Erzhan menunggu Amira hingga dua jam lamanya, pria ini tidak pernah beranjak dari lorong karena tidak ingin kehilangan kesempatan bertemu Amira, sedangkan Riska tidak mengatakan sepatah kata pun tentang kedatangan Erzhan, hingga Amira keluar meninggalkan ruangan begitu saja.“Ami,” panggilan Erzhan yang segera membuat Amira menoleh di tengah beberapa orang yang keluar ruangan besamaan dengannya.“Erzhan ....” Amira tidak menyangka sama sekali jika Erzhan akan menemukannya di sini, tetapi kemudian melirik ke arah Riska yang barusaja keluar dari ruangan. Riska hanya mengangguk kecil hingga akhirnya Amira mengerti jika wanita itu yang memberi tahukan Erzhan tentang keberadaannya.Erzhan melangkah mendekati tempat Amira berpijak. “Aku ingin bicara.” Pria ini tidak basa-basi karena harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.“Tapi setelah ini aku harus ke ruang latihan berikutnya.” Amira mencoba menolak dengan menggunakan kegiatannya.“Hanya sebentar.” Erzhan memaksa karena dia harus
Menunggu waktu hingga pukul tujuh tidak sulit dan tidak juga membosankan. Kini, Erzhan sudah tiba di halaman gedung. Segera, Amira keluar dari gedung elit itu dengan pakaian lusuh di mata Erzhan, sedangkan si gadis berjalan biasa saja, percaya diri dan tidak ada rasa minder karena telah menggunakan pakaian terbaiknya.“Malam,” sapa Erzhan bersama senyuman lembut.“Iya, malam. Yuk, pergi sekarang saja biar aku bisa cepat bertemu orangtua kamu. Dengan begitu aku juga tidak akan merasa tidak enak hati saat pulang cepat,” pinta Amira yang menurutnya adalah permintaan paling baik untuk saat ini.“Kita akan menemui Riska sebelum menemui orangtuaku. Masuklah.” Erzhan masih bersikap lembut. Dia juga membukakan pintu mobil untuk Amira.“Untuk apa menemui kak Riska?” pertanyaan diajukan sebelum Amira memutuskan masuk ke dalam mobil.“Ganti pakaianmu, rias wajahmu,” jujur Erzhan walaupun mungkin akan menyinggung Amira, tetapi bukan hanya kalimat yang akan membuat kepercayaan diri si gadis luntur
Erzhan segera menggenggam tangan kiri Amira yang duduk di sisinya sebagai isyarat, kemudian berkata pada ayahnya, “Kenapa Papa harus menyakan pendidikan. Amira sangat terpelajar,” kekeh santainya yang sebenarnya sedang sangat gugup.“Wajar, karena pendidikan sangat penting, apalagi Papa juga yakin Amira terpelajar. Papa hanya ingin tahu sudah sampai mana Amira kuliah, tidak salah kan.” Tawa hangatnya walaupun singkat. Pun, Maria menunjukan tawa yang sama.Saat ini raut wajah dengan senyuman dipasang Erzhan seiring memandangi Amira. Tanpa Cakrawala dan Maria ketahui jika genggaman tangan Erzhan segera menggoreskan beberapa huruf di lengan halus Amira yang berisi ‘M.O.D.E.L’.Amira mengerjap. “Saat ini Ami sedang ambil cuti sebentar karena Amira menjadi trainee di salah satu agensi,” alasan ini segera dibuat saat Erzhan memberikan isyarat untuk membahas kegiatan terbarunya.Sengaja Erzhan melakukannya karena jika Amira menjawab pertanyaan ayahnya seputar pendidikan itu akan berlanjut sa
Hari berganti, kehidupan Amira menjadi trainee lebih baik berkat uang yang didapatnya dari Erzhan. Kini, dia bisa membeli sarapan yang layak di kantin gedung, makan hingga perutnya kenyang.Namun, beberapa trainee bergossip miring tentangnya, mengatakan jika Amira berkencan dengan sugar dady. Tasya barusaja mendengarnya, maka dirinya segera mengekspresikan kekesalan, “Jangan asal bicara. Trainee baru itu kakakku. Kakak ditawari menjadi model oleh pak Erlangga, kakak punya bakat yang diakui pak Erlangga bahkan sebelum menjadi trainee!”“Kita tidak sedang membicarakan tentang bakat gadis bernama Amira. Kita sedang membicarakan kalau kakak kamu itu pacaran sama om-om! Ya memang sih bukan om-om tua, malahan sangat tampan, semalam kita melihatnya. Kakak kamu menggunakan gaun indah, keluar dari mobil mewah. Riasan wajahnya sangat dewasa. Apalagi coba, kalau bukan pacarnya sugar dady.” Frontal salah satu gadis yang tentu saja bukan kawan sekamar Amira dan Tasya.Semalam, sebelum pukul sepulu
