Sementara itu, Olsen tampak tidak senang melihat kemunculan Amanda yang telah menghentikan usahanya untuk menghabisi dewa perang klan Sanjaya. Padahal, jika ia berhasil melakukannya, ia akan mendapatkan hadiah yang sangat besar dari Royal Family.Untung saja, wanita yang datang sangat cantik. Sehingga, mata tuanya termanjakan dengan sosok anggun wanita cantik tersebut."Kamu berani menghadapiku seorang diri? Apa kamu tidak terlalu melebihkan kekuatanmu, cantik?""Kecuali, kamu mau menjadi salah satu wanitaku. Aku tidak keberatan! Dengan kecantikan dan keindahan tubuhmu, aku tidak keberatan untuk menjadikanmu sebagai satu-satunya wanitaku." Ujar Olsen sambil berdecak lidah mengagumi keindahan Amanda.Amanhda memiuliki kecantikan oriental. Ditambah dengan auranya saat ini, membuatnya terlihat seperti seorang bidadari yang sedang turun ke bumi. Bagaimana Olsen tidak mengagumi dan bahkan memuja kecantikan sempurna seorang Amanda?Amanda hanya berekspresi datar dan sama sekali tidak terpen
Kapal aliansi Sanjaya dan Pitaloka akhirnya berhasil melewati gerbang naga setelah melewati jalur panjang dan mematikan.Sementara itu, di puncak tebing karang, tampak puluhan pasukan Royal Family mengenakan seragam tempur dalam keadaan sudah membeku, lengkap dengan banyak tumpukan batu-besar yang siap untuk dijatuhkan. Hanya saja, serangan es Amanda sebelumnya, tidak hanya membekukan kedua sisi tebing karang dan menghentikan gerakan mekanik di dalamnya. Tapi, juga semua yang makhuk dan benda yang menyentuhnya.Karena pasukan yang ditugaskan untuk menjatuhkan batu-batu besar ini adalah kelompok prajurit tempur biasa, mereka tidak bisa bertahan untuk menghadapi serangan es Amanda.Menyaksikan hal itu, pasukan pengintai segera bergegas untuk melaporkannya pada keluarga utama Family Royal.Saat itu, para petinggi Royal Family masih berada di ruang rapat keluarga.Berbagai tanggapan muncul dari keluarga utama menanggapi tingkat serangan Amanda yang melebihi espektasi mereka dan pada akhir
"Awas, SERANGAN!" Teriak markonis kapal mengingatkan bahaya yang datang mengancam mereka. Saat itu, sebuah batu raksasa ditembakkan ke arah mereka dari sebuah pulau yang berada tidak jauh di depan mereka. Para prajurit segera bersiap di belakang persenjataan mereka. Beberapa rudal berdaya rusak tinggi segera ditembakkan ke udara untuk menghancurkan batu rakasa yang sedang membidik kapal mereka. Wus. Dhuaar, dhuaar. Tiga hingga empat rudal berhasil mengenai batu raksasa tersebut. Namun anehnya, rudal-rudal dengan daya hancur tingkat tinggi tersebut hanya memberi kerusakan kecil dan tidak berhasil menghancurkan batu raksa tersebut. "Astaga! Batu apa itu sebenarnya?" Tanya kapten kapal dengan tatapan tidak percaya. "Tembak! Tembak terus, sampai batu itu hancur!" Teriak kapten kapal panik. Ia tidak percaya jika batu tersebut tidak akan hancur dengan senjata canggih mereka. Wus, wus! Tidak tanggung-tanggung, belasan rudal ditembakkan secara bersamaan ke udara untuk menghancurkan
"Komandan, ada kabut pekat di depan kita!" Lapor markonis kapal pada komandan pasukan Biru yang sekarang bertanggung jawab di garis terdepan.Billy memperhatikan dengan seksama kabut di depan mereka.Itu jelas bukan kabut biasa, berbeda dengan yang mereka hadapi sebelum masuk ke gerbang naga sebelumnya. Kabut ini terlihat begitu alami, seolah datangnya karena fenomena alam. Namun, disitulah letak bahayanya. Tidak ada yang tahu, bahaya seperti apa yang tersembunyi di dalamnya.Tidak ingin mengambil resiko yang dapat mengancam nyawa pasukannya dan juga semua orang yang berada di barisan belakang mereka, Billy segera memerintahkan kapal mereka berhenti dan segera mengirim pesan pada yang lainnya."Billy, ada apa?" Tanya komandan bintang lewat telepati."Di depan ada kabut yang tidak biasa, komandan Bintang. Aku curiga, ada bahaya tersembunyi di dalamnya. Apa kita perlu mengirim tim pelacak untuk memeriksanya?" Tanya Billy meminta saran.Saat itu, Banuwirya yang lebih banyak diam dan hany
