Panas mentari mulai redup, bayangan sudah mulai lebih tinggi dari bangunan rumah. Setelah menyelesaikan makan, aku langsung beranjak dari rumah untuk bertemu pada Laire, kali ini Paman Jhonny juga akan pergi bersamaku. Sedangkan Liliana dan Dawan akan berjaga dirumah, untuk menghindari sesuatu yang buruk terjadi.
“ Tubuhmu sudah pulih, apa secepat itu?” sahut Paman Jhonny.
Rin mencoba menghubungi Laire, untuk memberitahukan tujuan kami saat itu. Rin benar-benar pelayan yang patuh. Aku juga tidak terlalu tahu mengenai biografinya.
“ Ya, begitulah Paman. Rin bilang itu wajar karena aku juga Gresmonian” sambungku.
Paman Jhonny hanya sedikit mengerutkan bibirnya, dia kembali memfokuskan pandangannya kejalan yang sedang kami lintasi.
“ Tuan, Nyonya mengijinkanmu datang” sahut Rin,
Sebenarnya, keputusan Laire tidak terlalu penting bagiku, jika seandainya pun dia melarangku untuk datang. Aku pasti tetap akan datang. Aku h
Ini adalah kesempatan emas yang hanya datang sekali dalam seumur hidup, entah sejak kapan aku semakin tertarik dalam menyelesaikan misteri yang keluarga mereka buat. Aku sangat menyetujui ajuan dari Jonathan, namun dengan cepat Laire menjawab tidak. Dia membantah ajuan Jonathan kepadaku. “ Kau tidak akan kemana-mana!” tegas Laire. Dia semakin keras dan egois, dia melarangku untuk bertemu Hanseel tanpa memberikan alasan yang jelas. Dia juga menekankan kalau aku tidak boleh keluar dari ibukota Lostcity. Aku mencoba membantah perintah Laire. Tapi anehnya, Paman Jhonny juga berpihak pada Laire. Dia juga menahanku untuk tidak keluar dari kota ini dalam waktu dekat. Jika hanya Laire, aku bisa membantahnya. Tapi, jika itu Paman Jhonny, orang yang telah banyak berjasa dan menyelamatkanku, mau tidak mau aku harus menurutinya. Sebuah ponsel bergetar di atas meja yang berada ditengah-tengah sofa. Aku melirik kearah ponsel itu hingga pemiliknya men
Kami mengalami malam yang damai. Who masih belum menunjukkan serangan terangan-terangan mereka beberapa hari terakhir ini. Cukup seorang Terrence yang memantauku tadi siang dan hal itu tidak akan terulang lagi. Sudah ada lebih dari dua minggu aku tidak merasa tenang seperti ini. Sejujurnya, aku bahkan tidak pernah merasa tenang semenjak aku mengetahui kemampuan tentang mimpiku sebelas tahun lalu. Hal itu selalu membuat diriku merasa tertekan dan takut. Namun sekarang, semua sudah jelas. Terutama asal-usul tentang diriku yang tak pernah aku sadari. Malam itu, terlintas sesuatu yang begitu cepat menusuk enchepalonku. Aku seperti mendapat sebuah pesan langsung dari ayahku. Aku teringat sesuatu, dulu semasa kami masih tinggal di rumah pinggir hutan perbatasan Selenal. Ayah memiliki sebuah ruang pribadinya yang terletak tidak jauh dari hutan belakang rumah lama kami itu. Aku merasa bahwa disana pasti banyak sekali petunjuk yang ayah pasti t
Aku menuntun Rin, Dawan dan Liliana juga beruang yang mengejar kami secara brutal kearah tangga tersebut. “ Tidak ada waktu. Pergilah terdahulu!” jerit Liliana untuk kedua kalinya. Liliana mengulur waktu, dan mengalihkan beruang itu dariku, Dawan dan Rin. Kami berlari menuju pilinan tumbuhan yang terlihat seperti akar yang menjuntai. Aku meraih juntaian itu dan mulai memanjat, disusul oleh Dawan dan Rin dibawahku. Huft huft huft Kami berhasil mencapai ruang pribadi ayahku, ini lebih cocok disebut sebagai rumah pohon. Aku merebahkan diriku di teras rumah pohon tersebut. Pilinan yang membentuk tangga itu mulai sedikit terlepas. Hampir saja Rin terjatuh. Namun, dia masih bisa aku dan Dawan raih. Liliana masih berlari menghindari serangan frontal beruang itu. Seharusnya dia harus pura-pura mati saja. “ Pegang ini!” jerit Rin. Dia memberikan sebuah akar gantung yang menjuntai selayaknya tali kepada ku, dia juga menyuruhku u
