Istana Mojopahit mulai menjadi besar ketika seluruh kerajaan kecil sekitar sungai Brantas dan Trenggalek bergabung menjadi satu dan dikuasai oleh seorang raja siluman bernama Calonarang dari gunung Agung. Raja siluman Calonarang dikenal sangat sakti hingga bisa menakhlukkan setan di tanah itu. Raja- raja dan para Senopati yang telah ditaklukkan dijadikan prajurit atau pengawal jika mau mematuhi perintahnya. Ternasuk Kebo Marcuet dan Maesa Danu yang sudah dikalahkan terpaksa jadi abdi raja iblis itu. Singosari sudah tinggal kenangan saja bagi rakyat di kaki gunung Bromo. Maesa Danu yang tidak lagi memiliki pekerjaan tentu tidak punya pilihan selain menjadi ponggawa Calonarang yang datang dari pulau Dewa bersama pasukannya menguasai kerajaan di tanah Jawa.
Duka Kebo Marcuet yang telah dijajah oleh raja yang suka perang dan kawin tentu tidak sama dengan yang dirasakan pengawal dari Blambangan Minakjinggo yang malah ikut berpesta ria ketika diutus untuk mencari gadis desa yangPendekar muda yang lahir dari tanah Jawa itu sebenarnya sudah yatim piatu ketika ditemukan oleh pendekar buta dari kaki gunung Lawu. Suro Gendeng masih terlalu muda untuk berkelana menghadapi banyak tantangan dari pendekar yang berjiwa iblis. Beruntung ia memiliki bakat baik sehingga Si Mata Malaikat yang buta itu mampu mengangkatnya menjadi seorang pendekar yang sangat mumpuni. Dalam perjalanan Suro bertemu dengan ular naga raksasa penunggu goa Selarong yang menghalangi langkahnya. Ular itu bisa bicara seperti manusia sehingga meminta agar Suro membunuhnya, atau akan menjadi santapannya. Dalam pertarungan yang sangat dahsyat dan menguras semua ilmu yang didapat dari gurunya, Suro berhasil membunuh ular naga itu yang kemudian menjelma menjadi sebuah kapak yang kini dijadikan pusaka Suro Gendeng. Pusaka yang tidak lain adalah jelmaan dari Naga Api raksasa itulah yang memberi kekuatan gaib bagi Suro Gendeng untuk melawan pendekar iblis atau siluman. Beri
Desa Karang Wungu geger ketika pasukan dari Mojopahit yang dipimpin Giling Kebo melemparkan obor api ke atap rumah penduduk hingga terjadi kebakaran. Penduduk berhamburan keluar menyelamatkan diri dari kobaran api yang melalap rumah mereka. Sedang para wanitanya yang keluar ditangkapi oleh para prajurit sambil mengayunkan pedang menyerang pensuduk yang melawan. "Serbuuuuu!!!!" "Toloooong!!!" Suro Gendeng sontak bergegas melompar ke arah sumber suara jeritan penduduk. Dari jauh saja sudah terlihat kepulan asap hitam membubung tinggi hingga menembus langit. "Glegeerrrrr!!!" Ledakan yang sangat dahsyat terdengar ketika Suro Gendeng melompat dan mengacungkan kapak diatas langit. Dari kapak pusaka itu terlihat cahaya biru yang sangat terang benderang dan membelah mendung diatas langit. Hujan deras disertai badai yang sangat dahsyat memadamkan kobaran api diatas rumah penduduk. Penduduk yang sudah berlarian kelu