Jantung Billy berdetak semakin cepat. Karena satu alasan, mata putih polos raksasa itu seakan telah menciutkan nyalinya.Lebih menakutkan, makhluk raksasa tersebut mengayunkan tantgannya ke arah Billy, seperti sedang berusaha untuk menangkapnya.Billy terkesiap dan buru-buru melompat mundur untuk menghindari jangakauan tangan raksasa tersebut. "Stev, Banuwirya, di mana kalian?" Teriak Billy coba memanggil yang lainnya. Ia mencemaskan nasib mereka semua.Hanya saja, setelah memanggil semua orang, Billy tidak mendengar satupun respons dari mereka."Sial, ke mana semua orang?""A-apa mereka semua telah dihabisi oleh makluk raksasa ini?" Gumam Billy bergidik ngeri."Aku tidak peduli, darimanapun kamu datang. Jika kamu berani menyakiti semua keluargaku, aku akan membunuhmu!" Teriak Billy frustasi.Tidak tanggung-tanggung, Billy langsung menggunakan jurus andalan keluarganya.Seluruh tubuhnya diselimuti oleh aura berwarna kebiruan dan sebuah pendang panjang, sepanjang lengan orang dewasa s
"Astaga! Syukurlah, kalian semua selamat!" Teriak tim penyelamat, begitu berada di atas kapal pemimpin pasukan Biru dan menemukan lebih banhyak orang yang selamat. Kapal Billy adalah kapal yang jumlah korbannya paling sedikit di antara kapal-kapal lainnya. Itu semua berkat Banuwirya dan pasukan Pitaloka dengan spirit peri mereka. Hanya saja, jumlah mereka dan kemampuan mereka yang masih terbatas, tidak bisa menyelamatkan semua orang secara bersamaan.Billy sendiri, tidak bisa mengungkapkan rasa berterimakasihnya pada Banuwirya saat itu dengan benar. Di sampingnya, ada Stephen yang masih terbaring pucat karena serangan ilusi sebelumnya. Selain syok, tidak ada luka yang perlu dicemaskan darinya. Pasukan merah segera berpencar memeriksa setiap kapal, setelah kabut mengerikan yang sebelumnya menyelimuti puluhan kapal dibarisan depan, yang rata-rata diisi oleh pasukan Biru dan pasukan Elit Pitaloka. Namun, tidak banyak yang tersisa dari mereka. Karena hampir separuh mereka tewas, karena t
Tanpa gentar, Lokan segera melompat ke pantai bersama sepuluh orang pengawal terbaiknya. Di sana , Finley ternyata menunggunya tidak sendiri, Di belakangnya, ada puluhan prajurit elitnya.Jelas, ada ketimpangan yang sangat besar di antara kedua kubu saat ini. Namun, hal itu segera tertutupi, saat Natan yang sudah berhasil naik ke permukaan laut, segera bergabung ke sisi ayahnya dengan di susul oleh Luna, dua orang dewa perangnya dan juga puluhan prajurit sekte Flamisnya."Tetua Lokan, kami akan membantu kalian!" Ujar Luna menawarkan bantuan."Terimakasih, nona Luna. Suatu kehormatan bisa bertarung bersama kalian." Balas Lokan tanpa menolak niat baik ketua termuda sekte Flamis tersebut.Melihat kedua kelompok sudah siap bertarung, dari atas kapal, komandan Bintang segera memerintahkan nahkoda kapal dan semua pasukan untuk segera meneruskan perjalanan.Namun, ia masih sempat mengungkapkan kekagumannya tentang ketua klannya itu di depan Amanda dan yang lainnya, "Aku tidak menyangka, jika
Berbeda dengan Awan, Dinara memiliki visi tentang masa depan dan bisa melihat kejadian yang terjadi di masa lalu dalam batasan tertentu. Saat itu, Dinara bisa melihat dengan jelas, jika tepat di bawah mereka saat ini, ada sekumpulan naga yang pernah datang dan mereka juga menghancurkan pasukan Royal Family dengan begitu mudahnya, semudah menginjak sekelompok semut kecil. Tidak hanya itu, Dinara juga melihat keberadaan seorang wanita yang memimpin para naga. Tampak para naga begitu menghormati perintahnya. Lebiuh lanjut, Dinara coba membaca kekuatan para naga lebih jauh. Namun, visinya terhalang oleh sesuatu dan tidak bisa melangkah lebih jauh, selain hanya bisa melihat keberadaan mereka. Segera, Dinara menceritakan semua yang dilihatnya pada Awan. "Benarkah? Seperti apa ciri-ciri wanita tersebut?" Tanya Awan dengan tatapan penuh semangat. Dinara menjabarkan penampilan wanita yang ia lihat dalam visinya. Mendengar itu, kedua bola mata Awan semakin melebar dan berbinar. "Tidak
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,