Halo semua… Ini karya pertama aku… Aku harap kalian suka dan selalu mau menyempatkan waktu untuk membacanya. Maafkan karena masih begitu banyak banyak banyak banget kekurangan dari segala sisi. But i’m trying mu best… Hehehe Sehat selalu semuanya…
Hana menarik koper kecil berisikan pakaiannya dengan hati yang sangat kacau. Ia bahkan sudah sampai di Jakarta dan tidak pernah menerima kabar apapun lagi dari Christian yang sejak pagi tadi hanya mengecupnya sebelum pergi. Pun tidak dengan sepatah kata apapun karena Hana masih berada diantara alam sadar dan alam tidurnya.“Apa sih yang gue harapkan?” tanya Hana pada dirinya sendiri sambil meraih ponselnya dari dalam tas dan kembali kecewa karena pria tersebut masih belum menghubunginya.Bip BipSuara klakson mobil Pradita membuat ia terkejut dan mempercepat langkahnya mendekati mobil milik sahabatnya tersebut. Mencoba menyembunyikan rasa kecewa dengan memalsukan senyuman di bibir merah mudanya.“Hana…!” seru Dita dengan langsung menghambur ke dalam pelukan Hana yang terlihat girang saat ini.“Udah kayak bule aja, loe… Gila Raihana, loe cantik banget tahu nggak sih?! Dan tas ini, baju loe, sepatu loe, loe kayak orang kaya dari orok.” “Lebay deh… Udah buruan. Nanti aja ngobrolnya,” uj
Sudah hampir dua bulan lamanya sejak pertemuan terakhir antara Hana dan Christian saat itu dan pria tersebut sama sekali hilang bagai di telan bumi. Pernah satu ketika, Hana mencoba menghubungi nomor telepon milik Christian saat ia merasa sangat merindukannya, namun ia harus menelan kekecewaan karena panggilannya hanya dijawab oleh suara merdu sang operator layanan. Mencari sosok Christian Smith ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Pria itu bahkan tidak memiliki liputan atau gambar apapun di dalam dunia maya. Dengan kata lain, Christian Smith bagaikan sebuah tokoh fiktif yang mungkin hanyalah karangan belaka.Hana tersenyum pada seorang pria yang kini sedang berjalan menghampirinya dengan membawa sebuah nampan berisikan dua gelas minuman bersoda serta dua paket ayam goreng crispy beserta nasi yang berbentuk setengah lingkaran tersebut.“Ini dia tuan putri…” ucapnya dengan tersenyum dan membuat Hana membantunya dengan meletakkan makanan mereka ke atas meja.“Nggak salah nih? Banya
Hana kemudian melambaikan tangan pada Arya yang kini telah mengantarkannya ke apartemen milik kantor Christian yang sudah ia tempati sejak ia pulang dari Bali. Awalnya tentu ia sedikit enggan, namun karena ia masih berada di dalam masa kontrak dengan pria menyebalkan tersebut, tentu ia tidak punya pilihan lain. Dan kini, disinilah ia selalu sendirian merenungi nasib dan menahan kerinduannya. Merindukan sosok yang mungkin tidak pernah ada.“Sabarlah Hana, hanya tinggal dua minggu saja. Dan kamu bisa melakukan apapun. Memulai hidup baru, dan melupakan dia,” ucap Hana pada dirinya sendiri sambil menghela nafas dengan lesu. Dering ponselnya berbunyi dan dengan sedikit kerepotan, ia mencari keberadaan benda tersebut di dalam tote bag miliknya. Isi tasnya memang selalu penuh dengan begitu banyak barang.“Iya, Maya…” sapa Hana yang langsung menatap ponsel miliknya yang telah berlayar hitam pekat. Ia memang menyadari jika ponselnya sudah sangat kekurangan daya sejak di kantor Arya.“Kenapa M
