itu hanya duduk mengamati dari kursi yang ada di sana.

“Gadis itu,” Mas Doni menunjuk ke pintu, “trauma akan kejadian yang menimpanya tempo hari.” Suamiku bercerita, kalau tempo hari ada beberapa pria yang menghadangnya. Coba menyakitinya dan merenggut mahkotanya. Beruntung, Mira berhasil lolos dari mereka. Alasan itu juga yang membuat Mas Doni membawanya ke rumah. Mira adalah kewajibannya.

Mendengar hal itu aku terenyuh. Mungkin, aku harus menerima kehadirannya.

Setelah puas dengan penjelasan Mas Doni, aku ke dapur untuk memasak.

Melewati ruang tamu, aku memandang ke kamar tamu. Aku kembali teringat kata-kata Mira yang hendak merebut Mas Doni dari kami. Entah apa yang hendak direncanakannya. Aku harus selalu waspada.

“Hai, Gendut!” Aku menoleh ke arah sumber suara.

Gadis yang tak kuharapkan kehadirannya itu sudah berdiri di belakangku. Mulutnya tak henti-hentinya meniup permen karet menjadi balon.

“Jorok!”

“Berisik!” Gadis belia itu berdiri di sampingku yang sedang menggoreng telur. “Kamu tidak tahu aja, bagaimana nikmatnya mengunyah permen karet.”

Aku memandang gadis itu.

“Permen ini bisa membuat lupa bagaimana rasanya ditinggalkan.”

Perkataan gadis itu begitu mengena di hati. Begitu terlukanyakah dirinya?

“Awas! Jangan sampai kaki mulusmu kena cipratan minyak,” godaku menoleh ke arah kakinya yang hanya terbalut celana sebatas paha.

“Heh, Gendut.” Gadis itu menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepala menelanjangi. “Aku enggak habis pikir, kenapa selera Ayah rendahan seperti ini.”

Gadis belia itu memang tak punya sopan santun.

Aku mematikan kompor, lalu memandang gadis belia itu. “Terus, apakah ibumu lebih baik dan cantik dariku?”

Seketika gadis itu terdiam. Sebenarnya aku merasa bersalah mengatakan hal itu. Mana mungkin dia mengenali ibunya. Jika wanita yang telah melahirkannya itu pergi usai melahirkannya ke dunia atas permintaan kakek neneknya.

“Jangan tanyakan hal itu padaku. Karena aku tak punya ibu. Aku ini anak yang terlahir dari batu.” Gadis belia itu pergi begitu saja meninggalkanku.

Hal itu membuatku sedikit iba. Pasti kehidupannya tanpa orang tua selama ini begitu sulit. Walaupun, ekonominya berkecukupan, tapi gadis belia itu tak mendapatkan kasih sayang. dari kedua orang tuanya. Aku menghela napas berat, lalu kembali melanjutkan aktivitas pagi.

Bersambung ....

Bab terkait

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Pesan Mencurigakan

    Suasana rumah seketika berubah sepi. Mas Doni berangkat kerja, Shakira sekolah. Hanya aku dan gadis belia itu yang ada di rumah. Gadis itu tidak tamat SMA. Harusnya dengan ekonomi yang berkecukupan, Mas Doni bisa menyekolahkannya. Namun, entah mengapa hal itu belum dilakukannya. Aku juga belum bertanya. Karena memang semua terserah Mas Doni.Usai tak ada lagi pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, aku duduk di ruang keluarga. Menonton acara kesukaan. Berita yang sedang heboh saat ini. Tanpa terasa, air mata menetes membasahi pipi ketika melihat bocah kecil yang baru saja ditinggal oleh kedua orang tuanya. Jika aku saja terenyuh dengan nasib bocah yang tak kukenal itu, harusnya aku juga iba dengan Mira dan bisa menerimanya.Aku memandang kamar gadis itu. Apa perlu aku mendekatkan diri padanya?Ponsel yang sedari tadi di tangan, aku letakan ke atas meja kecil di hadapan. Aku bangun hendak ke kamar gadis itu. Namun, segera kuurungkan ketika kembali mengingat perkataannya yang hendak m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Memutar Balikan Fakta

