Kehadiran Awan dan Amanda dalam ruangan Abimana, cukup mengejutkan semua orang. "Kalian? Kenapa kalian berdua bisa ada di sini?" Tanya Batara heran. Pasalnya, Abimana sudah meminta keduanya untuk beristirahat selama beberapa hari. Bagaimanapun, keduanya sudah menghilang selama setahun dan banyak hal yang sudah terlewatkan semenjak mereka menggilang. Belum lagi, ancaman Amanda kepada keluarga Royal, membuat situasi menjadi panas. Namun, tidak sama seperti Batara, Awan dan Amanda justru terlihat sangat santai dan mereka bahkan juga sudah mengetahui, situasi yang sedang menimpa keluarga Pitaloka saat ini."Ayah, aku bosan hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apa-apa. Selain itu, Awan membawa informasi tentang situasi yang terjadi dalam Divisi Zero saat ini.""Karena itu, kami segera ke sini untuk menemui kalian. Ternyata, kami datang tepat waktu!" Batara dan yang lainnya, secara otomatis menatap Awan penasaran.Awan dengan acuh tak acuh, mengedikkan bahu dan berkata, "Jangan m
Abimana menghela napas dalam. Sebelumnya dia masih berharap jika Amanda akan berubah pikiran. Bagaimanapun, yang akan mereka hadapi adalah keluarga Royal. Satu dari lima keluarga tersembunyi yang eksistensinya tidak bisa diganggu oleh orang-orang seperti mereka.Tidak ada yang bisa menebak, seberapa besar kekuatan keluarga ini sebenarnya.Menurut Abimana, langkah Amanda untuk menyerang balik keluarga Royal merupakan tindakan yang sangat gegabah. Meski Amanda telah berubah menjadi sangat kuat, bahkan jauh melebihi dirinya. Tidak ada yang bisa menebak, apa yang bisa terjadi di sana nantinya.Awan yang mengerti kegelisahan Abimana, ikut bersuara, "Kakek, jangan khawatir! Amanda tidak sendirian. Aku akan membantunya, itu termasuk keluarga Sanjaya dan klan Atmaja."Masih ada satu pasukan lagi yang tidak disebutkan Awan dan merupakan bantuan terkuat mereka, yaitu pasukan istana es Abadi. Ini adalah kartu truf mereka nantinya dan Awan ingin merahasiakannya sampai waktunya tiba nanti."Baikla
Ya, di antara semua keluarga Malik, hanya Khaled yang tidak ditindas oleh Frans dan antek-anteknya, karena kondisi Khaled yang lumpuh. Hal itu, membuat kebencian Rosa pada Khaled semakin memuncak. Ia segera bangkit dan berniat untuk memukul Khaled saat itu juga.Namun, tanpa diduga oleh Rosa, pukulannya berhasil ditahan oleh Khaled.Cengkeraman Khaled ditangannya, bukanlah cengkeraman yang bisa dilakukan oleh seorang tua renta yang lemah. Tapi, cengkeraman itu sangat kuat dan membuat Rosa tidak dapat menggerakkkan tangannya, tidak peduli sebera keras ia mencoba."Sialan, lepas.kan!" Teriak Rosa panik.Rosa meronta sekuat tenaga dan berusaha keras untuk melepaskan tangannya dan tiba-tiba, tanpa peringatan, Khaled melepaskan genggaman tangannya dan membuat Rosa terjengkang.Selanjutnya, Rosa langsung menangis dan coba mendapatkan simpatik suaminya, "Suamiku, lihat! Ayahmu telah menganiayaku."Namun, tidak seperti harapannya, Judas tidak merespons istrinya. Judas tampak dingin saat berka
"Mas, kita mau kemana?" Tanya Calista penasaran.Siang itu, sepulang Calista mengajar di kampusnya, Awan sengaja menjemput Calista dengan mobilnya. Awan tidak mengatakan tujuan mereka, sehingga membuat Calista penasaran kemana tujuan Awan akan membawanya. Awan tersenyum kecil saat berkata, "Bukankah kamu mengatakan ingin mengenalku? Jadi, aku membawamu mengenal duniaku. Selebihnya terserah padamu, Cal."Calista tersenyum getir ketika mendengar jawaban Awan. Memang dia sendiri yang mengatakan kalau dia ingin mengenal Awan lebih jauh. Menurut Calista, Awan dipenuhi oleh banyak misteri yang membuatnya penasaran. Awan bukan sekedar karakter kaya biasa dengan limpahan materi dan kekuasaan. Terkadang, Awan bahkan terlihat seperti seorang superhuman. Dia bisa menyembuhkan luka yang sangat parah dengan cahaya berwarna hijau, seperti yang dilakukannya terhadap Aldo beberapa hari sebelumnya.Lalu, Awan juga bisa bergerak sangat cepat dan bertarung dengan kekuatan yang luar biasa. Semua itu, ha