Wiro Sabrang baru sadar jika ia telah salah sangka kepada Suro Gendeng yang tampak seperti pemuda kampung yang culun, ternyata seorang pendekar yang sangat mumpuni. Wiro Sabrang yang berniat meligat bekas kerajaan Singosari yang telah runtuh, bertemu dengan Suro Gendeng yang telah menyelamatkan rakyat di kaki gunung Bromo. "Terima kasih kisanak, engkau telah selamatkan Singosari dari ancaman raja iblis." "Singosari?" tanya Suro Gendeng sambil memandang wajah Wiro. "Iya. Yang sekarang direbut raja iblis itu Singosari." "Bukan, Yang diduduki Calonarang adalah areal Kali Brantas, kakanda. Singosari sudah hancur lebur saat terjadi perang besar." Sejak kepergian Wiro Sabrang ke gunung Barat tanah Pasundan semua sudah berubah. Sebenarnya ia ingin melihat bekas Kraton itu, tapi Suro Gendeng sudah menjelaskan bila Singosari telah hancur. Wiro Sabrang heran kepada pendekar muda itu,kenapa mengetahui lebih banya
Singoyudo terlihat lebih liar dan gesit tidak seperti seorang pangeran yang bodoh seperti saat pertama kali bertemu Wiro Sabrang. Pastilah karena pusaka Nogososro itu yang memberinya energi kekuatan dan gairah bertarung melawan Wiro Sabrang. Tatapan mata Singoyudo telah berubah seperti tatapan mata Muninggar yang penuh dendam kepada Wiro Sabrang, bukan kepada Batari Durga, karena sejak pertemuannya di Lemah Putih itu sudah bersumpah ingin mengikuti pendekar yang telah mengalahkan wanita pendekar itu. Kalau akhirnya Wiro Sabrang malah meninggalkan keris pusaka pindah ke tangan Kertajaya, kemudian kini dipegang Singoyudo. "Hiiiiiaaaaatttt" "Hop hop Hep hep." "Heeeeaaaahhh " Wiro Sabrang merasa sedang berhadapan dengan seorang wanita cantik yang lemah gemulai sehingga tidak tega untuk menyakiti gadis itu. Sedang ia terdesak hingga berpuluh langkah mundur. Singoyudo dan dua sahabatnya yang tidak lain adalah Parikesit dan J
"Sebenarnya Keluarga Kertajaya sudah dibunuh oleh pangeran Singoyudo dengan kekuatan gaib." bisik Batari Durga. "Tapi bukankah kekuatan gaib itu adalah keberadaan Muninggar di dalam keris Nogososro?" "Tidak. Dia membunuh tidak dengan keris Nogososro, melainkan pedang yang diisi roh jahat dari Calonarang." kata Muninggar. Berarti benar kata Suro Gendeng bila kekuasaan Calonarang sudah melebar sampai seluruh kerajaan di tamah Jawa. Gumam Wiro Sabrang dalam hati. "Hiiiiiaaaaaaatttt!!" Kertajaya yang sudah tua itu kini punya kekuatan lipat ganda dari yang sebenarnya. Ia mampu mengangkat meja kayu jati yang sangat besar dan berat itu dilemparkan ke tubuh Wiro Sabrang. "Uhhh..hhheeeaaaaa" "Brakk !" Meja besar yang biasa digunakan untuk pesta itu hancur berkeping setelah berbentur dengan pilar istana. Wiro Sabrang mengelak dengan bersalto dan kembali berdiri di depan Ker
Wiro Sabrang yang makin bingung menghadapi kesaktian Calonarang bermeditasi untuk minta petunjuk kepada sang hyang Wenang penguasa kehidupan. Tetapi Antaboga sudah berbisik kepadanya agar meminta kepada Batari Durga atau Muninggar saja untuk mengalahkan raja iblis itu. Calonarang tidak akan mampu menandingi lawan pendekar wanita. Apalagi Batari Durga atau Muninggar adalah putri dedemit pula. "Yayi ratu Batari Durga dan Muninggar,keluarlah dan petangi raja iblis ini," Ketika Wiro Sabrang ayunkan golok Setan ke arah Calonarang, maka keluarlah dua bayangan pendekar wanita yang sangat cantik menghadapi Calonarang sambil mengacungkan pedang. Tentu saja Calonarang sangat terkejut melihat ada dua orang putri yang sangat cantik berdiri di hadapannya. Apalagi dua putri cantik itu mengenakan pakaian ratu yang mewah bersulam emas dan mahkota kerajaan, jelas wanita itu turunan bangsawan. "He he he..siapa gerangan paduka Raden ayu hingga berkenan ra