    Aku memilih menjemput Shakira. Soal gadis belia itu, urusan nanti. Mobil yang membawa Mira berjalan melewatiku. Dari balik kaca, aku bisa melihat seorang pria duduk di depan kemudi. Sedangkan gadis belia itu duduk di sampingnya. Entah siapa pria yang bersama Mira dan ada hubungan apa di antara mereka. Ada baiknya nanti aku bertanya pada Mas Doni perihal mereka. Aku tak mau asal menduga. Siapa tahu, pria itu saudaranya. Perlahan aku mengemudikan mobil menuju sekolah tempat Shakira menimba ilmu. Gadis itu sebentar lagi pulang. Aku tak tega, bila dia terlalu lama menunggu. Setibanya di sekolah, tampak para siswa sedang berbaris di depan gerbang. Wali kelas mereka menemani untuk memastikan kalau para siswa sudah ada yang menjemput. Dari kejauhan, aku melihat Shakira baru saja keluar dari dalam kelas. Diikuti wali kelasnya. Bergegas aku turun dari mobil untuk menghampiri gadis kecil itu. Dengan gayanya, Shakira menceritakan kalau dirinya mendapat nilai seratus ketika mengerjakan tug

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Hotel Melati

    Dari balik pintu kamar Mira, aku mendengar Mas Doni sedang menasihati putrinya. Sebagai orang tua yang mempunyai anak gadis seperti Mira, pasti khawatir kalau putrinya salah dalam bergaul. Apalagi jaman sekarang. Banyak wanita yang masuk angin sebelum ijab kabul dilaksanakan. Usai makan tadi, Mas Doni bertanya pada gadis itu dengan siapa dia pergi pagi tadi. Gadis belia itu hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulurnya. “Papa tidak ingin kamu sampai bernasib seperti ibumu!” “Seperti Ibu? Bukannya Anda yang merusak ibu saya.” Situasi mulai memanas. Dari balik pintu, aku bisa melihat Mas Doni salah tingkah mendengar jawaban putrinya. Argh! Pria itu mengacak rambutnya kasar. Aku sengaja tidak ikut campur untuk menasihati gadis itu. Bukan tak mau, hanya saja aku tak mau dicap sebagai ibu tiri yang kejam. Tidak ada hubungan darah di antara kami. Apalagi gadis belia itu tak menyukaiku. Kalah telak dengan perkataan putrinya, Mas Doni memilih meninggalkan gadis itu. Pria itu b

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kebahagiaan Melampaui Batas

    Melihat hal itu aku hanya bisa mengelus dada. Aku mengikuti masuk ke halaman hotel. Rencana hendak mengintai apa yang akan mereka lakukan. Karena hotel yang mereka masuki, memang hotel yang sering digunakan para pasangan yang belum halal. Rasa kecewa seketika menyelimuti dada. Aku tak habis pikir, kurang kasih sayang membuat gadis itu melampiaskannya pada perbuatan yang tak terpuji. Mungkin ini arti dari perkataannya tadi. Bahagia dengan caranya sendiri. Sejahat-jahatnya aku. Tak mungkin juga aku membiarkan gadis itu terjerumus ke dalam lubang dosa. Aku juga membayangkan, kalau yang ada di hadapanku itu adalah Shakira. Pandanganku seketika beralih pada Shakira. Aku mengelus puncak kepalanya dan berdoa agar gadis kecilku itu tak bernasib sama dengan Mira. “Mama kenapa menangis?” Gadis kecil itu menatapku. Gegas aku menggeleng. “Sepertinya ada debu yang masuk mata mama.” Tanpa diminta, gadis kecil itu meniu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kebahagiaan