Dibalik hutan dan cahaya kobaran api yang melahap rumah, wujud mereka terlihat samar sebagaimana beruang. Aku tidak bisa memastikan kejadian saat itu, yang jelas bahwa dugaanku tentang Jason dan Rytme adalah salah. Di Lhome Funeral, seluruh keluarga telah berkumpul. Mereka tampak berbincang dengan senyum mereka satu sama lain. Gulliver bertanya kepada Paman Jhonny tentangku yang tak kunjung hadir. Laire juga sedikit peduli dengan pertanyaan Gulliver saat itu. Mereka menganggap bahwa Paman Jhonny telah ceroboh yang membiarkanku pergi kesuatu tempat tanpa pengawasan dari orang yang jauh lebih kuat. “ Itu tidak cukup. Liliana, Silaene dan Rin tidak cukup kuat. Mereka hanyalah anak kecil bagiku.” Tegur Gulliver pada Paman Jhonny. Erina juga bersikap tenang dengan apa yang sedang terjadi, dia juga menyampaikan bahwa sore itu, perwakilan dari Dorrothy belum juga hadir. Drrrr, drrr, drr Ponsel Paman Jhonny bergetar diwaktu mereka seda
Angin sedikit menyapu pepohonan disekitar kompek, udara dingin yang diciptakan mulai membuat suasana semakin hening. Siang tadi langit tampak cerah, namun sorenya langit menjadi sangat gelap. Begitulah cuaca, tidak ada yang bisa memastikannya, melainkan hanya prediksi semata. Jack kembali setelah kurang dari sepuluh menit mengecek keadaan didalam komplek, dia mengabarkan bahwa banyak darah menciprati tembok dan hampir seluruh rumah didalamnya dihiasi bau darah dan merah maroon darah. Jack, “ Kita harus cepat membantu. Jika tidak sesuatu yang jauh lebih buruk akan terjadi” sambung Jack. Saat ini, hanya dia yang memahami keadaan didalam komplek. Tidak lama berunding tentang apa yang akan dilakukan. Tampak dari kejauhan dua ekor serigala besar ditunggangi seorang pria besar. Tidak salah lagi itu adalah Paman Jhonny dan lainnya. Dibelakang mereka diikuti para Gresmonian. Bah
Setetes demi setetes bulir air turun dari langit, hingga mereka turun secara beruntun dan membasahi wajah bumi. Suara tinju dan terkaman, serta suara raungan terdengar samar dibalik berisiknya hujan. Aku berada tidak jauh dari mereka yang tengah mempertahankan keluarga mereka dari serangan Who. Aku juga tidak mampu bergerak bebas akibat tanah yang mulai menjadi lumpur akibat air hujan yang sangat ramai. Disana ada sekitar dua puluh ekor serigala, dan dua diantaranya adalah Jason dan Rytme, selebihnya aku tidak tahu mana yang teman dan musuh. Aku juga menghitung jumlah orang-orang yang memiliki evolusi seperti kera. Mereka sekitar sepuluh orang. Keluarga Clasvoki adalah keluarga penebang pohon, mereka juga pengrajin segala jenis kayu. Kalau dipikir-pikir, wajar Juna menjadi seorang penebang pohon. Sebab dia adalah seekor raja kera yang memiliki kekuatan yang besar. Para
