Sore ini ada konferensi di Lhome Funeral, aku memberi pesan kepada Erina untuk hadir, namun tetap memakai identitas sebagai anak Paman Jhonny, setelah mendapatkan mimpi itu, aku menjadi sedikit was-was jika menunjukkan identitas asliku, untungnya Paman Jhonny sudah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Kami telah memasuki Lostcity, Paman Jhonny tidak mengucapkan sepatah katapun dari awal mengemudi hingga memasuki kota Lostcity, aku masih bingung dengan tingkah Lidya, tidak pernah sedikitpun dia menangis seperti itu sebelumnya, setahuku dia adalah adik yang cukup cuek.
Setelah kami sampai dirumahku, aku lekas keluar dari dalam mobil dan menuju kedalam rumah, pintu depan tidak terkunci sehingga aku menerobos masuk, jika pintu tidak dikunci kemungkinan ibu dirumah, sebab jika Lidya sendiri, terkadang dia mengunci pintunya karena khawatir pencuri. Aku berlari kecil mencari Lidya,
“ Lidya!” pekikku, mencari kordinat Lidya.
Aku tertuju kekamar Lidya yang tertutu
Aku tidak menatap kepada apapun, aku tidak merasakan apapun, semuanya hanya kosong. Suara-suara yang awalnya tidak ada, kini mulai terdengar. Aku bisa mendengar suara detakkan jam, suara kicau burung dan beberapa suara lainnya, perlahan-lahan aku mulai tersadar bahwa aku telah bangun dari tidurku, aku menatap kearah jam disudut atas kamarku, dia menunjukkan kearah 02.30 siang, tidak terlalu lama aku beristirahat. Aku keluar dari kamar dan mencoba memastikan keadaan Paman Jhonny dan Liliana, aku berjalan menuruni tangga dan melihat mereka sedang duduk diruang tengah bersama Lidya, mereka menyaksikan kartun yang tayang ditelevisi, “ Apa kita berangkat sekarang?” tanyaku pada mereka, sembari menuruni tangga dan berjalan mendekat. Paman Jhonny yang mendengarnya, langsung mengalihkan pandangannya kearahku sembari melihat jam ditangannya, lalu dia menaikkan salah satu alisnya, “ Bersiaplah, kita akan berangkat.” Ucapnya Aku hanya membasuh wajahku de
Aku menatap keseluruh penjuru ruangan, ruangan yang penuh dengan orang-orang yang diluar nalar, posisi hall ini sama seperti posisi hall didalam sebuah gereja. Bedanya, disini tidak terdapat patung, atau tanda semisalnya, ruangan ini tidak memiliki ukiran apapun. Seorang pria memulai konferensi dan menjadi seorang moderator, seluruh orang didalam hall menjadi hening. “ Salam, demender jami’ah fi associate…”( Salam, selamat datang semuanya di perkumpulan/konferensi) ucap moderator, Salah seorang bangkit dari kursi dan mengangkat tangannya, dia mencoba mengajukan pertanyaan, “ Tuan Gulliver, bisakah kau menggunakan bahasa latin. Banyak perwakilan baru dari setiap marga yang tidak mengerti bahasa Gresognian.” Semua mata tertuju pada pria yang bertanya itu. Pertanyaan pria itu sekaligus mewakiliku yang tidak paham dengan bahasa Gresognian, pria itu diam sejenak dan tampak sedang berbicara dengan Laire yang duduk disam
Para Dorrothy itu merubah wujudnya, tubuh mereka kembali membengkak dan mengoyakkan baju-baju yang mereka gunakan, bulu-bulu mulai bertumbuhan di sekujur tubuhnya. Mata mereka menjadi hitam, lalu mereka terkuyuh jatuh, tak lama kemudian mereka bangkit dan menjadi Coyote berbulu emas secara bersamaan. Ukuran mereka sangat luar biasa, Dorrothy yang mereka lihat sangat asing bagi mereka, ada sekitar dua belas ekor Coyote dihadapan mereka. Coyote-coyote itu meraung dan melolong dengan seringaian yang ingin membunuh. Lolongan coyote - coyote tersebut menerbangkan burung-burung yang hendak beristirahat di sore hari. Kulit putih miliki Gulliver dan Wilhem menjadi sedikit memerah, “ Aku bisa bangkit, mereka tidak bisa melawan anjing hutan itu sendiri, aku akan membantu, Lumia panggilah bantuan dari Lhome” ucap Randa berusaha berdiri. Aku mencoba menghitung ulang, dan ternyata total coyote itu bertambah menjadi lima belas. “ Jhonny, sudah lama kit
