VOTE YA
"Jadi berapa kali Mas Riko sudah nelepon Nabila sepanjang hari ini?"Riko baru keluar dari bilik kamar mandi ketika Novie langsung menodongnya dengan pertanyaan bernada sinis."Apa maksudmu?" Riko pura-pura tidak paham.Novie juga segera menyodorkan ponselnya. "Jangan pikir karena Mas Riko sudah menghapus semua jejak panggilannya lantas istri gak mungkin tahu!""Ah, kemarikan HP-ku!"Ketika Riko hendak meraih HP-nya Novie segera menarik kembali ke belakang pinggang. Wanita itu terlihat marah dan Riko sedang dalam kondisi tidak ingin berdebat."Kenap Mas?" tuntut Novie. "Kenapa Mas taku?""Kemarikan HP-nya!" Riko tetap ingin meraih ponselnya."Apa Mas Riko menyesal bersamaku dan sekarang ingin balikan lagi dengan Nabila?""Kenapa kau selalu berpikir seperti itu!" nada suara Riko langsung meninggi."Tadi pagi Mas belain Nabila, sekarang Mas sembunyi-sembunyi menelpon Nabila!""Kemarikan HP-nya!" Riko terus berusaha mengambil HP-nya karena juga penasaran padahal dia sudah menghapus semua
Kira-kira jam sebelas siang Riko juga mengirim pesan.[Terima kasih sudah mengijinkanku menginap]Pesannya cuma Nabila baca tidak dia balas dan beberapa detik kemudian sebuah SMS banking kembali masuk. Riko mengirim dana dua puluh juta.[Itu untukmu, jangan terlalu lelah bekerja]Dari dulu sebenarnya Riko memang tidak pernah pelit atau perhitungan masalah uang, cuma pengaruh Novie saja yang membuatnya banyak berubah. Mungkin kemurahan hati Riko itu pula yang dulu membuat Novie tertarik menggoda dan memanfaatkannya.[Ini untuk Bagas Mas]Nabila juga tidak mau sok mengembalikan uang Riko. Menurut Nabila itu hak Bagas selama suaminya sedang ingat anak, karena Nabila juga tidak bisa menebak bagaimana nanti Novie bakal kembali meracuni pikiran Riko dan bisa gak ingat anak seperti kemarin."Nabila yuk ikut makan siang, kita ketemuan juga sama Elice," ajak Moy. "Suruh Maya buat handel kerjaanmu dulu."Karena Moy yang lagi jadi bosnya jadi Nabila ikuti saja perintah Moy. Moy mengajak Nabila ke
Hampir setiap hari Sunan datang menjemput Nabila dari tempatnya bekerja, sedikit demi sedikit kecanggungan di antara mereka berdua juga sudah mulai terkikis. Nabila sudah terbiasa dengan Sunan yang suka menggenggam tangannya sambil menyetir atau sekedar ingin mengecup pipinya saat mereka berpisah di dalam mobil. Sebenarnya Nabila juga masih tidak menyangka jika dirinya akan kembali memiliki hubungan seperti ini dengan seorang pria di usia mereka yang sudah sama-sama matang. Meski agak malu untuk diakui, tapi jujur Nabila juga sidah merasa jatuh cinta dengan sosok Sunan. Entah apa mungkin itu yang sering disebut orang-orang sebagai puber kedua karena Sunan pun sepertinya juga jadi kembali bersemangat seperti anak muda. Intinya Nabila sudah tidak keberatan Sunan menganggapnya sebagai pasangan, yang artinya mereka sedang menjalani hubungan, saling menjajaki untuk menuju kejenjang yang lebih serius. Sunan juga semakin dekat dengan Bagas dan papa Nabila, Bang Togar pun juga terlihat sudah