Di luar, suara guntur bersautan; langit semakin gelap; malam telah tiba. Kami memenuhi ruangan itu sembari mendengar kotbah dari Laire. Sudah jelas, di awal malam itu Laire membahas tentang perlakuan keluarga Dorrothy yang saling membantai, berbagai praduga dan asumsi diutarakan oleh Laire dan beberapa pimpinan kepala keluarga. Tidak luput pula beberapa kritik keluar dari lisan beberapa orang. Aku merasa orang-orang itu tidak memiliki hati. Bagaimana tidak, dalam suasana berduka seperti itupun mereka masih bisa mengkritik keluarga Dorrothy. Selayak kilat memutus pendengaran, seketika suasana menjadi senyap hening dalam pikiran. Mereka seakan-akan tidak memiliki apa-apa lagi untuk memberikan argumen. Disaat itu pula Laire memecah keheningan dengan memanggilku. “ Ken Landers. Berikanlah asumsimu tentang apa yang kau dapat selama ini.” Tegasnya. Suara Laire memang s
Siapa yang tak geram dengan pemandangan seperti itu, seluruh marga termasuk yang tidak menyukai Dorrothy pun kesal dibuatnya. Diruangan yang cukup luas itu, dua orang wanita saling berganti pandang satu sama lain. Laire memiliki tubuh yang lebih pendek dari Clara. Bahkan dari segi manapun Laire tetap kalah dibuatnya. Menurut pribadiku, Clara yang aku lihat saat ini jauh lebih cantik rupanya dari Laire, lebih hangat dari Laire dan dia juga tidak tampak ragu dengan tujuannya. Tapi sayangnya, dia jauh lebih keji. Sesekali Clara melirikku yang berada tidak jauh dari Laire. “ Clara, bukankah kita telah membuat kesepakatan. Untuk tidak mengganggu masing-masing dari kita?” balas Laire. Hal itu semakin menarik perhatianku, aku sebenarnya juga penasaran dengan hubungan mereka saat ini. Sebab, jika mereka tidak membuat sebuah kesepakatan, sudah pasti Hiroshi Hamada tidak datang ke
Elenorie adalah salah satu marga dari segelintir marga yang ada di kota Gresmory di masa lalu, setelah kejadian ledakan itu, mereka hanya beberapa kali terlihat dan kemudian hilang berabad-abad hingga muncul saat ini. Yang jelas, mereka berpihak pada Who dengan alasan yang tak bisa dipahami. Ombak ganas beberapa kali menghantam kapal mereka, keadaan diatas semakin tidak stabil. Namun Reinhard terlihat santai mendengar penjelasan dari Hernandez. Hernandez menceritakan bahwasanya dia tidak pernah tahu menahu tentang kejadian-kejadian yang terjadi didaratan karena selama ini mereka hampir tak pernah berada ditanah Gresmory. Selama berabad-abad menghilang mereka hanya terus-terusan mencari daratan baru dan melakukan ekspedisi ke negara-negara lain untuk melakukan sejumlah bisnis kapal, hal itu dapat mereka lakukan karena William atau suami Clara, yang memberikan izin kepada mereka dengan mengatasna
Swooosh Ia melangkahkan kakinya mendekati reruntuhan itu, sembari melindungi pandangannya dengan lengan kanannya, angin kala itu cukup kuat hingga mulai menerbangkan dahan – dahan besar pepohonan bahkan beberapa puing reruntuhan. Dengan kekuatan lengannya, Paman Jhonny mencoba mengangkat beberapa puing hingga ia menemukan seorang pria yang tertindih reruntuhan bangunan. Dia menarik seseorang itu dan membawanya ke mobil, Bruakk Suara tubuh yang jatuh di bangku depan mobil, “ Dia masih berdetak, tapi sangat lemah” ucap Dawan sembari mengecek detak jantungnya. Tak lama kemudian, sesosok makhluk mengetuk kaca mobil. Makhluk itu adalah salah seorang Tarmus. Ia hanya penasaran dengan mobil yang masih bisa terparkir rapi disana sehingga ia mencoba memastikan keberadaan orang didalamnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan Paman Jhonny dan anak-anaknya. Mereka