Christian menatap Hana dengan tersenyum puas karena telah membuat wanita kesayangannya tersebut terkulai tak berdaya dengan wajah bersemu merah.“Kenapa?” tanya Hana dengan masih beralaskan lengan kekar Christian di kepalanya.“Nggak apa- apa. Kamu kelihatan lucu aja kalau malu gini. And you know what? Kamu cantik dan luar biasa.” bisik Christian dengan menggoda.“Kamu dari mana aja?” tanya Hana akhirnya ketika Christian memeluknya dengan lembut.“Aku… Aku kemarin lagi banyak urusan. Ada sesuatu hal yang terjadi dan nggak bisa aku hindari. Tapi… Konyolnya semua itu nggak bisa bikin aku lupa sama kamu. Dan jujur, awalnya aku mau kamu bebas dari aku. Aku tahu kamu gadis yang baik dan hanya berada dalam keadaan yang kurang baik. So… Aku tadinya mau melepaskan kamu. Mau kamu mendapatkan hidup dan pasangan yang baik.” jelas Christian sambil memainkan ujung rambut panjang Hana.“Tadinya? Maksudnya? Apa sekarang kamu nggak mau aku punya hidup yang lebih baik?” tanya Hana lagi dengan heran.“
Ponsel Hana berdering saat ia dan Christian baru saja menghabiskan sarapan yang diantarkan oleh kurir pesanan Maya. Pria berkaos polos hitam tersebut nampak sibuk mencuci piring bekas makan mereka sementara Hana membereskan meja makan kecil yang ada dalam ruangan serba putih dan abu- abu tersebut.“Iya halo, mas,” sapa Hana pada Arya yang sedang meneleponnya.“Lagi ngapain? Mau sarapan sama- sama atau aku kurir aja?” tanya Arya dengan ramah dan mbuat Hana melirik ke arah Christian yang masih fokus dengan piringnya.“Aku baru aja selesai nih. Makasih ya…” jawab Hana yang terdengar tidak seperti biasanya.“Kenapa? Lagi sakit? Mau aku jemput dan antar ke dokter?” tanya Arya lagi dengan cemas. “Hana, masih dengar aku?” “Masih, mas… Aku nggak apa- apa. Nggak lagi sakit juga,” jawab Hana dengan sedikit mengecilkan suaranya.“Ya udah… Kalau gitu, nanti aja aku jemput makan siang ya… Kebetulan aku mau ke daerah apartemen kamu. Sekalian aku jemput,”“Eh jangan jangan… Aku lagi ada yang mau di
Hana melambaikan tangan pada Christian yang kini mulai melajukan kendaraannya ketika Nisa mendekatinya dan tersenyum.“Seingat gue, abang gue nggak punya mobil mewah gitu. Siapa, Han?” tanyanya.“Oh… Itu—““Pacar?” tebak Nisa dengan santai. “Gue tuh udah ngasih tahu ke mas Arya kalau loe dekat sama seseorang. Hanya aja dia keukeuh. Dia juga udah tahu kalau kan kalau loe punya cowok?”“Dulu hubungan kami masih belum jelas. Tapi… Kami berencana mau menjalani hubungan kami lagi. Tapi, Nis… Gue nggak enak sama mas Arya. Gue bukan mau mainin perasaan abang loe, hanya aja… Sejak awal gue udah bilang sama mas Arya kalau gue nggak mau menjalani hubungan apapun dulu. Dan waktu itu mas Arya hanya senyum dan dia malah ketawa. Dia malah bilang kalau dia emang nggak mau dekatin aku juga. Hanya sebagai teman,” jelas Hana mencoba meyakinkan kawannya tersebut.“Santai aja kali, Hanaa… Gue nggak ada urusan sama masalah cinta abang gue. Lagian nih ya… Dia juga punya gebetan lain selain loe. Jadi tenang
Christian tersenyum ketika Hana melirik minuman cola yang akhirnya ia pilihkan untuk menemani makan malam mereka berdua. Makan malam yang membuat Christian harus repot- repot menyewa satu lantai rooftop hanya untuk mereka berdua. Dan setelah makanan penutup mereka telah berakhir, Christian masih nampak mengulur waktu dan menanyakan beberapa hal sederhana kepada gadis kesayangannya tersebut.“Jadi Dita sudah tidak bersama Tony lagi?” tanya Christian yang sebenarnya sangat tidak tertarik dengan kehidupan pribadi orang lain. Namun sayangnya, Dita adalah satu- satunya orang yang Christian kenal dekat dengan Hana.“Iya. Dita mau menikah dan syukurnya tunangannya mau menerima masa lalu Dita. Dia beruntung sih…”jawab Hana dengan sedikit tersenyum getir. Tentu saja Dita beruntung karena menemukan pria yang bisa menerima masa lalunya sebagai wanita simpanan. Sedangkan dirinya sendiri belum tentu bisa seberuntung itu.“Masih lama?” tanya Christian yang sebenarnya sedang mengetikkan pesan pada p