Awal malam telah tiba, orang-orang yang hadir disana mulai mempertanyakan apa yang telah terjadi termasuk Laire. Sikap Laire sangat dingin, bahkan dia tidak terlihat khawatir dengan anaknya, Wilhem. Gulliver tidak meladeni ucapan Laire, dia membawa Wilhem ke lantai atas, “ Kau bisa bertanya pada tersangka yang dibawa Chokky” ucap Paman Jhonny kepada Laire, Seorang yang dibawa oleh Chokky terlihat mulai sadar, dia berusaha menutupi bagian vitalnya dengan melipatkan diri. Mungkin dia sedikit malu karena dirinya telanjang. Laire memerintahkan Rytme untuk mengambil sebuah kain dan memberikannya kepada tersangka yang hendak diadili didepan hall, “ Siapa dia?” tanya Laire mencari tahu sekali lagi kepada orang-orang yang baru saja kembali dari hutan. “ Dia adalah salah satu dari Dorrothy.” ucap Paman Jhonny, dia bangkit dari kursinya dan maju kedepan. “ Bajingan ini mencoba membunuh anakku!” tegasnya sekali lagi, menunj
. Sore tadi aku terlalu ceroboh, kukira dengan Tuan Reinhard tidak menyebut margaku, para Dorrothy tidak akan mencoba membunuhku karena tidak mengetahui margaku. Namun, dugaanku salah. Mereka mencoba membunuhku bukan karena tahu kalau aku seorang Landers, aku terlalu percaya diri sebelumnya dengan margaku. Aku sangat yakin sekarang, tujuan mereka adalah menbunuh pencuri Gresognian. Laire diawal malam itu membuat keputusan yang mengejutkan, Emma bercerita kalau dia tidak pernah mendengar Laire membuat keputusan aneh seperti itu. “ Bukan alasan jika aku berkata kita tidak bisa pulang malam ini karena jalan yang gelap, akan tetapi bukannya lebih baik kalian menginap disini malam ini. Sembari menyambut saudara lama kita, Tuan Marsum. Jason dan Rytme beserta Brian akan menjamu hidangan kita malam ini, dan masih ada kamar yang cukup untuk setiap keluarga. Aku tidak memaksa, aku hanya ingin kalian relaksasi sejenak.” Ucap Laire, secara tidak langsung dia me
Rytme kembali membawakan dua botol anggur kepada kami, dia tersenyum lalu meninggalkan kami, dia berdalih kalau dia harus melayani tamu lainnya. Acara ini seperti memang sudah direncanakan, karena sebelumnya tidak ada lampu gantung diluar Lhome Funeral. Aku tidak sadar kalau ada yang mendekati kami dari belakang, “ Boleh aku bergabung?” tanyanya pada kami, Aku meliriknya, aku terkejut saat melihatnya. Dari ujung kaki hingga ujung kepala aku menatap, dia bukan manusia. Dia adalah salah satu dari keluarga Tarmus atau yang aku sebut suku Tarmus, dia seekor kelinci. Perawakan sagat berbeda dengan Tarmus pada umumnya, dia memiliki bulu putih yang bersih tanpa campuran warna lainnya, bola matanya hitam berkilau, tanduknya hanya tumbuh kecil selayaknya bayi kambing, gigi kelincinya sangat lucu menurutku, sepertinya dia rajin untuk menyikat giginya. Apa benar ada tarmus selucu ini! Aku tidak berfikiran aneh, aku hanya ingi