Suro Gendeng telah dinobatkan menjadi raja di Mojopahit sebagai kerajaan terbesar di tanah Jawa di bagian timur yang membawahi lebih dari lima wilayah kadipaten. Suro Gendeng yang berjuluk sebagai Kanjeng Gusti Suro Menggolo masih didampingi Wiro Sabrang karena masih terlalu muda. Sedang begawan Sindukawi yang ditunjuk Wiro Sabrang sebagai sesepuh atau menasehat raja dalam hal membuat peraturan dan mengadili para rakyat petani. Hari itu Suro Gendeng mulai mengadakan pertemuan bagi para Adipati dan ponggawa istana untuk reformasi. "Berilah petunjuk paman begawan, jika ada ponggawa yang masih bisa diajak bersatu dan membantu para petani, bukan malah memeras atau menindas." kata Wiro Sabrang kepada begawan Sindukawi. "Hamba kira masih ada ponggawa yang tidak setuju dengan raden Suro Menggolo sebagai raja Mojopahit." "Yah.. tunjuk saja siapa mereka dan ada di kabupaten mana? Biar nanti aku yang copot atau maunya bagaimana?" kata Wiro Sab
Pengawal Sarwendo sudah tiba di lokasi dimana para begal itu sedang memaksa para saudagar yang melintas perbatasan menggunakan perahu atau kuda menyerahkan uang. Ternyata benar yang dikatakan petani, bila jumlah para begal itu lebih banyak dan memakai seragam prajurit dari Mojopahit. "He heh.. bubar bubar!"kata Sarwendo yang mengendalikan kuda diikuti tiga prajurit dari Mojopahit asli. "Huh, kalau kalian mau tangkap aku, majulah." jawab begal itu sambil mengacungkan pedang. "Kamu siapa heh?kamu kan prajurit Mojopahit, sama dengan aku. Tolong jangan lakukan itu kalau masih mau kuingatkan" "Kalau tidak mau?" "Sekarang bukan lagi raja Calonarang iblis itu raja kita. Sudah ganti seorang pendekar sakti yang telah membunuh Calonarang." kata Sarwendo. "Bohong! Tidak mungkin Gusti Calonarang bisa mati. Kau pikir aku bodoh percaya omongan kalian ?" "Kurang ajar!!"
Para serdadu yang mengawal Kumbang Merah sudah diusir oleh pendekar pelindung Bukit Barisan hingga menyisakan Kumbang Merah yang akhirnya menurut nasehat saudara kembarnya. Singaraja yang sudah sangat dikenal masyarakat Andalas dan suku dalam memberi nasehat kepada Kumbang Merah."Kalian semua di pulau Andalas akan diperbudak oleh orang asing itu. Kalian akan diadu domba agar berseteru dan saling bunuh, maka mereka akan mudah menguasai kalian" Tapi Kumbang Merah tetap berpikir negatif karena ia akan ditembak oleh serdadu itu jika melawan. Sedangkan jika tunduk akan untung besar karena ia bisa menekan petani dan memonopoli semua hasil bumi untuk dijual kepada serdadu itu. Hmm baiknya aku menurut saja kepada saudaraku untuk sementara, karena nanti aku akan bunuh dia agar aku bisa menguasai rakyat semenanjung ini.Kata Kumbang Merah dalam hati. Memang Kumbang Emas sangat senang jika saudaranya akhirnya patuh dan ikut aturan dari kerajaan yang sangat ketat me
Singaraja yang ternyata sahabat Wiro Sabrang merangkul dan memeluk pendekar itu sambil berbisik. "Hati- hati kakang, di negeri ini banyak pengkhianat yang gabung dengan serdadu yang licik. Wiro Sabrang sadar jika para penguasa pulau yang kaya raya itu sudah takluk kepada orang asing yang memonopoli hasil bumi di pulau itu. "Betul sekali Dimas Singaraja. Aku juga mencium adanya persekongkolan antara pangeran Kumbang Merah dengan serdadu" Kata Wiro Sabrang. "Sebaiknya kita awasi saja mereka dari jauh, kakang tidak perlu ikut serta di dalam kerajaan menjadi ponggawa." kata Singaraja. Baru saja pendekar itu saling tukar pikiran ditepi tebing Tinggi, beberapa penunggang kuda menghentikan langkah mengepung Wiro Sabrang dan Singaraja. "Tangkap orang itu hidup atau mati!!" teriak seorang penunggang kuda dengan pakaian seorang prajurit kerajaan. Rombongan berkuda itupun langsung menyerbu Wiro Sabrang dan Singaraja dengan liar dan ganas menggunakan pedang dan tombak. Tapi Wiro Sabrang tid
