Awan dan Dinara tiba di pulau berikutnya, pulau Kabut Abadi.Hanya saja, saat Awan sampai di sana. Pertempuran di sana baru saja berakhir.Natan tampak sedang merangkul ayahnya yang sedang terbaring lemah dipangkuannya, tidak jauh dari Finley yang sudah terbujur kaku bersama pasukannya.Sementara itu, di sekitar mereka, banyak mayat bertebaran dan darah di mana-mana, yang menunjukkan betapa sengit pertempuran yang terjadi di sana beberapa waktu lalu. Raungan naga dari atas langit mengejutkian semua orang yang ada di pulau. Mereka sempat mengira jika bantuan musuh telah datang. Apalagi, melihat sosok naga raksasa yang turun dari atas langit. Terlihat begitu mendominasi dan penuh dengan aura keagungan.Luna dan yang lainnya tampak cemas. Namun, setelah melihat sosok Awan berdiri di atas punggung sang naga, semua orang segera menurunkan kewaspadaannya.Awan sengaja memilih melompat dari atas udara. Karena di bawah sana terlalu sempit untuk mendarat dengan ukuran tubuh naga Dinara, sebel
Luna tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap Awan, setelah melihat langsung kemampuan ilahi Awan. Jika sebelumnya, ia menentang keras rencana ayahnya yang berniat mem'beri'kan dirinya pada Awan. Karena ia sama sekali tidak mengenal Awan. Apalagi, permintaan ayahnya yang memintanya sebagai pemberian, terkesan merendahkan harga dirinya. Sementara itu, ayahnya dengan segala puja puji, menyebut pencapaian Awan setinggi langit dan Awan merupakan pewaris kekuatan Diyu Mowang yang menjadi sesembahan mereka dan bla-bla.Bagi Luna, satu-satunya pria yang bisa menaklukan hatinya adalah pria yang kuat, melebihi kemampuannya.Mereka bahkan belum bertarung dan Luna seperti tidak memerlukan lagi alasan itu untuk menebak di level mana Awan sebenarnya berada. Jadi, bagaimana Luna tidak klepek-kelepek dengan pesona pria yang memenuhi syarat standar jadi penguasa hatinya itu?Awan bahkan memiliki kemampuan pengobatan ilahi layaknya seorang dewa. Suatu nilai tambah yang sudah jauh melebihi espe
Lebih lanjut, Awan penasaran melihat ada seorang wanita cantik berusia dua puluhan berdiri di antara Nura dan Lucifer. Selain itu, ia memiliki aura kuat yang memiliki kesamaan dengan Patrick Soze."Lalu, siapa nona ini?" Tanya Awan menatap ke arah Luna dengan penasaran.Luna yang mendapat tatapan seperti itu, seketika menunduk malu. Ia masih belum bisa mengendalikan dirinya sepenuhnya di depan Awan, setelah ia bertemu Awan dan melihat kemampuannya. Jika ada orang baru yang melihatekspresi malu-malu Luna seperti ini, mereka tidak akan menyangka jika Luna adalah seorang ketua sekte yang sangat disegani.Tidak terkecuali, Lucifer dan Nura. Mereka tersenyum geli melihat ekspresi malu-malu ketua sekte mereka. Meski begitu, Lucifer dengan sangat sopan menjelaskan siapa Luna kepada Awan."Ini adalah nona Luna Soze, putrinya master Patrick Soze. Master telah menurunkan semua kemampuannya pada nona Luna dan sekarang, nona Luna adalah master sekte kami yang baru.""Oh, begitu! Tolong maafkan sa
Badannya tambun dan sekilas terlihat seperti timbunan lemak raksasa, dengan pakaian ala seorang dengan lambang Yin Yang di dadanya. Namun, itulah sisi mengerikan dari pria yang penampilannya sekilas terlihat seperti Cu Pat Kai dalam novelnya Journey to the West. Meski begitu, jangan pernah meremehkan kekuatannya hanya karena fisiknya terlihat sangat gemuk. Tepat saat pria ini turun dari atas langit, udara di sekitarnya ikut terdistorsi hebat mengikuti arah jatuhnya. Awan yang sudah lebih dulu merasakan kehadirannya dan ancaman nyata sebelum pria ini datang, segera mengingatkan semua orang untuk segera menjauh. Namun, karena banyaknya orang di sana, membuat mereka tidak akan sempat menghindar tepat waktu.Itu sebabnya, Awan segera melompat ke udara untuk menyambut serangan pria tersebut dan menahannya untuk menghindari jatuhnya korban.Tubuh Awan berubah menjadi kilat biru dan dalam waktu sangat singkat sudah berada di ketinggian dan segera, kedua pukulan pria beda generasi itu berte