Aku teringat sesuatu, saat awal perjumpaanku dengan Tyrian. Tyrian berkata Lhome akan mengadakan perkumpulan dua hari lagi. Namun, faktanya saat kami berada di Villa Merrow, aku mempertanyakan tentang pesan yang disampaikan Gulliver, dan dia hanya diam, “ Apa mungkin Tyrian menyembunyikan sesuatu?” Pikiranku terlalu berlebihan, kemungkinan dia telah mendapatkan pesan itu, sebelum Reinhard memberitahunya, lagipula saat itu dia tidak menjawabku. Dan dia hanya menghargai ayahnya dengan berpura-pura tidak tahu. “ Sudahlah” Aku terlalu banyak berfikiran yang aneh belakangan ini. Rembulan mulai meninggi, hari semakin larut. Tubuhku terasa sangat lelah dan ingin sekali istirahat, aku menyenderkan tubuhku keatas meja perjamuan, kerap kali kicauan burung malam mengganggu pendengaranku. Liliana mencoba menyadarkanku. Aku rasa alasan tubuhku menjadi sedikit berat dan lelah adalah karena wine yang kuminum, aku tidak tahu bahwa w
“ Ah, baiklah. Aku minta maaf sekali padamu, tapi keadaannya sangat genting. Aku akan mentransfer ke debit kamu, agar mencari rumah terdekat disana.” Sahut Paman Jhonny, dia berbicara melalui ponselnya pada seseorang. Dia mengakhiri ucapannya dan menutup teleponnya, dia kemudian menghampiri kami. Sebenarnya, kami tidak ikut pindah bersama ibu dan Lidya, mereka akan diarahkan ke sebuah rumah di Selenal. Paman Jhonny berkata bahwa ibuku akan dijemput disebuah terminal bus, oleh orang suruhan Paman Jhonny. Ibuku memang masih terlihat kesal, namun ini demi kebaikannya dan Lidya. Mereka bersiap-siap saat itu juga. Setelah semuanya selesai, kami mengantarkan ibu dan Lidya ke sebuah terminal di Lostcity, “ Hati-hatilah Bu. Aku akan mengunjungimu” ucapku pada ibu, aku kemudian memeluknya. Memang sedikit berat bagiku harus membiarkan ibuku pergi jauh. Selenal adalah sebuah kota yang berjarak sekitar lima jam perjalanan dari Lostcity. “ Maafkan aku Carmilla, ta
Elenorie adalah salah satu marga dari segelintir marga yang ada di kota Gresmory di masa lalu, setelah kejadian ledakan itu, mereka hanya beberapa kali terlihat dan kemudian hilang berabad-abad hingga muncul saat ini. Yang jelas, mereka berpihak pada Who dengan alasan yang tak bisa dipahami. Ombak ganas beberapa kali menghantam kapal mereka, keadaan diatas semakin tidak stabil. Namun Reinhard terlihat santai mendengar penjelasan dari Hernandez. Hernandez menceritakan bahwasanya dia tidak pernah tahu menahu tentang kejadian-kejadian yang terjadi didaratan karena selama ini mereka hampir tak pernah berada ditanah Gresmory. Selama berabad-abad menghilang mereka hanya terus-terusan mencari daratan baru dan melakukan ekspedisi ke negara-negara lain untuk melakukan sejumlah bisnis kapal, hal itu dapat mereka lakukan karena William atau suami Clara, yang memberikan izin kepada mereka dengan mengatasna
Swooosh Ia melangkahkan kakinya mendekati reruntuhan itu, sembari melindungi pandangannya dengan lengan kanannya, angin kala itu cukup kuat hingga mulai menerbangkan dahan – dahan besar pepohonan bahkan beberapa puing reruntuhan. Dengan kekuatan lengannya, Paman Jhonny mencoba mengangkat beberapa puing hingga ia menemukan seorang pria yang tertindih reruntuhan bangunan. Dia menarik seseorang itu dan membawanya ke mobil, Bruakk Suara tubuh yang jatuh di bangku depan mobil, “ Dia masih berdetak, tapi sangat lemah” ucap Dawan sembari mengecek detak jantungnya. Tak lama kemudian, sesosok makhluk mengetuk kaca mobil. Makhluk itu adalah salah seorang Tarmus. Ia hanya penasaran dengan mobil yang masih bisa terparkir rapi disana sehingga ia mencoba memastikan keberadaan orang didalamnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan Paman Jhonny dan anak-anaknya. Mereka