Keberadaan Suro Gendeng dan Wiro Sabrang di istana Bukit Barisan telah dilihat banyak pedagang besar dan tengkulak yang bekerjasama dengan para kompeni. Karena itu mereka mulai ketakutan beroperasi di desa sepanjang pantai barat pulau Karet. Kota pelabuhan Bandar Lampung yang dekat dengan pulau Rakata jadi pusat kegiatan para saudagar dan pelaut dari sebrang laut. Prajurit dari Bukit Barisan sebagian jadi suruhan pedagang besar di pelabuhan untuk mengawasi para petani yang menolak memberikan hasil bumi kepada tengkulak. Suro Gendeng melihat itu hingga ikut turun tangan. "Bukannya kisanak prajurit dari Bukit Barisan?" tanya Suro Gendeng. "Iya kenapa?" "Harusnya kisanak membela kaum petani untuk tidak diperas para tengkulak kompeni" "Siapa yang mengatur aku? Aku berwenang menjaga keselamatan para kompeni, kamu siapa heh?" tanya prajurit itu kepada Suro Gendeng. "Aku prajurit baru dari Bukit Barisan.
Wiro Sabrang dan Suro Gendeng sangat dielu- elukan kedatangannya oleh raja Bukit arisan Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas.Istana Bukit Barisan yang sangat besar itu berdiri di antara dua gunung besar di selat Sunda. Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas sangat senang kedatangan tamu istimewa yang telah berhasil mengusir para serdadu yang sedang menjajah di wilayah bukit Barisan dan Pulau Rakata Agung."Bukan maksud kami menjebak anda pendekar? Memang sebenarnya kami ini sedang disandera oleh para serdadu bersenapan itu yang berjaga di pantai memeras rakyat kami yang nelayan serta petani rempah2." kata pangeran Kumbang Merah sambil merangkul Suro Gendeng.Pangeran Kumbang Emas dan Kumbang Merah adalah raja kembar yang mempunyai putri cantik 2 orang yaitu Putri Nilam, dan Putri Seruni. Mereka dengan pakaian adat pulau Karet menjamu Suro Gendeng dengan sangat ramah dan khidmat."Ini adalah putri kami, Putri Seruni dan Nilam masih bujangan. A
Kerajaan Salaka Negara makin sepi setelah Raja Anom Wiro Sabrang pindah ke Pajajaran menggantikan tahta Gusti prabu Salokantara. Kini sepeninggal Gusti sepuh Salokantara, Pejajaran yang sangat besar itu berkuasa atas tanah Parahiyangan dan tanah Pasundan sehingga semua raja kecil di dataran tinggi Pasundan bergabung menjadi satu di Pajajaran. Gusti Anom Wiro Sabrang dengan dibantu para pendekar dari bukit Utara seperti Kebo Jenar serta Maheso Gilang, Suro Gendeng menjadi sangat berwibawa karena sangat bijaksana dalam melindungi dan memimpin rakyatnya. "Maaf paman Sentanu, aku harus pergi ke tanah seberang karena ada undangan dari pangeran Kumbang Merah yang menghadapi musuh besar." kata Anom Wiro Sabrang. Tentu saja Sengkuni jadi merasa berat tanpa Gusti Anom Wiro Sabrang yang bertahta di tanah Pasundan. Tetapi Jaka Umbaran yang masih kerabat istana siap menjaga kedaulatan dan keamanan Pejajaran bersama Kebo Kuning dan Kebo Jenar serta Maheso Gilang.