Sebenarnya, Lokan mengerti maksud dibalik kalimat Awan. Lokan lebih mengkhawatirkan Awan yang akan berhadapan dengan Alis Singit seorang diri. Namun, setelah melihat ketenangan yang ditunjukkan Awan, Lokan tidak memiliki pilihan selain menyerahkan masalah ini pada Awan dan mereka semua, bisa menyusul pasukan aliansi.Lokan mengangguk setuju, "Baik, jika itu perintah anda. Kami akan menyusul pasukan garis depan. Kami...""Siapa bilang kalian semua bisa pergi dari sini? Cepat katakan, siapa yang telah membunuh putraku? Orang itu dan seluruh keluarganya dan juga kalian semua akan mati untuk menebus nyawa putraku!" Raung Alis Singit yang sudah selesai meratapi nasib malang putranya dan kini, ia berniat membalas dendam atas kematian sang putra.Bahkan, tanpa menunggu semua orang untuk menjawab pertanyaannya, Alis Singit menyapukan satu tangannya ke samping dan belasan orang dari suku Zuku dan sekte Flamis yang kebetulan berada di sana, tidak bisa bertahan dan merasakan tubuh mereka ditarik
Tidak hanya Awan, Dinara dan Gundala yang berada dalam dirinya, juga turut cemas melihat dahsyatnya serangan Alis Singit. Ini bukan lagi level yang sama dengan musuh yang pernah mereka hadapi sebelumnya.Jika saja mereka sedang berada di kawasan pulau seribu, satu serangan Alis Singit akan dapat menenggelamkan puluhan pulau sekaligus.Dinara dan Gundala bersamaan menawarkan diri dan juga kekuatan penuh mereka untuk melawan serangan Alis Singit. Namun, Awan masih belum bisa menerima satupun ide mereka."Badai tidak harus dilawan dengan badai. Api tidak harus dengan api. Untuk menjatuhkan seekor gajah, terkadang cukup dibutuhkan seekor semut!"Awan teringat dengan nasehat bijak alamarhum kakeknya, ketika berlatih silat saat ia masih kecil. Saat itu, Awan yang telah mempelajari beberapa gerakan silat, berhasil dijatuhkan hanya dengan satu gerakan sederhana oleh mendiang kakeknya.Awan yang tidak mengerti bagaimana ia bisa kalah hanya dengan satu gerakan sederhana seperti itu, begitu pena
Meski begitu, Awan tetap menjawab pertanyaan Alis Singit, "Kalau iya, kenapa?"Alis Singit seketika menggerutu tidak jelas ketika mendengar jawaban singkat Awan."Sial, seharusnya aku sudah tahu! Kenapa juga aku lagi-lagi harus bertemu dengan seorang Sanjaya?"Alis Singit terlihat bicara sendiri dan sebagian besar, terlihat seperti ia sedang menyesali takdirnya.Awan dibuat bingung dengan sikap nyeleneh Alis Singit. Tidak salah, jika ketua Lokan mengingatkannya, bahwa Alis Singit adalah karakter 'aneh dan nyeleneh' sebelumnya. Orang tua ini susah ditebak. Meski ia masih terlihat kesal. Namun, niat membunuhnya seakan telah hilang begitu ia menyadari siapa lawan yang sedang ia hadapi.Sekarang, dibanding sikap permusuhan, Alis Singit justru terlihat seperti sedang menyesali pertemuannya dengan Awan atau lebih tepatnya, dengan seseorang yang berasal dari klan Sanjaya. Meski begitu, Awan tidak berani menurunkan sedikitpun kewaspadaannya. Alis Singit adalah orang yang sukar ditebak dan me
Jika merunut silsilah keluarga mereka, Gibran Sanjaya lah yang seharusnya menjadi tetua ke tujuh klan Sanjaya saat ini, bukan nenek Chiyo. Karena Gibran adalah anak tertua.Namun, Gibran memiliki gaya hidup yang nyentrik dan lebih suka dengan kebebasan. Ada desas-desus yang mengatakan kalau Gibran bergabung dengan aliran sesat dan ada juga yang mengatakan, kalau Gibran berpetualang keliling dunia dan tidak pernah menetap di satu tempat dalam waktu yang lama. Namun, dari semua informasi itu, yang paling menonjol adalah isu jika Gibran suka bermain dengan banyak wanita.Sekarang, melihat bahwa Gibran ternyata memiliki seorang putra dari keluarga Royal, membuat berita yang didengar Awan, sepertinya benar adanya.'Gila, tetuaku ini bahkan berani membuat skandal dengan keluarga Royal. Sungguh sesuatu!' Bathin Awan antara kagum dan ngeri menatap Alis Singit."Sial! Aku benar-benar tidak bisa mengelak dari takdir!" Ujar Alis Singit tiba-tiba dan sepertinya, ia sudah pasrah dengan jalan takdi
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,