Semua hanyalah kehampaan sejauh mataku memandang, tidak ada solusi, tidak ada keyakinan, tidak ada keberanian, semua hanyalah bayang-bayang yang menyelimuti dan pula aku benar-benar dalam kebingungan saat ini. Aku bangkit dari kursi dan menatap keluar jendela rumah, langit hitam kemerahan menyelimuti atap Lostcity dan beberapa kota disekitarnya termasuk Tarling dan Brimhall. Bahkan aku bisa mendengar suara angin yang memaksa dirinya untuk masuk kedalam rumah yang aku injak sekarang ini melalui jendela yang aku menatap jauh keluarnya. Kraack Perlahan kaca-kaca jendela mulai retak secara pasti dan menyebar, Ctasss Hingga para angin akhirnya pun berhasil masuk kedalam rumah, untungnya aku cepat menghindari serpihan kaca yang pecah, sehingga aku masih dalam keadaan tak tergores sedikitpun. Gusar masih mengelilingi wajahku, tak ada sedikitpun
Setidaknya begitulah imajinasiku saat berada dihadapan Laire kali ini, tapi siapa aku, berani-berani berfikiran hal aneh seperti itu. Laire hanya menatapku kemudian memanggilku,“ Selamat datang kembali anakku!” sapanya kepadaku.Dia menatap sedikit kearahku, lalu dia mengucapkan beberapa kalimat kekami semua, kalimat yang menandakan bahwasanya perang akan dimulai.“ Berhati-hatilah dengan badai darah. Atmosphere kali ini jauh lebih brutal dari yang aku dengar. Bukankah begitu Landers?” beritahu Laire kepada semuanya dan mencari fakta penguatnya dari ku. Aku mengangguk dan seluruh kepala keluarga keluar dari ruangan tersebut. Mereka mengepalai keluarga masing-masing dan mengambil posisi. Ada satu hal yang membuatku takjub, mereka yang tak memiliki evolusi penuh akan memakai topeng untuk menyamarkan identitasnya.Laire menyaksikan para tetua keluarga yang sedang bersiap dan mulai menuju pusat kota, begitupun keluarga G
Maaf untuk semua, karena sudah sangat lama tidak update. Saya benar-benar minta maaf untuk para pembaca sekali lagi. Tapi, sebisa mungkin saya akan update cerita ini secepatnya. Dan juga saya telah merevisi cerita ini dari awal. karena saya rasa sangat banyak penulisan dannkarakter huruf yang bersalahan termasuk tanda bacanya. Jadi saya sangat berharap untuk kritik dan sarannya dikemudian hari. sekali lagi saya hanturkan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya untuk para pembaca cerita saya ini. Jujur saya sangat senang dengan reaksi dan respon para pembaca. Demikianlah kata-kata yang dapat saya sampaikan. Terima kasih banyak semua nya. Tetap semangat untuk kita semua. **
Tidak ada yang mencurigakan bagi Aeri, Rakisha, Arin bahkan Lidya dan ibu setelah beberapa menit aku dan Bashra meninggalkan rumah, mereka terlihat tampak asyik dengan selimut tebal yang menemani mereka di hari yang berangin dingin ini. Perlahan, Arin mulai merasakan keberadaanku yang semakin surut melalui indra penciumannya yang lumayan tajam, dia juga merasakan keberadaan Bashra yang ikut surut secara bersamaan. Sebagai seorang wanita plegmatis, Arin tidak ingin menimbulkan rasa cemas kepada ibuku dan mencoba memberitahukan hal itu kepada Rakhisa, dengan alasan bahwa dia ingin melihat keluar sebentar bersama Rakhisa. Aeri juga merasakan hal yang sama dan ikut menyusul mereka. Hari ini adalah puncak dari bencana, setidaknya begitulah menurutku. Setelah Arin dan kedua temannya berbincang. Rakhisa mencoba mencari kami dengan penglihatan yang sangat tajam miliknya untuk memantau dan mencariku dengan Bashra. Kali ini barulah timbul kecurigaan pada hati mereka.