Sekembalinya Amira, dia mengisi kamar sekejap hanya untuk mengirimkan chat pada Erzhan. [Aku senggang pukul tiga. Memangnya masih bisa membuat rekening pada jam itu?]Erzhan segera membalas chat Amira karena kabar dari si gadis yang selalu dinantinya. [Bisa. Aku akan menjemputmu. Kita ke bank terdekat saja.][Tunggu di depan gedung. Sudah ya, aku ada kegiatan.] Amira kembali menyimpan handphonenya di dalam lemari kemudian keluar dari kamar, menguncinya. Masing-masing kamar trainee hanya bisa diakses dengan sidik jari maka lima sidik jari yang bisa membuka maupun menutup pintu.“Eh, ini dia simpanan sugar dady. Belum apa-apa sudah membuat heboh!” hina salah satu gadis yang barusaja keluar dari kamar sebelah.“Kamu bicara sama aku?” Amira celingak-celinguk pada sekitarnya. Tidak ada siapapun selain dirinya.“Jangan pura-pura polos deh. Dasar tidak tahu malu. Baru juga satu hari menjadi trainee sudah pergi bersama sugar dady. Menjual diri ya. Astaga ... memalukan sekali. Apa jadinya saat
Erzhan mulai mengendarai mobilnya menjauh dari halaman gedung, saat ini Erlangga mengenali mobil putih itu. “Mantan pacar istriku adalah kakak dari trainee yang sengaja aku tawari menjadi model. Amira tidak memiliki salah apapun, aku tidak akan mengganggunya. Tapi ... mari lihat bagaimana Erzhan pada Cindy, jika dia macam-macam maka adiknya yang akan aku jadikan jaminan, Amira berada di tanganku!”Erlangga memiliki dendam tersendiri pada Erzhan, bukan karena Erzhan pernah berusaha merebut Cindy darinya, tapi karena dia tahu Erzhan masih memiliki perasaan pada mantan kekasihnya yang kini menjadi istrinya. Mereka sesama pria, maka dengan mudah Erlangga menebaknya.Mobil yang dikendarai Erzhan segera tiba di sebuah bank yang ternyata hanya berjarak satu kali lampu merah saja. “Aku baru tahu ada bank di daerah ini.” Amira sedikit tercengang karena daerah ini pernah dilewatinya saat Tasya membawanya ke cafe.“Ada, kebetulan ini bank besar.” Erzhan membuka sealbet, kemudian segera menyuruh
“Aku hanya menemani keponakanku membeli pakaian.” Erzhan memberikan jawaban dengan santai, “apa kamu melihatku berada di sisi keponakanku saat keponakanku memilih pakaian dalam?” Sikap Erzhan sangat tenang.“Memang tidak melihat, tapi kamu seakan sangat perhatian pada keponakan kamu itu. Apa dia satu-satunya keluarga kamu yang spesial, hm?” Alisha masih mengintrograsi.“Sangat spesial. Keponakanku tidak punya ayah dan ibu, kasihan sekali kan.” Erzhan masih sangat tenang saat menghadapi Alisha.“Heuh?” Alisha mengerjap, kemudian menurunkan kedua tangannya yang sejak tadi melipat di depan dada, “jadi keponakan kamu yatim piatu?”“Ya. Apa kamu masih tega menanamkan cemburu pada keponakanku?” Erzhan membuat wajah penuh pertanyaan dan seakan sedang menunggu jawaban baik Alisha.“Maaf ....” Alisha segera luluh dengan penuh penyesalan. Selain mendengar kisah tragis gadis itu, dia juga tidak ingin meninggalkan kesan kejam pada keluarga Erzhan.“Tidak apa.” Erzhan membentuk senyuman hangat kar
Kini Amira melambaikan tangannya ke arah Tasya saat adiknya berlalu menggunakan taxi. “Tasya bilang akan bertemu pacarnya. Kenapa tidak menjemput kesini?” heran Amira karena jangankan pacar, Erzhan saja yang hanya kekasih pura-pura selalu menjemputnya di mana pun dia berada, kecuali saat dirinya menolak.Amira kembali masuk ke dalam gedung. Di sini, nama Tasya sangat bersih padahal sebenarnya dia memiliki rahasia besar karena diam-diam gadis berusia dua puluh tahun itu memiliki hubungan khusus dengan Erlangga. Maka dari itu dengan leluasa Tasya mengatakan akan merekomendasikan Amira pada orang dalam karena orang dalam yang dimaksud adalah kekasih gelapnya.“Ami,” sapa hangat Riska saat berpapasan dengan Amira.“Eh, Kak Riska. Mau kemana?” sahut santun Amira.“Aku mau pulang. Pekerjaanku di sini sudah selesai. Apa kamu betah tinggal di sini?”“Sangat betah, Kak.” Senyuman Amira menjadi lukisan di permukaan wajah cantiknya.“Syukurlah. Kakak duluan, ya.” Riska mengelus sayang lengan Am