Saat itu, seorang pria yang berdiri dibarisan paling belakang, tampak gelisah dan matanya terlihat nanar menatap Awan dan Calista. Ia terlihat seperti sedang bersiap menyerang saat itu."Empat empat, tenanglah atau aku akan membunuhmu karena berani menyinggung ketua klan." Hardik pria berbadan besar yang berdiri paling depan.Hardikan pria tersebut berhasil mendiamkan pria yang dipanggil dengan sebutan empat empat tersebut. Ia bahkan tidak berani mengangkat wajahnya sedikitpun setelah hardikan tersebut. Melihat pemandangan tersebut, Awan tertawa puas."Hahaha, kerja bagus, bang Topan!" Puji Awan salut melihat perkembangan mantan pasukan anjingnya yang kini telah berkembang menjadi pasukan serigala. Tidak hanya sekedar status, Topan dan yang lainnya, kembali dengan aura liar yang begitu mendominasi.Ini adalah pasukan khusus yang dikembangkan Awan. Setelah melihat perkembangan mereka, Awan sendiri dibuat terkejut dan tidak menyangka, jika pasukan bentukannya akan berkembang jauh mele
"Kak Awan, aku mencintaimu." Ucap Hanna setelah mereka berdua diam cukup lama di taman belakang Vila. Taman itu sendiri cukup luas dan hanya ada mereka berdua. Sehingga, mereka bisa bebas bicara tanpa perlu khawatir didengar oleh siapapun juga. Awan dibuat terkejut mendengar pengakuan terus terang Hanna yang begitu tiba-tiba. Pengakuan Hanna diluar bayangannya, yang menyangka bahwa tujuan Hanna mengajaknya bicara saat itu, karena ingin membahas tentang kondisi Aldo. Sahabatnya itu memang sudah pulih dari cidera parah yang dialaminya dan sekarang sedang butuh perawatan lebih lanjut untuk memulihkan kekuatannya. Awan teringat dengan ucapan Amanda dulunya, yang mengatakan kalau Hanna menyukai dirinya layaknya seorang wanita pada seorang pria. Hanya saja, Awan tidak menghiraukannya waktu itu dan ia terlalu naif, ketika mengatakan bahwa hubungan mereka layaknya saudara. Setelah Hanna berterus terang padanya tentang perasaannya saat ini, Awan tiba-tiba menjadi lambat berpikir. "Apa ku
Siang itu, sebenarnya Awan bisa saja langsung berangkat ke kota Kembang. Hanya saja, Dinara memintanya untuk menundanya sejenak. Awan tidak perlu mempertanyakan tujuan Dinara memintanya untuk menunda keberangkatannya. Karena naga peramal tersebut selalu memiliki perhitungan yang matang tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Benar saja! Tidak lama Awan menunggu, ponselnya berdering. "Paman Tobias?" Gumam Awan heran saat melihat nama yang muncul di layar ponselnya. Tobias, pamannya Renata masih aktif di Divisi Zero saat ini. Ia tidak menjadi bagian dari keluarga Pitaloka, sehingga namanya tidak masuk dalam daftar agen yang di non-aktifkan. "Ya, paman." "Kamu masih mengingatku sebagai pamanmu?" Balas Tobias dengan nada sarkas dari seberang sana. "Aku tidak menghubungi paman, bukan berarti aku lupa dengan paman atau paman sudah berubah menjadi sensitif karena tidak aku hubungi?" Balas Awan santai dan sukses membuat Tobias yang berada di seberang sana tersenyum kecut. "He
Seorang wanita dengan kondisi tubuh terikat erat disekujur tubuhnya, tampak tergantung dalam posisi terbalik. Dengan pakaian yang terkoyak di mana-mana dan hanya menyisakan beberapa bagian kecil yang menutupi bagian sensitif tubuhnya.Seharusnya, itu menjadi pemandangan menggairahkan bagi pria hidung belang. Namun tidak dengan penampilan wanita malang tersebut. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh luka, baik karena disebabkan oleh siksaan benda tumpul maupun benda tajam. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh darahnya. Wajahnya bahkan terlihat sangat mengerikan dengan beberapa luka sayatan.Tidak terhitung jumlah luka sayatan ditubuhnya, hanya untuk memaksa wanita tersebut bicara. Hanya saja, dengan kondisi yang sudah sekarat tersebut, wanita berambut pendek sebahu tersebut masih saja bungkam. Tidak peduli sekeras apapun siksaan yang diterimanya, ia tetap memilih diam dengan menanggung rasa sakit yang ia terima. Sampai-sampai, para penyiksanya menyerah sendiri untuk memaksanya."Gara-gara kamu, ka
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,