Semua hanyalah kehampaan sejauh mataku memandang, tidak ada solusi, tidak ada keyakinan, tidak ada keberanian, semua hanyalah bayang-bayang yang menyelimuti dan pula aku benar-benar dalam kebingungan saat ini. Aku bangkit dari kursi dan menatap keluar jendela rumah, langit hitam kemerahan menyelimuti atap Lostcity dan beberapa kota disekitarnya termasuk Tarling dan Brimhall. Bahkan aku bisa mendengar suara angin yang memaksa dirinya untuk masuk kedalam rumah yang aku injak sekarang ini melalui jendela yang aku menatap jauh keluarnya. Kraack Perlahan kaca-kaca jendela mulai retak secara pasti dan menyebar, Ctasss Hingga para angin akhirnya pun berhasil masuk kedalam rumah, untungnya aku cepat menghindari serpihan kaca yang pecah, sehingga aku masih dalam keadaan tak tergores sedikitpun. Gusar masih mengelilingi wajahku, tak ada sedikitpun
Setidaknya begitulah imajinasiku saat berada dihadapan Laire kali ini, tapi siapa aku, berani-berani berfikiran hal aneh seperti itu. Laire hanya menatapku kemudian memanggilku,“ Selamat datang kembali anakku!” sapanya kepadaku.Dia menatap sedikit kearahku, lalu dia mengucapkan beberapa kalimat kekami semua, kalimat yang menandakan bahwasanya perang akan dimulai.“ Berhati-hatilah dengan badai darah. Atmosphere kali ini jauh lebih brutal dari yang aku dengar. Bukankah begitu Landers?” beritahu Laire kepada semuanya dan mencari fakta penguatnya dari ku. Aku mengangguk dan seluruh kepala keluarga keluar dari ruangan tersebut. Mereka mengepalai keluarga masing-masing dan mengambil posisi. Ada satu hal yang membuatku takjub, mereka yang tak memiliki evolusi penuh akan memakai topeng untuk menyamarkan identitasnya.Laire menyaksikan para tetua keluarga yang sedang bersiap dan mulai menuju pusat kota, begitupun keluarga G
Maaf untuk semua, karena sudah sangat lama tidak update. Saya benar-benar minta maaf untuk para pembaca sekali lagi. Tapi, sebisa mungkin saya akan update cerita ini secepatnya. Dan juga saya telah merevisi cerita ini dari awal. karena saya rasa sangat banyak penulisan dannkarakter huruf yang bersalahan termasuk tanda bacanya. Jadi saya sangat berharap untuk kritik dan sarannya dikemudian hari. sekali lagi saya hanturkan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya untuk para pembaca cerita saya ini. Jujur saya sangat senang dengan reaksi dan respon para pembaca. Demikianlah kata-kata yang dapat saya sampaikan. Terima kasih banyak semua nya. Tetap semangat untuk kita semua. **
Tidak ada yang mencurigakan bagi Aeri, Rakisha, Arin bahkan Lidya dan ibu setelah beberapa menit aku dan Bashra meninggalkan rumah, mereka terlihat tampak asyik dengan selimut tebal yang menemani mereka di hari yang berangin dingin ini. Perlahan, Arin mulai merasakan keberadaanku yang semakin surut melalui indra penciumannya yang lumayan tajam, dia juga merasakan keberadaan Bashra yang ikut surut secara bersamaan. Sebagai seorang wanita plegmatis, Arin tidak ingin menimbulkan rasa cemas kepada ibuku dan mencoba memberitahukan hal itu kepada Rakhisa, dengan alasan bahwa dia ingin melihat keluar sebentar bersama Rakhisa. Aeri juga merasakan hal yang sama dan ikut menyusul mereka. Hari ini adalah puncak dari bencana, setidaknya begitulah menurutku. Setelah Arin dan kedua temannya berbincang. Rakhisa mencoba mencari kami dengan penglihatan yang sangat tajam miliknya untuk memantau dan mencariku dengan Bashra. Kali ini barulah timbul kecurigaan pada hati mereka.
