Tidak hanya Awan, Dinara dan Gundala yang berada dalam dirinya, juga turut cemas melihat dahsyatnya serangan Alis Singit. Ini bukan lagi level yang sama dengan musuh yang pernah mereka hadapi sebelumnya.Jika saja mereka sedang berada di kawasan pulau seribu, satu serangan Alis Singit akan dapat menenggelamkan puluhan pulau sekaligus.Dinara dan Gundala bersamaan menawarkan diri dan juga kekuatan penuh mereka untuk melawan serangan Alis Singit. Namun, Awan masih belum bisa menerima satupun ide mereka."Badai tidak harus dilawan dengan badai. Api tidak harus dengan api. Untuk menjatuhkan seekor gajah, terkadang cukup dibutuhkan seekor semut!"Awan teringat dengan nasehat bijak alamarhum kakeknya, ketika berlatih silat saat ia masih kecil. Saat itu, Awan yang telah mempelajari beberapa gerakan silat, berhasil dijatuhkan hanya dengan satu gerakan sederhana oleh mendiang kakeknya.Awan yang tidak mengerti bagaimana ia bisa kalah hanya dengan satu gerakan sederhana seperti itu, begitu pena
Meski begitu, Awan tetap menjawab pertanyaan Alis Singit, "Kalau iya, kenapa?"Alis Singit seketika menggerutu tidak jelas ketika mendengar jawaban singkat Awan."Sial, seharusnya aku sudah tahu! Kenapa juga aku lagi-lagi harus bertemu dengan seorang Sanjaya?"Alis Singit terlihat bicara sendiri dan sebagian besar, terlihat seperti ia sedang menyesali takdirnya.Awan dibuat bingung dengan sikap nyeleneh Alis Singit. Tidak salah, jika ketua Lokan mengingatkannya, bahwa Alis Singit adalah karakter 'aneh dan nyeleneh' sebelumnya. Orang tua ini susah ditebak. Meski ia masih terlihat kesal. Namun, niat membunuhnya seakan telah hilang begitu ia menyadari siapa lawan yang sedang ia hadapi.Sekarang, dibanding sikap permusuhan, Alis Singit justru terlihat seperti sedang menyesali pertemuannya dengan Awan atau lebih tepatnya, dengan seseorang yang berasal dari klan Sanjaya. Meski begitu, Awan tidak berani menurunkan sedikitpun kewaspadaannya. Alis Singit adalah orang yang sukar ditebak dan me
Jika merunut silsilah keluarga mereka, Gibran Sanjaya lah yang seharusnya menjadi tetua ke tujuh klan Sanjaya saat ini, bukan nenek Chiyo. Karena Gibran adalah anak tertua.Namun, Gibran memiliki gaya hidup yang nyentrik dan lebih suka dengan kebebasan. Ada desas-desus yang mengatakan kalau Gibran bergabung dengan aliran sesat dan ada juga yang mengatakan, kalau Gibran berpetualang keliling dunia dan tidak pernah menetap di satu tempat dalam waktu yang lama. Namun, dari semua informasi itu, yang paling menonjol adalah isu jika Gibran suka bermain dengan banyak wanita.Sekarang, melihat bahwa Gibran ternyata memiliki seorang putra dari keluarga Royal, membuat berita yang didengar Awan, sepertinya benar adanya.'Gila, tetuaku ini bahkan berani membuat skandal dengan keluarga Royal. Sungguh sesuatu!' Bathin Awan antara kagum dan ngeri menatap Alis Singit."Sial! Aku benar-benar tidak bisa mengelak dari takdir!" Ujar Alis Singit tiba-tiba dan sepertinya, ia sudah pasrah dengan jalan takdi
Mendengar peringatan Alis Singit, Awan tidak berani menunda sedetikpun keberangkatannya. Ia segera terbang bersama Dinara menuju pulau utama Arcadia.Sayangnya, Alis Singit menolak untuk membantu Awan, ketika Awan meminta bantuannya. Seperti yang dikatakan oleh Alis Singit sebelumnya, ia tidak bisa lagi ikut campur dengan urusan dunia. Meski itu melibatkan keluarganya sekalipun. "Selalu ada konsekuensi dari setiap tindakan." Saat mengatakan kalimat terakhirnya, Alis Singit hanya berpesan pada Awan untuk berhati-hati. Dunia dewa memiliki aturannya sendiri dan mereka pasti sudah mengetahui tentang pertempuran besar hari ini. Dua orang yang dibawa oleh keluarga Royal dalam pertempuran hari ini, secara tidak langsung bisa dianggap menyalahi aturan dewa. Hanya saja, Alis Singit tidak bisa meramalkan apa yang akan dilakukan oleh penjaga hitam terhadap Awan dan yang lainnya.Kembali ke waktu sekarang.Awan harus melewati empat pulau lagi untuk mencapai pulau utama. Hanya saja, saat ia m