    Melihat hal itu aku hanya bisa mengelus dada. Aku mengikuti masuk ke halaman hotel. Rencana hendak mengintai apa yang akan mereka lakukan. Karena hotel yang mereka masuki, memang hotel yang sering digunakan para pasangan yang belum halal. Rasa kecewa seketika menyelimuti dada. Aku tak habis pikir, kurang kasih sayang membuat gadis itu melampiaskannya pada perbuatan yang tak terpuji. Mungkin ini arti dari perkataannya tadi. Bahagia dengan caranya sendiri. Sejahat-jahatnya aku. Tak mungkin juga aku membiarkan gadis itu terjerumus ke dalam lubang dosa. Aku juga membayangkan, kalau yang ada di hadapanku itu adalah Shakira. Pandanganku seketika beralih pada Shakira. Aku mengelus puncak kepalanya dan berdoa agar gadis kecilku itu tak bernasib sama dengan Mira. “Mama kenapa menangis?” Gadis kecil itu menatapku. Gegas aku menggeleng. “Sepertinya ada debu yang masuk mata mama.” Tanpa diminta, gadis kecil itu meniup mataku. “Terima kasih, Sayang.” Aku menghujaninya dengan ciuman. Tatap

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Tak Diinginkan

    “Baiklah, kalau kamu tidak mau pulang, aku akan menelepon polisi sekarang juga untuk menggerebek tempat ini!” Aku terpaksa mengancam mereka. Sebenarnya hal itu tidak akan aku lakukan. Kalau polisi menggerebek tempat ini dan menemukan Mira di sini, keluarga kami tentu saja akan malu. “Bukan hanya itu, aku juga akan menelepon papamu!” Aku mengambil ponsel, membuka kontak dan memencet nama Mas Doni. Setelahnya menempelkan ke telinga. “Iya, iya. Aku akan pulang!” Mira mengambil tasnya yang ada di atas nakas. “Mir, urusan kita belum selesai,” cegah pria yang membawa Mira tadi. Pria itu berusaha mendekati Mira, aku menghalau dengan mendorong tubuhnya. Rasanya jijik ketika tanganku menyentuh kulit pria itu. “Urusan apa? Hah!” “Jangan ikut campur kamu wanita tua!” Pria itu balas mendorongku. Aku tertawa mendengar pria itu menyebutku seperti itu. Wanita tua. Pria itu tidak mengaca. Dirinya justru lebih tua dariku. “Eh, ngaca kamu!” Aku menunjuknya. “Memangnya kamu masih muda. Lihat tuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Demi Kebaikan Bersama

    Dadaku berdebar kencang ketika Mas Doni berjalan mendekatiku. Lidahku kelu. Padahal bukan kesalahanku. Kenapa harus aku yang takut. “Siapa pria itu?” tanya Mas Doni tepat di depan wajahku. “Jawab!” Kali ini Mas Doni berbicara lebih keras karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya. “M-mas, aku tidak berkencan dengan pria mana pun.” Aku mencoba tenang agar bisa menjawab pertanyaan Mas Doni dengan nalar. “Terus ini apa?” Lelakiku itu menunjuk foto Shakira. Bingung harus menjawab apa, aku memandang ke arah kamar Mira. Gadis belia yang kuselamatkan dari tadi, hanya mengintip dari balik pintu kamar. Gadis itu menangkupkan kedua tangan di dada. Aku tahu maksudnya. Memintaku untuk menyembunyikan segalanya. Mungkin dia takut pada amarah papanya. Kemarin, ketika aku memberitahukan kalau dirinya pergi dengan seorang pria, Mas Doni begitu marah pada Mira. Bagaimana bila dia tahu kalau gadis belia itu menyewa kamar hotel dengan pria seumuranku. Aku belum mendapatkan penjelasan akan apa y