Pasangan Riko dan Novie datang lebih dulu untuk menghadiri akad nikah Daniel. Sebagian besar keluarga Nabila yang juga banyak hadir di acara itu langsung saling berbisik begitu melihat istri baru yang dibawa Riko."Jadi itu istri baru mantan suami Nabila?" bisik salah seorang kerabat Nabila yang dulu juga mengenal baik Riko."Baru juga cerai beberapa bulan sudah menikah lagi."Sangat wajar jika hal seperti itu akan segera menjadi gosip, apa lagi Riko dan Novie juga berani tampil dengan sangat mesra."Yang kudengar mereka sudah selingkuh sejak lama. Begitu resmi bercerai dengan Nabila jadi Riko langsung nikahin itu wanita selingkuhannya.""Tidak tahu malu, seolah tidak punya dosa saja pamer kemesraan seperti itu!"Siapapun pasti kan ikut geregetan jika melihat sesuatu yang berjalan tidak adil. Mereka tahu Nabila istri yang baik, setelah diselingkuhi, suaminya juga malah menikahi selingkuhannya."Pelakor jaman sekarang gak ada yang punya urat malu, apa lagi kalau laki-lakinya tampan dan
"Eh Nabila, lama tidak lihat kamu Sayang." Seorang wanita paruh baya berkebaya anggun menyapa Nabila yang sedang bersama Sunan."Bude Ambar ... " Nabila segera berdiri dari tempat duduknya untuk cipika-cipiki sebentar dengan tatapan saling berbinar karena mereka memang sudah lama tidak bertemu."Makin cantik aja," puji salah satu bude Nabila yang tinggal di Surabaya."Ah, Bude bisa aja ...""Beneran, tambah langsing. Cantik Nabila!"Nabila jadi agak tersipu karena setelah itu Bude Ambar juga memperhatikan laki-laki tampan yang sejak tadi duduk bersama Nabila."Wah siapa ini?""Kenalin teman Nabila, Bude."Nabila memperkenalkan Sunan pada paman serta budenya. Sikap Sunan yang ramah nampaknya juga langsung mencuri hati mereka berdua."Sepertinya bakal ada yang segera nyusul," goda Bude Ambar melirik Sunan dan Nabila bergantian."Tergantung Nabila, Bude." Sunan yang menjawab sambil meraih tangan Nabila untuk dia genggam."Ah, Mas ... " Nabila kembali tersipu Malu dengan keterus terangan
Saat mamandikan Bagas sore harinya Nabila baru melihat paha kanan putranya yang membiru seperti bekas dicubit. Nabila sangat kaget dan langsung ingat Bagas yang tadi menangis sampai megap-megap di acara pernikahan, padahal tidak biasanya Bagas menangis seperti itu.Nabila langsung menelepon Riko."Mas tadi Bagas menangis karena apa?" tanya Nabila dengan nada baik-baik."Mana aku tahu, Bagas tiba-tiba nangis." Riko yang masih agak kesal karena laki-laki yang dibawa Nabila, jadi menjawab dengan nada ketus."Mas yakin Novie gak nyubit Bagas?""Apa-apaan kau ini!""Paha Bagas biru-biru seperti habis dicubit pakai kuku Mas!""Kau pikir aku tidak becus menjaga Bagas! Kenapa tidak kau tuduh laki-laki yang kau bawa itu!""Mas, jangan mengada-ada, Bagas nangis saat sama Mas Riko!" Nabila makin ikut tersulut. "Bilang saja kalau Mas gak mau jagain Bagas gak perlu sampai dicubit biar nangis!""Kau sendiri yang lalai menjaga anak karena keasikan dengan laki-laki sekarang aku yang kau tuduh!""Denga
"Laki-laki memang seperti itu!" kesal Moy mendengarkan cerita Nabila yang sedang suntuk."Jarang sekali laki-laki yang masih mau perduli sama anaknya setelah bercerai. Menengok pun kadang mereka sudah tidak mau apa lagi kalau sudah memiliki keluarga baru! istri baru! anak-anak baru! Seolah yang lama cuma barang bekas yang bisa dilupakan begitu saja!"Kekesalan Moy jadi ikut meluap-luap karena dulu Moy juga merupakan anak hasil dari broken home. Ayah serta ibu Moy berpisah ketika Moy masih duduk di sekolah dasar, ayahnya menikah lagi dan sudah tidak perduli dengan kehidupan mereka. Ibu Moy membesarkannya dengan bisnis salon kecil-kecilan dan membuka jasa rias pengantin. Moy hampir putus sekolah di SMU dan tidak bisa melanjutkan kuliahnya karena lebih sibuk ikut ibunya bekerja di salon."Kemarin Elice mengatakan akan coba mencarikan posisi untukmu di perusahaannya. Kau harus memiliki karir yang bagus Nabila, kau berpendidikan tinggi, tidak sepertiku. Kau harus bangkit membangun hidupmu s