Awan kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, ia sengaja terbang menggunakan tubuh aslinya ketimbang menumpang di punggung Dinara. Hal itu sengaja dilakukan Awan, untuk menyusuri daratan lebih dekat. Dengan begitu, ia bisa merasakan jejak aura semua orang dengan lebih jelas.Tidak lama, Awan merasakan keberadaan banyak orang dari arah timur pulau Arcadia.Merasakan situasinya, pertempuran hebat sepertinya sedang terjadi disana.Tanpa membuang waktu, Awan segera melesat dengan kecepatan tinggi.Benar saja, setelah terbang beberapa menit lamanya, Awan menemukan ratusan pasukan aliansi sedang dikepung oleh pasukan elit Royal Family. Mereka merupakan pasukan inti emas keluarga Royal, pasukan elit kedua dibawah pasukan Sanctuary mereka. Jika saja, bukan dipimpin oleh empat orang keluarga utama, pasukan aliansi tidak akan terdesak sampai seperti itu. Karena pasukan inti emas sejatinya setingkat dengan pasukan merah klan Sanjaya. Apalagi, pasukan aliansi dipimpin oleh enam dewa perang yang
"Ellworth?""Ellworth?"Teriak Brisenna berulang kali memanggil nama saudara ke tujuhnya tersebut. Ia bersama si kembar Elsdon dan Elstone coba menyalurkan energi murni mereka untuk menutup luka di bagian jantung Elworth. Namun, luka Elworth sudah terlalu parah dan mustahil untuk bisa disembuhkan. Karena serangan api Awan, tepat menghancurkan jantungnya.Berbeda dengan Brisenna, ia masih sempat menghindar ketika serangan Awan mengenai mereka. Sehingga, serangan Awan tidak langsung mengenai bagian vitalnya.Meski begitu, luka yang diderita oleh Brisenna tidak bisa dibilang ringan. Karena bagian bawah dada kirinya terlihat berlubang dan terus mengeluarkan darah saat ia coba menyembuhkan saudaranya. Jika tidak segera ditangani, nyawa Brisenna bisa terancam.Para petinggi keluarga utama dan cabang Royal Family tampak gelisah saat menyaksikan kejadian kejadian yang berlangsung sangat cepat tersebut. Bagaimanapun, status Elworth sangat penting dalam klan Royal. Selain itu, kehilangan Elwort
Dua hingga lima orang pasukan emas Royal segera menyerang Agung Pitaloka. Meski tahu, kemampuan mereka tidak sekuat musuh dan pada akhirnya, mereka hanya berakhir sia-sia di ujung senjata Kujang andalannya Agung yang terlihat begitu ganas. Itu tidak menghentikan niat pasukan emas lainnya untuk maju. Selama itu bisa memberi waktu pada tuan mereka untuk membunuh Awan, mereka tidak keberatan mengorbankan nyawa mereka sekalipun. Dhuaar! Potongan daging manusia meledak dan hancur di tengah udara, begitu senjata pusaka Agung mengenai mereka. Meski begitu, selalu saja muncul prajurit lainnya yang bertindak nekat dengan mengorbankan nyawa mereka demi bisa menghalangi usaha Agung. Agung Pitaloka, tidak habis pikir dengan tindakan nekat pasukan musuh yang tidak ragu menumbalkan nyawa mereka sendiri demi bisa menghalanginya. Selanjutnya, Agung tidak berbelas kasihan sedikitpun. Bagaimanapun, ini adalah perang. Tidak ada ruang untuk rasa belas kasih. Selama musuh bisa berbuat nekad, kenapa ti
Sama halnya seperti seorang praktisi beladiri pada umumnya. Untuk naik kelas dalam cabang ilmu beladiri tertentu, perlu namanya ujian kenaikan tingkat untuk mengukuhkan kelas atau level mereka. Begitupun dalam dunia kultivator. Mereka yang berhasil melewati level Grand Master, akan melewati ujian kesengsaraan petir. Di mana, alam menjadi selektor alami yang mengukuhkan kemampuan mereka. Karena mereka yang berada di level Unrivalled, bisa dianggap sudah melewati pencapaian manusia. Ujian kesengsaraan petir, secara alami juga membuat tubuh seorang kultivator menjadi jauh lebih kuat seperti halnya manusia super. Tembakan peluru biasa tidak akan dapat lagi melukai mereka, tanpa perlu mengaktifkan perisai pertahanan internal dalam tubuh mereka. Mendengar penjelasan Alis Singit, kening Awan dipaksa berkerut tajam. Alih-alih ujian kesengsaraan petir, yang terjadi, ia hanya melewati ujian 'kenikmatan' bersama Amanda. Meski begitu, Awan tidak mungkin menceritakan hal itu di depan Alis Sin
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,