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Demi Kebaikan Bersama 2

    Mas Doni menghentikan aktivitasnya. Dia memandangku dengan tatap tak suka. “Tentang apa? Hotel? Ingat Santika, aku tak akan pernah memaafkanmu, jika benar kamu berselingkuh.” Aku berjalan mendekati ranjang dan duduk di tepinya. “Mas duduklah.” Aku menepuk ranjang pelan, meminta Mas Doni untuk duduk bersamaku. Pria itu menolak. Dia justru memilih duduk di kursi yang berada di depan meja rias. Aku tahu, pria itu kecewa. Pria itu terluka. “Aku berada di hotel itu, bukan karena ada pria lain di hatiku.” Mas Doni memandangku. “Terus untuk apa kamu ke sana. Memalukan.” Dia membuang muka. “Apalagi foto Shakira sampai disebar di media sosial. Bikin malu!” Dilihat dari pengambilan gambar, sepertinya yang memotret Shakira adalah orang yang berdiri di luar pagar. “Mas, ini bukan soal aku, tapi Mira.” Perlahan aku menceritakan yang sebenarnya pada Mas Doni. Mungkin ini memang jalan terbaik yang harus dilakukan agar kami lebih perhatian pada Mira. Paling tidak agar gadis belia itu tak meras

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07

Bab terbaru

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Yang Terbaik untuk Semua

    Di halaman, Zahir tampak begitu bahagia bermain dengan Mas Angga. Mereka berdua bergantian menendang bola plastik. Zahir tertawa lepas, ketika dia berhasil menendang bola yang dioper Mas Angga. Hah! Mungkin keputusanku memang yang terbaik. Aku menolak permintaannya untuk kembali. Bukan karena tak setia. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kami agar tak ada yang tersakiti. “Hubungan suami-istri memang bisa terputus, tapi hubungan kakak-adik tak akan pernah terputus.” Itu yang aku katakan pada Mas Angga. Boleh saja, pria itu tak menganggapku sebagai seorang istri. Paling tidak dia mau menerimaku sebagai seorang adik. Kembali meniti rumah tangga dengannya rasanya tak mungkin. Sudah cukup aku menyakitinya. Aku juga tak ingin masalah baru terjadi. Iya, semua yang dekat denganku akan menderita. “Kamu itu bodoh atau dungu?” Nenek menunjuk mukaku. Walaupun hati rasanya sakit mendengar perkataannya, aku coba bersabar. Apalagi beliau ibu dari Papa. “Harusnya kamu bersyukur masih

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali 2

    “Pa, boleh berhenti sebentar,” pintaku ketika mobil yang kami tumpangi melewati toko mainan.“Ada apa?” tanya Papa.Aku mengutarakan keinginanku untuk membelikan mainan Zahir. Namun, Papa melarangku turun. “Biar Papa saja yang beli.”Tanpa menunggu persetujuan dariku, Papa keluar. Pria itu berlari memasuki toko. Tak berselang lama, beliau kembali dengan dua boneka yang sedang viral di tangan. Boneka boba berwarna merah muda dan biru. Papa sengaja membeli dua, satu untuk Zahir, satunya lagi untuk Shakira.Kali ini hanya Papa yang bersamaku. Pagi tadi, usai tahu aku diperbolehkan pulang, Mama Santi pulang lebih dulu. Hendak membereskan kamarku katanya. Mobil kembali melaju. Aku memejamkan mata. Menyiapkan diri untuk bertemu orang yang aku benci. Nenek. Orang yang kuanggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada diri ini. Selama berada di rumah sakit, wanita itu tak menjengukku.“Mama.” Baru saja mobil memasuki halaman, Zahir berlari mendekat, disusul Mama San

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali

    Bab 31“Mira.”Ketika terbangun, Mama Santi sudah berada di sampingku.Aku coba untuk bangun. Melihat hal itu, gegas Mama membantuku duduk. Beliau juga meletakan bantal di belakangku. Tak lupa aku berterima kasih pada beliau.Mata wanita yang sudah kembali duduk di kursi yang ada di samping ranjang itu tampak merah. Pasti beliau baru saja menangis. Lagi-lagi aku merutuki diri. Karena aku, semua terluka.“Mir, kenapa tak pernah cerita pada kami. Kenapa kamu tanggung sendiri semua ini.”Mama menyayangkan keputusanku menemui Pak James. Beliau pasti sudah tahu dari Ali. “Ma, jangan menangis. Mira tak apa-apa.” Aku meraih tangan Mama dan menggenggamnya. Tubuh wanita itu berguncang. Dia memang bukan Mama kandungku, tapi dia orang pertama yang merangkul ketika tak ada orang yang mau menerima hadirku. Beliau orang yang mengajarkan untuk menjadi lebih baik lagi.“Tidak apa-apa.” Mama tampak marah. “Lihat dirimu!” Beliau menunjukku. “Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu? Bagaimana nasib Zahi