"Itu hanya masalah status hukum yang sebenarnya tidak ada bedanya bagiku." Sunan kembali meraih tangan Nabila untuk dia genggam. "Aku mencintaimu Nabila, sangat mencintaimu hingga tidak bisa kubayangkan aku bakal kembali memiliki perasaan seperti ini lagi pada seorang wanita. Kita tetap bisa bersama tanpa semua itu.""Aku tidak bisa Mas."Nabila masih menggeleng, meredupkan tatapan Sunan yang semakin pedih karena dia juga sudah benar-benar jatuh cinta pada Nabila dan tiba-tiba wanita itu tidak dapat dia genggam, hatinya seolah menjauh untuk bisa dia gapai."Aku tidak bisa memberikan apapun lagi ke pada mendiang istriku kecuali itu. Tapi kau bisa memilikiku Nabila, miliki aku!" Sebuah permohonan yang berat untuk ditolak karena Nabila tahu pria itu memang mencintainya dengan tulus."Maaf Mas, aku tidak bisa."Apa yang selama ini Sunan takutkan ternyata benar-benar sedang terjadi, Nabila tidak akan menerimanya jika tanpa apa-apa. Dirinya saja tidak akan cukup, cintanya saja tidak akan cuk
Ketika Sunan masuk, dia syok melihat kehebohan tangis dua bayi sekaligus. Sunan malihat Elice sudah menggendong bayinya demikian pulan dengan Marko. Elice melahirkan di atas ranjang dan Nabila melahirkan di sofa."Apa yang terjadi?""Nabila ikut melahirkan karena stres melihat kondisi Elice." Moy yang menjawab sementara Marko masih gemetaran menggendong bayinya."Oh Tuhan!""Dia sehat." Elice tersenyum menunjukkan bayinya dan ternyata Sunan menangis meski tanpa suara isakan.Sunan segera memeluk Elice serta bayinya yang masih kemerahan."Biarkan Nabila yang memberi Nama.""Ya." Sunan terus mengangguk karena tidak perduli dengan apapun asal istrinya selamat."Bagaiman ini?" Marko bingung melihat bayinya menangis masih dengan tali plasenta yang membuat dia takut."Berikan padaku!" Moy meminta bayinya untuk dibawa pada bidan.Setelah memberikan bayinya pada Moy, Marko segera memeluk Nabila dan menciuminya sejadi-jadinya. Rasanya masih sulit dipercaya jika dia sendiri yang baru membantu pe
Nabila sedang melakukan panggilan video dengan Moy dan bayinya yang sekarang sudah berumur tiga bulan. Bayi cantik yang Elice beri nama Moza itu sudah pintar tersenyum dan membalas suara orang dewasa dengan dengungan. Nabila benar-benar gemas hingga tidak sabar menunggu kelahiran bayinya sendiri."OH ... anak perempuan memang mengemaskan!" Nabila melayangkan kecupan pada bayi montok yang menyeringaikan tawa di layar ponselnya."Tapi sepertinya ini laki-laki." Marko meraba perut Nabila yang kebetulan ada di sampingnya."Ini anak perempuan, aku bisa merasakannya!" Nabila ngotot.Setelah memiliki Bagas, sangat wajar jika Nabila sedang sangat menginginkan anak perempuan meski sampai sekarang Nabila sengaja belum mau mengetahui jenis kelamin bayinya."Apa Moza sudah bisa tengkurap?" Nabila melanjutkan obrolannya dengan Moy walaupun Marko terus mengganggu."Baru miring belum bisa terbalik.""Lihat Marko dia tersenyum padamu!" Nabila menghadapkan kameranya ke arah Marko yang sedang memangku l