“Lagi memikirkan apa?” tanya Christian pada Hana yang sedang duduk di balkon apartemen miliknya. Ia memang baru saja mendengarkan Leon melaporkan pekerjaannya selama seharian ini.Hana tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Christian yang kini malah langsung duduk disampingnya dan merebahkan tubuh dengan kedua paha Hana sebagai tumpuannya.“Malam ini indah ya, sayang…” ucapnya lagi yang lebih terdengar seperti pernyataan.“Iya. Kamu mau minum sesuatu? Biar aku buatkan,” ujar Hana dengan mengusap kening dan rambut Christian dengan lembut. Hal yang membuat pria tersebut merasa sangat nyaman. Dan sesungguhnya, hanya Hana lah wanita yang memperlakukannya semanis ini. Manis, lembut, dan nyaman. “ Ah, andai saja aku bisa bertemu dengannya lebih cepat,” batin Sakha setiap kali melihat Hana tertidur dalam pelukannya.“Nggak ada, sayang… Dan aku hanya pengen kayak gini terus sama kamu. Rasanya nyaman sekali,”Hana kemudian menatap wajah tampan yang tengah memejamkan kedua matanya tersebut sa
“Sayang, kamu dimana?” tanya Christian pada Hana sambil membuka laptop milikku. Kami sedang dalam perjalanan menuju lokasi pembangunan.“Aku udah di jalan, sayang. Mau ke kantor teman yang aku ceritain. Doain aku diterima ya…”“Maaf ya, aku nggak bisa anterin. Tadi di kantor lagi banyak tamu. Aku nggak sempat pulang.” “Nggak apa- apa. Kamu udah makan?”“Belum, sayang… Nanti aja. Tanggung.” “Aku juga belum… Tadi aku takut telat jadinya buru- buru,” jawab Hana terdengar sendu.“Kok gitu sih… Ya udah… Kalau misalnya nanti waktunya dapat, aku jemput kamu makan siang ya… Semoga kamu bisa lowong,”“Gimana sih, sayang… Masa iya aku hari pertama kerja, belum tentu keterima juga, aku langsung ijin makan siang di jam yang udah lewat makan siang. Lagian aku tadi beli onigiri kok di supermarket,” jelas Hana.“Mana kenyang sih makan gituan… Ya udah, nanti aku lihat kalau misalnya sempat, aku semperin kamu.”“Jauh, Chris…”Tok TokChristian langsung menoleh pada arah datangnya suara yang langsung
Christian POVAku duduk di kursi kerjaku sambil memandang pemandangan ibukota yang jalanannya seolah tak pernah sepi. Kesibukan bahkan membuat mereka jarang berada di rumah. Sama sepertiku sebelum menikah dengan Hana. Semuanya begitu membosankan dan aku tidak pernah betah tinggal di rumah besar keluargaku ataupun sendirian di dalam apartemen milikku. Sepi, monoton, membosankan dan hanya aku isi dengan pekerjaan dan berkencan sesekali. Kekasih? Aku tidak punya dan tidak tertarik. Mereka akan meminta banyak waktuku dan aku belum menemukan wanita yang membuatku rela meninggalkan pekerjaanku hanya untuk menngobrol dengannya.Aku memang cukup mapan. Perusahaan, aset dan harta milik mendiang kedua orang tuaku yang mereka wariskan kepadaku sebagai satu- satunya anak kandung mereka. Tentu Max tidak terhitung karena dia adalah anak papa bersama tante Brenda, yang tidak lain adalah sekertarisnya sendiri. Dengan kata lain, papa dan tante Brenda mengkhianati mama. Tapi jujur, tanpa kehadiran tant