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Sekali Hina, Tetap Hina

    POV MIRASekali Hina, Selamanya Hina“Zahir bukan putramu!”Aku memandang pria itu nyalang. Tak terima kalau dirinya mengaku sebagai ayah Zahir. Aku tidak mau, putraku itu memiliki ayah seperti dia. Memang diriku juga hina, tapi tak seluruhnya kesalahan diri ini. Semua terjadi karena Jodi.“Apa katamu?” Jodi kembali mengungkit kejadian masa lalu.“Belum pasti kalau dia putramu. Bilamana itu benar, aku tak akan membiarkan kamu membawanya,” tantangku.Ya, tak akan kubiarkan putraku itu jatuh ke tangan Jodi. Aku tidak ingin bocah imut itu mendapat didikan yang salah. Bila pun benar Jodi adalah ayah biologis Zahir, segala cara akan aku lakukan agar Zahir tak jatuh ke tangannya. Aku yang mengandung, dan membesarkannya seorang diri walau menahan malu dan hinaan dari para tetangga.“Ok. Fine. Aku tak akan mengusik kehidupanmu, tapi puaskan aku malam ini!” Pria itu berjalan mendekat. Seketika aku berlari ke arah pintu. Tak kubiarkan Jodi kembali membawaku ke lubang dosa yang sama.“Cek! Suda

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Dia Putraku

    POV MIRADia PutrakuAku mematut diri di cermin. Penampilanku begitu beda dengan riasan sedikit tebal. Sejenak, aku memandang tas kertas yang berisi gaun pemberian Pak James. Gaun itu tak hanya terlalu pendek. Bagian dadanya juga terbuka. Aku membeli pakaian yang lebih tertutup dengan uang pemberiannya. “Sudah selesai.” Wanita berparas cantik dengan celana jeans dan kaos dengan nama salon itu memutar tubuhku menghadapnya. “Cantik sempurna. Mbak pasti hendak bertemu tunangan atau pacarnya mungkin. Wah! Beruntung sekali pasangan Mbak memiliki wanita secantik ini.”8 Aku tak menanggapi perkataan wanita itu. Tak mungkin juga aku mengatakan kalau diri ini akan menjual diri. “Terima kasih, Mbak.” Aku pergi meninggalkan wanita itu. Sebelumnya aku membayar ke kasir terlebih dahulu. Sebelum keluar salon, terlebih dulu aku memesan taksi daring Pikiranku berkecamuk. Aku kembali memandang diri melalui kaca yang ada di atas kepala sopir taksi. Ah ... apa gunanya aku menutup aurat, bila pada ak

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Pria Bodoh

    POV AnggaAku rasanya sangat membenci Mira. Karena dia, aku mendekam di penjara. Ah ... bagaimana bisa, aku terjebak dalam pernikahan ini. Harusnya aku tegas dalam menolak perjodohan dulu. Harusnya aku pergi dari rumah itu. Ibarat jatuh tertimpa tangga. Bukan hanya kehilangan Naura, aku juga harus mendekam di penjara. Argh! Dua narapidana yang berada dalam satu sel denganku memandang ketika aku berteriak. Rasanya kepala dan dadaku tertimbun ribuan batu. Berat. Papa Yuda juga sekali tak menjengukku. Mungkin, pria itu malu dan kecewa memiliki putra sepertiku. Apalagi, beliau merupakan abdi negara. Bukan hanya memikirkan diri sendiri. Aku juga kalut ketika Mama Sandra terkulai saat polisi membawaku paksa. Dari kejadian yang menimpa diri ini, aku bisa melihat rasa cinta yang tulus dari seorang ibu untuk anaknya. “Ma, maafkan Angga.” Ada sedikit sesal, ketika mengingat diri ini pernah marah pada Mama. Terutama ketika wanita itu membicarakan Mira. Memang, wanita itu baik. Dia perhati