Xanna adalah seorang pria dimasa lalu, sebelumnya aku mengira Xanna adalah seorang wanita karena dari namanya dia terlihat seperti sosok wanita. Namun, setelah Rakhisa menjelaskan tentang garis keturunan Landers barulah aku sadar bahwa Xanna adalah pria dan dia adalah kakek buyutku. Tidak ada pilihan bagi mereka selain mrmpercayai ucapanku, meski kabar kematianku telah menyebar. Aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku berhasil melarikan diri dari cengkraman Clara dan bersembunyi selama seminggu tetakhir ini. Mendengar penjelasanku yang mendetail mereka semakin yakin. Tuan Adian Derborra mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang, “ Laire, berhati-hatilah disana dan jangan gegabah. Seseorang mendatangi markas kami dan mengaku sebagai Landers, dia menjelaskan bahwa badai itu bukan badai biasa!” begitu ucap Adian. Dia bahkan tidak berbasa-basi dalam panggilannya, kemudian dia hanya menjawab seluruh pertanyaan dari wanita yang dia telpon.
Awan mulai tergiring angin menuju Lostcity, seakan-akan mereka sedang mengadai pertemuan besar disana. Langit sore yang memerah kini mulai berdampingan dengan gelapnya awan. Aku masih tidak tahu apa yang akan terjadi di Lostcity, namun setelah melihat jauh kearah awan gelap yang menuju ke Lostcity, aku bisa memprediksi bahwa badai yang akan terjadi sangatlah besar. Pastinya kota-kota disekitarnya juga akan terkena dampak badai tersebut, meskipun tidak akan menimbulkan kerusakan yang terlalu besar dari titik badai. Hati menjadi kalut dan dibayangi akan orang-orang yang ku kenal disana. Aku jadi teringat dengan Meelan, Kyo, Rinski dan lainnya, tapi jika itu Liliana dan para Gresmonian, aku tidak terlalu mengkhawatirkan mereka sebab mereka bahkan bisa selamat dari tembakan peluru. Dari tadi aku merasakan seperti ada sesosok yang mengikuti aku dan Bashra, beberapa kali aku melirik kearah sekeliling, akan tetapi aku tidak menemukan siapapun disana, bahkan suara kak
Aku yakin sekali bahwa itu bukan hanya sekedar badai biasa, angin merah yang bertiup kencang dan menusuk setiap senti permukaan kulitku, tak bisa aku lupakan. “ Aku tidak yakin tapi gumpalan awan yang terlihat dimimpiku seperti perpaduan antara darah dengan langit malam. Dia hitam kemerah-merahan, angin itu juga membawa air yang dengan kecepatannya mampu menghasilkan rasa sakit ketika terkena kulit. Aku melihat disebuah banner yang terbang, dia tertulis sebuah alamat dan lokasinya di Lostcity.” Aku tersadar berkat sebuah banner, aku tersadar bahwa dimasa lalu banner tidak terlihat semodern didalam mimpiku, entahpun tidak ada. “ Aku sangat khawatir tentangmu, tapi setelah melihatmu datang hari ini, khawatirku telah hilang.” Jelas Lidya, dia sedikit menundukkan wajahnya. Apa yang dia jelaskan telah membuktikan bahwa dia memiliki mimpi yang sama denganku, dan itu menjadikanku yakin bahwa mimpiku bukanlah dari masa lalu, melainkan pertanda bencana