Hana POVAku mendekati Christian yang nampak sedang santai sambil membuka ponsel yang sejak kemarin tidak ia sentuh tersebut. Satu tangannya kemudian menarikku untuk merebahkan kepalaku di atas pahanya dan membelai lembut rambut panjangku.“Kamu kenapa belum tidur?” tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sedikit terlihat serius.“Dikit lagi, sayang. Aku lagi periksa beberapa pesan dari Maya dulu,” jawabnya lalu mendaratkan satu kecupan manis di keningku.“Lapar nggak?” tanyaku.“Nggak juga sih… Emangnya kamu lapar? Mau makan apa?” ucapnya balik bertanya lalu menatapku dengan senyuman lembutnya. Entah mengapa di awal pertemuan kami, ia selalu memasang wajah tegang, masam dan dingin sedangkan sebenarnya ia bisa semanis dan selembut ini.“Aku mau masak mie instant. Kamu mau?” tawarku.“Mie instant? Nggak mau yang lain? Gimana kalau pesan aja, sayang? Mie instant kan nggak bagus,”“Tapi aku pengennya itu aja, Chris… Sekali ini aja. Sejak kamu datang, aku nggak pernah makan itu lagi. Bole
Hana POVAku hanya bisa tersenyum melihat Christian dengan bangganya menyalakan kipas angin setelah kami menikmati makan malam sederhana kami. Setelah tadi siang ia terpaksa menghabiskan nasi dan lauk khas warteg kampung karena sudah terlalu kelaparan, akhirnya malam ini ia meminta dengan sopan untuk dibuatkan sepiring nasi goreng buatanku seperti biasanya. Meski awal penyesuaian kami hidup bersama dulu ia sering protes karena terlalu sering mengkonsumsi nasi, namun kini ia mulai terbiasa dengan pola makanku. “Gimana, enak kan kalau pakai kipas angin?” tanyanya sambil duduk di sampingku dengan kedua lengan yang ia bentangkan di sandaran kursi.“Iya… Enak,” jawabku dengan tersenyum.“Emang kenapa nggak mau pakai AC aja? Kan enak lebih sejuk,” “AC nya mau di tempelin kemana, Chris? Yang ada malah roboh semua dinding rumah ini,” candaku. Namun itu mengandung kebenaran. Lagipula, siapa yang membutuhkan AC dan kipas angin saat tinggal di desa sesejuk ini?“Itu kamu lagi baca apaan?” tany
Hana POV“Jadi dia yang kamu maksud dari kampung sebelah?” tanya Christian yang membuatku heran. Ia nampak menyetir dengan perlahan namun namun sedikit terlihat serius. Sejak menurunkan Lisa di rumah pamannya, ia memang tidak seperti biasanya.“Kampung sebelah? Maksudnya?” ucapku balik bertanya karena tidak paham akan apa yang ia tanyakan.“Tadi kan kamu bilang nggak nyangka akan punya suami aku. Tadinya impian kamu hanya sebatas orang kampung sebelah udah paling bagus banget… Jadi maksud kamu si Wara wiri itu…” jawabnya yang lebih terdengar seperti sedang meledekku.“Wira, Chris… Namanya Abang Wira,” imbuhku yang membuatnya mendelik kesal.“Kemarin panggil orang dengan sebutan Mas, sekarang Abang. Dan kamu malah panggil aku Christian atau Mr Smith. Aneh banget…” protes Christian yang membuatku mengulum senyuman.“Ya kan tapi kalau kamu aku manggilnya sayang. Dan itu panggilan yang nggak aku kasih ke orang lain. Kalau kamu mau aku panggil kamu mas, abang, aa, bli, daeng, uda, atau apa
Kedua mata Christian nampak terbelalak ketika ia baru saja membuka pintu kayu ruangan yang Hana sebut kamar mandi tersebut. Bukan karena apa, melainkan semua yang ia dapati dalam ruangan kecil berbatu tersebut sungguh jauh dari batas titik paham kesederhanaannya.“Chris… Air panasnya bel—“ ucap Hana yang malah terkejut karena pria tinggi yang terlihat sedikit membungkuk tersebut malah hanya berdiri di depan kamar mandi dengan kedua tangan yang memegangi sisi kiri kanan jalan masuknya.“Kenapa?” tanya Hana dengan heran.“Sayang, no offense… Tapi… Apa… Nggak ada kamar mandi lainnya?” tanya Christian dengan menoleh pada Hana yang kini berdiri tepat di samping kanannya dan ikut menengok ke dalam kamar mandi.“Kenapa emangnya?”“Sayang, aku… Aku nggak pernah melihat tipe kamar mandi seperti ini. Maksud aku… Apa nggak ada toilet yang lain? Aku nggak tahu harus gimana pakainya,” jawab Christian dengan polosnya dan membuat Hana tertawa dalam hati. “Oh… Itu… Gini deh cara pakainya kamu buka c