"Kau tidak akan percaya jika sebenarnya sudah sejak lama aku menatapmu!"Elice berhenti mengunyah makanannya untuk balas menatap Sunan."Aku hanya tidak pernah berani berpikir kau akan mau menikah dengan pria sepertiku, mengandung darah dagingku, dan menghabiskan sarapan bersamaku."Dari dulu Sunan hanya standar, tidak sejenius Clavin yang dapat menahlukkan Elice."Kenapa kau berpikir seperti itu?" Elice juga masih kaget."Aku merasa bukan tipemu.""Siapa yang perduli!" tegas Elice persis seperti gayanya dari dulu.Elice memang tidak akan bertele-tele seperti kebanyakan wanita yang suka main perasaan. Tapi bukan berarti hati Elice tidak tersentuh dengan perhatian tulus yang selama ini diberikan Sunan. Elice hanya tidak pernah membahasnya.Mereka masih saling menatap sampai kemudian Elice kembali bicara lebih dulu."Boleh aku minta brokolimu?" Elice menunjuk potongan brokoli di piring Sunan yang belum dimakan."Kemari, biar kusuapkan." Sunan tersenyum sambil menepuk pahanya agar Elice d
Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke sembilan dengan perut bulat besar dan buah dada makin memadat kencang. Kehamilan anak perempuan ternyata justru membuat wanita terlihat semakin cantik. Moy sedang berbaring lembut di atas ranjang ketika Clavin bantu menarik melepas sisa gaun malamnya yang berbahan ringan. Mereka sedang disarankan untuk lebih banyak berhubungan intim mendekati masa-masa persalinan. "Apa kau tidak kesulitan bergerak?" Clavin ikut merangkak naik ke atas ranjang kemudian menyentuh lembut pada gumpalan buah dada wanitanya yang sedang membengkak penuh. "Tidak, ini masih nyaman." Moy juga mempersilahkan lelaki itu membuka kakinya untuk direntangkan. Clavin memperhatikan Moy sejenak, kemudian membelai ke lipatan lembutnya yang semakin hari semakin sesak untuk dimasuki pria. Clavin terus mengulas-ngulas puncak wanitanya sampai melembut hangat dan tiba-tiba menurunkan kepala untuk menyesap puncak kecilnya hingga mengejang. "Oh ...." Moy melenguh panjang. Rasanya sangat
Kehamilan Moy membuat kedua orang tua Clavin yang sudah lama menunggu keturunan dari putra tunggalnya ikut sangat bahagia dan tidak sabar. Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke enam dengan jenis kelamin bayi perempuan. Setelah resmi menikah bersama Clavin Moy juga selalu dimanja oleh keluarga suaminya. Moy merupakan anak tunggal yang dibesarkan oleh seorang janda, ayah Moy sudah tidak pernah perduli dengan kehidupan sulit mereka sejak bercerai dengan ibunya. Ibu Moy meninggal beberapa tahun lalu, Moy tidak punya sanak saudara lagi di ibukota. Moy berjuang sendiri untuk menjadi wanita mandiri meski dia cuma lulusan SMU dan berhasil sukses. "Istirahatlah jika kau capek." Clavin tahu Moy sudah sibuk dengan keluarganya sejak siang. "Biar aku saja yang menemani tamu." "Aku mau menunggu Nabila dulu." "Apa masih lama?" Clavin menengok arloji di pergelangan tangannya. "Sebentar lagi mereka sudah di jalan." "Jangan terlalu capek." Clavin menggosok puncak perut Moy yang makin membulat besa
"Bagaimana?" Marko sudah tidak sabar menunggu dua garis merah pada benda pipih yang sedang dipegang Nabila."Tunggu sebentar."Mereka sama-sama tegang setelah usaha keras siang dan malam penuh perjuangan."Ya!" Nabila segera menunjukkan dua garis merah yang langsung membuat Marko melompat untuk mengangkatnya."Oh, Tuhan ... terima kasih .... terimakasih ..." Marko terus menciumi perut Nabila yang dia angkat cukup tinggi seperti benda enteng kemudian membawanya berputar."Hentikan Marko! nanti anakmu pusing!"Marko masih terlalu bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum bangga dengan dirinya sendiri."Terima kasih karena telah menjadikanku seorang ayah." Marko menurunkan Nabila untuk dia cium."Dia masih jentik kecil," Nabila mengingatkan."Berapa kira-kira usianya?" marko meraba perut Nabila."Mungkin sudah memasuki bulan ke dua."Nabila sudah terlambat satu bulan sejak menikah dua bulan lalu."Bagas harus tahu jika akan punya adik!" Marko menangkup pipi Nabila kemudian menciumnya