Xanna adalah seorang pria dimasa lalu, sebelumnya aku mengira Xanna adalah seorang wanita karena dari namanya dia terlihat seperti sosok wanita. Namun, setelah Rakhisa menjelaskan tentang garis keturunan Landers barulah aku sadar bahwa Xanna adalah pria dan dia adalah kakek buyutku. Tidak ada pilihan bagi mereka selain mrmpercayai ucapanku, meski kabar kematianku telah menyebar. Aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku berhasil melarikan diri dari cengkraman Clara dan bersembunyi selama seminggu tetakhir ini. Mendengar penjelasanku yang mendetail mereka semakin yakin. Tuan Adian Derborra mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang, “ Laire, berhati-hatilah disana dan jangan gegabah. Seseorang mendatangi markas kami dan mengaku sebagai Landers, dia menjelaskan bahwa badai itu bukan badai biasa!” begitu ucap Adian. Dia bahkan tidak berbasa-basi dalam panggilannya, kemudian dia hanya menjawab seluruh pertanyaan dari wanita yang dia telpon.
Awan mulai tergiring angin menuju Lostcity, seakan-akan mereka sedang mengadai pertemuan besar disana. Langit sore yang memerah kini mulai berdampingan dengan gelapnya awan. Aku masih tidak tahu apa yang akan terjadi di Lostcity, namun setelah melihat jauh kearah awan gelap yang menuju ke Lostcity, aku bisa memprediksi bahwa badai yang akan terjadi sangatlah besar. Pastinya kota-kota disekitarnya juga akan terkena dampak badai tersebut, meskipun tidak akan menimbulkan kerusakan yang terlalu besar dari titik badai. Hati menjadi kalut dan dibayangi akan orang-orang yang ku kenal disana. Aku jadi teringat dengan Meelan, Kyo, Rinski dan lainnya, tapi jika itu Liliana dan para Gresmonian, aku tidak terlalu mengkhawatirkan mereka sebab mereka bahkan bisa selamat dari tembakan peluru. Dari tadi aku merasakan seperti ada sesosok yang mengikuti aku dan Bashra, beberapa kali aku melirik kearah sekeliling, akan tetapi aku tidak menemukan siapapun disana, bahkan suara kak
Aku yakin sekali bahwa itu bukan hanya sekedar badai biasa, angin merah yang bertiup kencang dan menusuk setiap senti permukaan kulitku, tak bisa aku lupakan. “ Aku tidak yakin tapi gumpalan awan yang terlihat dimimpiku seperti perpaduan antara darah dengan langit malam. Dia hitam kemerah-merahan, angin itu juga membawa air yang dengan kecepatannya mampu menghasilkan rasa sakit ketika terkena kulit. Aku melihat disebuah banner yang terbang, dia tertulis sebuah alamat dan lokasinya di Lostcity.” Aku tersadar berkat sebuah banner, aku tersadar bahwa dimasa lalu banner tidak terlihat semodern didalam mimpiku, entahpun tidak ada. “ Aku sangat khawatir tentangmu, tapi setelah melihatmu datang hari ini, khawatirku telah hilang.” Jelas Lidya, dia sedikit menundukkan wajahnya. Apa yang dia jelaskan telah membuktikan bahwa dia memiliki mimpi yang sama denganku, dan itu menjadikanku yakin bahwa mimpiku bukanlah dari masa lalu, melainkan pertanda bencana