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam lamanya, akhirnya pasangan suami istri tersebut sampai pada sebuah rumah gubuk sederhana yang menjadi tujuan mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari saat Hana turun dari mobil SUV mewah yang Christian minta untuk disiapkan sebelum berangkat tadi.Christian berjalan mendekati Hana sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan karena cuaca yang cukup dingin saat ini. Ia kemudian menarik jemari sang istri untuk kembali ia masukkan ke dalam saku jaketnya.“Kamu nggak kedinginan?” tanya Christian sambil mengecup puncak kepala sang istri yang hanya tersenyum. Ia tahu betul ada rasa sendu dibalik senyuman getir tersebut.“Katanya bule… Masa dingin gini aja udah bilang kedinginan…” goda Hana.“Are you okay, baby?” tanya Christian yang kini melingkarkan lengannya di pundak Hana yang hanya mengangguk.“Masuk yuk… Tadi sebelum jalan, aku udah minta tolong sama anak ibu Suti untuk sedikit beresin rumah ini. Rumah mer
Hana POVMalam ini Christian memperlakukanku sangat manis. Mulai dari menyentuhku dengan lembut dan penuh pemujaan akan setiap inchi kulitku yang ia sentuh, membiarkanku menuntaskan hasrat berkali- kali, memandikanku bak seorang pengasuh, mengeringkan dan menyisir rambutku dengan telaten, bahkan memasak pasta carbonara kesukaanku. “Terima kasih, sayang…” ucapku sambil merangkak dan berbaring di atas tubuhnya. Mengecup pipinya dengan lembut lalu bersandar di dada bidangnya. Ia pun langsung meletakkan ponsel yang baru saja ia gunakan untuk menelepon Leon ke atas nakas. “Kok makasih…” ujarnya sambil mengulurkan tangan memeluk tubuhku dan menarik selimut dengan kakinya agar menutupi kakiku yang hanya mengenakan nightgown pendek berwarna merah marun.“Ya makasih karena kamu udah baik banget seharian ini. Mulai dari pagi- pagi banget, kamu ternyata udah nyiapin baju dan make up artist. Kamu juga ternyata temanin aku wisuda. Udah gitu kamu nikahin aku, kasih aku malam pengantin yang manis
Jawaban mengambang dan ambigu Hana yang sebenarnya tanpa sadar menjawab iya akhirnya ia tutup dengan pamit secara sopan dan riuh tepuk tangan kawan- kawannya. Hal yang membuat Christian menahan senyumannya karena sempat melihat kedua tangan Hana yang ia sembunyikan di balik pinggangnya dan ujung jemarinya saling bertautan pertanda kegugupannya.Hingga akhirnya satu persatu nama mahasiswa yang akan wisuda hari ini disebut dan mulai menaiki anak tangga dan menyalami satu per satu para petinggi kampus dan yayasan yang menyelamati mereka. Dan tentu saja, Christian berada diantara salah satunya dan berdiri pada posisi paling akhir.Beberapa mahasiswa terlihat antusias ketika sampai pada Christian dan bahkan tanpa segan mengajaknya untuk berfoto sambil berjabat tangan. Dan tidak seperti biasanya, pria tersebut malah memasang wajah ramah dengan senyuman manis pada semua orang yang berada di sekitarnya saat ini.Hingga tiba akhirnya kini Hana berdiri di hadapannya dan dengan senyuman yang me