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Terpaksa Menerima

    Membaca pesan pria itu, seketika wajahku memanas. Napas naik turun. Dada terasa sesak. Rasanya aku ingin berteriak. Memang, sekali kertas ketumpahan tinta, kertas itu tak akan kembali bersih. Begitu juga denganku, yang berusaha menjadi baik, tapi bayang-bayang masa lalu selalu menghantuiku. Sebisa mungkin, aku berusaha menahan air mataku agar tak tumpah.Surat dari Pak James, lekas aku simpan ke dalam paper bag dan meletakan benda itu ke lantai samping nakas.Aku memandang Mama. Wajah yang selalu terlihat tegas itu kini terlihat pucat pasi. Rasanya seribu kali, aku meminta maaf tak akan cukup. Ya Allah, berikan kesembuhan untuk mamaku. Bila kami berkehendak, biar aku yang menanggung rasa sakitnya.Mulutku tak henti-hentinya melantunkan doa demi kesembuhan Mama Sandra. Wanita itu masih tergolek berdaya. Alat bantu pernapasan memang sudah dilepas. Namun, detak jantungnya belum kembali normal.Ya Allah, karena dosa yang hambamu ini perbuat, keluarga hamba menderita. Ternyata karmamu itu

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Hasrat Satu Malam 2

    Gegas, aku memesan taksi daring lalu pulang.Setibanya di rumah, aku disambut Zahir yang asyik main mobil bersama Shakira di halaman.“Mama.” Bocah kecil mendekat seraya mengulurkan tangan memberi salam. Kuhujani bocah kecil itu dengan ciuman sebelum pamit untuk membersihkan diri.“Mira. Kamu tidak ke rumah sakit?” tanya Mama Santi saat kami berpapasan di depan pintu utama.Aku menjawab pertanyaan Mama dengan menggeleng.Beliau lantas menjelaskan padaku kalau Mama Sandra tadi menelepon. Beliau memberi kabar kalau Angga diperbolehkan pulang. Namun, setelahnya Mama Sandra menangis.Mendengar hal itu jantungku seakan berhenti. Mas Angga tidak akan pulang ke rumah melainkan ke penjara. Karena itu Mama Sandra menangis. “Mir, ada apa?”Mama Santi belum tahu kasus Mas Angga. Lekas aku menggeleng lalu pamit pada beliau untuk ke rumah sakit. Gegas aku berlari ke arah motor yang terparkir di halaman dengan kunci yang masih mengantung pada tempatnya. Kulajukan motor dengan kecepatan penuh. Le

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Hasrat Satu Malam

    Bab 26POV MIRAHasrat SATU MALAMCukup lama kami menunggu orang yang dimaksud oleh Naura. Bahkan, kopi yang tadinya berasap kini berubah dingin.Satu persatu orang yang tadi berada di kafe, silih berganti. Sudah lebih dari setengah jam, kami menunggu. Aku pun bertanya pada Naura, kenapa orang itu tak kunjung datang.“Dia sedang dalam perjalanan,” kata wanita yang sibuk dengan ponselnya.Sedari tadi, kami memang duduk bersama. Naura lebih banyak mengacuhkanku.“Naura, apa kamu tidak bisa berbicara sendiri dengan Pak James.”“Aku sudah coba. Dia sendiri yang meminta untuk berbicara denganmu.” Pandangan Naura tiba-tiba beralih pada pintu masuk kafe. Aku ikut memandang ke mana arah mata wanita itu. Seorang pria memakai jas hitam masuk. Pria itu melambaikan tangan pada Naura. Naura hanya menganggapi dengan senyuman.Beberapa pengunjung wanita lain juga ikut memandang ke Pak James. Sepertinya mereka terpana dengan ketampanan pria itu. Dia tak hanya tampan, dia juga kaya. Wanita mana yang t

DMCA.com Protection Status