SURO GENDENG tertegun memandang wajah imut Anom yang tersirat bayangan wajah Wiro Sabrang pada tatapan matanya. Tapi Suro Gendeng tetap merasa sangat hormat kepada pendekar muda itu walau usia Anom sangat jauh dibanding Suro Gendeng. "Maafkan aku Raden, namaku Suro Gendeng, ingin berjumpa Gusti Wiro Sabrang, raja dari Kraton Singosari." ucap Suro Gendeng. "Itu ayahku kisanak, tapi beliau telah wafat setahun yang lalu." jawab Anom. "Wafat? Bolehkah aku melihat dimana beliau dimakamkan?" "Oh tentu saja boleh. Tapi aku mau bertanya, bagaimana keadaan Kraton Singosari sekarang?" tanya Anom yang tentu sangat mengejutkan Suro karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui istana Singosari yang telah ditinggalkan Wiro Sabrang. Apalagi ada Sentanu yang juga berasal dari Singosari yang dulu adalah penasehat raja Kertajaya. Begawan Sentanu memang tidak begitu kenal dengan Suro Gendeng karena ia tidak bisa keluar bebas seperti W
Gerombolan bajak laut dari benua Barat ikut serta dalam pasukan pesisir Jayakarta menguasai seluruh kerajaan kecil yang memiliki hasil pertanian rempah- rempah dari Laut Timur hingga sepanjang Laut Selatan. Gerombolan bajak laut itu didukung dengan senapan api yang tidak dimiliki pendekar dari benua selatan. Pasukan tanah Pasundan ketakutan karena mereka tidak miliki kekuatan menghadapi pasukan dari bajak laut yang miliki senjata api. Karena itulah kini mereka bisa diperbudak oleh para bajak laut itu untuk melawan sesama warga Pasundan. Kebo Kuning yang juga mantan bajak laut hanya mampu menahan serangan fisik tetapi tidak memiliki senapan yang mematikan. Anom Wiro Sabrang yang walau masih usia muda telah mewarisi kesaktian dari pendekar legenda tanpa tanding. Pendekar muda itulah yang menjadi andalan Parahiyangan menghadapi serdadu bajak laut. "Dor dor dor..!!" Tembakan yang beruntun menghajar tubuh Anom tidak satupun yang mampu melukai
Zui Shen tidak hanya memiliki ilmu silat dari Benua Utara, yang lebih mengutamakan kekuatan tubuh untuk menjadi dasar kesaktian, akan tetapi juga memiliki ilmu gaib yang diajarkan di tanah Jawa. Ilmu gaib itu lebih sekedar kekuatan raga atau tubuh manusia, akan tetapi juga didasari ilmu sihir yang bisa dilakukan oleh makhluk gaib seperti setan atau lelembut. Karena itulah Kebo Kuning terpukau dan merasa aneh. Bagaimana mungkin jika ia belum menyentuh tubuh lawan sudah terpental seperti tertabrak batu besar. Ada perisai imajiner yang melindungi tubuh Zui Shen. "Sebentar, kisanak, boleh saya tahu, ilmu apa yang kisanak gunakan sehingga saya tidak mampu menyentuh tubuh kisanak?" tanya Kebo Kuning yang sangat heran. "Kamu harus tinggal di tanah Jawa untuk beberapa tahun baru mengerti. Pendekar dari Laut Selatan suka belajar ilmu gaib dengan sering berpuasa. Sangat terbalik dengan pedoman ilmu dari Mongol yang mengutamakan kekuatan raga untuk menjadi sakti.
Kebo Kuning ternyata memang seorang pendekar dari Benua Utara yang sangat mengagumi Wiro Sabrang. Ada lima pendekar langit yang legenda di benua Utara tetapi sekarang hidup di daratan karet Laut Selatan. Salah satunya adalah Wiro Sabrang dengan pusaka Golok Setan yang sangat ampuh. Wiro Sabrang ternyata sangat muda dan tampan saat Kebo Kuning pertama bertemu dan mencoba kesaktiannya. Kebo Kuning tentu tidak tahu jika Anom Wiro Sabrang adalah putra dari almarhum Gusti Wiro Sabrang sepuh. Dan tentu mereka tidak pernah tahu jika pendekar pujaan mereka itu sesungguhnya sudah mati 1000 tahun silam. Tapi mereka sudah terjerat dengan aura Anom yang luar biasa memiliki perbawa tinggi bak seorang pendekar tingkat dewa. "KK as mi mohon maaf kepada para hadirin yang telah berkenan bergabung dengan istana Salaka Negara yang tidak seberapa dibanding dengan istana darimana tuan berasal." sambutan Anom benar- benar membuat para pendekar itu luluh dan sangat hormat