[Lusa aku akan kembali ke New York, apa malam ini aku boleh menginap?] pesan yang dikirim Noah untuk Elice tapi kebetulan Sunan yang membacanya. [Jangan ganggu istriku!] tegas Sunan dengan kalimat singkat. Mungkin karena kaget, Noah langung beralih menelpon. Sunan juga tidak segan untuk langung menjawab panggilan dari anak muda itu. "Di mana Elice?" tanya Noah begitu mendengar suara pria dewasa yang menjawab panggilan teleponnya. "Dia masih mandi." Sunan tidak berbohong. "Kau siapa?" Noah bertanya lagi karena masih penasaran. "Aku suaminya!" "Mustahil!" Noah tidak percaya. "Elice tidak pernah memberitahuku jika dia sudah menikah." "Sekarang aku yang memberitahumu!" Sunan terus mempertegas tanpa basa-basi. "Siapa?" tanya Elice yang baru keluar dari bilik kamar mandi dan melihat Sunan sedang menjawab panggilan teleponnya. "Keponakan Marko!" Sunan yakin Noah juga ikut mendengar percakapan mereka dari seberang telepon. "Berikan padaku?" Elice meminta ponselnya tapi tidak Sunan b
Tiba-tiba ponsel Nabila berbunyi dengan sebuah notifikasi pesan. "Moy, membubarkan grupnya!" Nabila terkejut. "Kenapa?" tanya Marko. "Aku tidak tahu, biar nanti aku telepon." Nabila memang tidak tahu dengan apa yang sedang bergulir, dia cuma terkejut jika Moy sampai membubarkan grup kesayangannya. "Bukankah kau ada meeting siang ini?" Nabila mengingatkan Marko. "Aku tidak akan lama dan akan segera pulang," Marko berbisik sambil memeluk Nabila dari belakang dan tidak berhenti menciumi sisi kening serta lehernya. Mereka berdua sedang berdiri di depan cermin meja wastafel setelah mandi bersama di tengah hari mumpung Bagas sedang tidur siang. "Cepatlah berpakaian, nanti kau terlambat." Nabil menoleh agar Marko bisa menggapai bibirnya. Mereka bertukar lumatan lembut saling mengais dan semuanya sedang terasa sangat manis untuk dinikmati. Marko dan Nabila adalah pasangan pengantin baru yang sedang lengket-lengketnya tidak ingin terpisah meski cuma sejengkal, tapi Elice tetap memaksa
Clavin benar-benar syok melihat Elice ada di apartemen Sunan, hari masih pagi, Elice kelihatan baru bangun dengan kemeja pria milik Sunan."Bagaimana kau bisa ada di sini?"Tatapan Clavin terus mengoreksi penampilan mantan istrinya sementara otak Elice sudah benar-benar padam tidak bisa berpikir. Clavin jelas melihat jejak cupang merah kemerahan bekas hisapan pria di kulit leher Elice. "Siapa yang datang?" tanya Sunan yang baru ikut menyusul ke depan dan langkahnya terhenti mendadak begitu melihat Clavin sudah berdiri di ambang pintu. Sunan masih menggenggam ponsel yang baru dia matikan dan cuma memakai celana pendek pria tanpa pakaian yang lain. "Apa yang kalian lakukan?" Elice dan Sunan benar-benar sudah tertangkap basah tidak bisa mengelak. Clavin segera menerobos masuk dan melihat celana dalam Elice yang masih tergeletak di samping sofa. Otak Clavin ikut padam membayangkan mantan istrinya telah dicumbu oleh sahabatnya sendiri. "Beri aku alasan yang masuk akal dengan semua in