Melihat orang di dalam dan di luar ruangan yang sangat ramai dan aura permusuhan yang sangat kental. Baik Abimana maupun Haris Walton, segera menyadari bahwa ada sesuatu yang salah di sana. Haris menatap putranya dan menuntut penjelasan darinya, "Ariyon, bisa kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi di sini?"Ariyon yang berharap bahwa ayahnya bisa menyelesaikan masalah itu demi bisa menyelamatkan keluarga mereka, segera menjelaskan apa yang terjadi. Ia tidak berani berbohong. Karena bagaimanapun, di sana masih ada Agung Pitaloka dan juga Awan.Di sisi lain, Abimana juga menghampiri Awan dan bertanya, "Nak, katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi di sini?"Sebagai presiden Divisi Zero, Abimana tahu betapa seriusnya situasi yang sedang terjadi di sana. Apalagi, Awan sampai melibatkan pasukan merah klannya saat itu. Sebagai seorang yang sudah berpengalaman, Abimana tahu bahwa ia tidak bisa masuk dan mencampuri masalah Awan begitu saja, meski Awan adalah calon mantu dan juga jend
Setelah mempertimbangkan nasehat Abimana dan hukuman yang dibuat oleh Haris untuk cucunya, Awan berpikir bahwa keputusan itu adalah yang terbaik dan paling bijak. Kekerasan sikap Awan sebelumnya, karena didorong oleh sikap Ariyon yang bersikeras melindungi putranya. Jika saja, Ariyon bisa bersikap seperti ini sebelumnya, Awan mungkin tidak akan mengejarnya dan tidak perlu menunjukkan kekuatan klannya untuk menekan mereka."Saya harap, saya bisa mempercayai ucapan anda, tuan tua Walton."Haris mengangguk dan menghembuskan napas lega, "Tenang saja! Saya sendiri yang akan memastikan jika Johan akan menjalani hukumannya tanpa ada perlakuan khusus apapun."Setelah itu, suasana yang semula tegang, perlahan mulai mencair. Setelah Dylan, pengawal pribadi Haris membawa paksa Johan dan mengirimnya ke Afrika hari itu juga. Johan tampak hancur dan tidak berdaya saat dibawa pergi. Mungkin, dia akan menyesali tindakannya hari itu dan merasa bahwa tidak akan ada keadilan yang bisa menyentuhnya."Na
"Jadi, bisa dibilang, kami ini adalah keluarga jauh dari klan Sanjaya."Lebih lanjut, Haris mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Kotak tersebut terlihat kuno dan terbuat dari emas hitam. Terdapat batu permata berwarna hijau di atas kotak yang terlihat menyala terang, seolah ada cahaya di dalamnya."Aku selalu membawa kotak ini bersamaku, saat menginjakkan kaki di negara ini. Karena aku tahu, aku akan bertemu dengan anda suatu saat."Haris meletakkannya ke atas meja dan mengangsurkannya ke depan Awan.Hanya dengan melihatnya, Awan bisa merasakan ada energi yang sangat padat di dalamnya. Seolah Awan sedang melihat cincin warisan ayahnya pertama kali."Apa ini?" Tanya Awan penasaran."Jujur saja, aku juga tidak tahu apa isinya, tuan. Karena sampai saat ini, belum ada satupun dari kami yang bisa membuka kotak ini.""Hanya saja, mendiang ayah saya berpesan. Saat batu permata berwarna hijau dikotak ini bersinar, itu artinya kami harus segera mencari kepala keluarga klan Sanj
Awan meletakkan tubuh Calista dengan begitu lembut di atas ranjang. Seakan-akan tubuh Calista terbuat dari porselen antik yang gampang pecah, jika ia tidak berhati meletakkannya.Momen tersebut, mengingatkan Awan pada kejadian hampir setahun yang lalu. Hanya saja, Awan tidak perlu lagi menghapus ingatan Calista seperti dulu.Ketika menempatkan tubuh Calista di atas tempat tidur, jarak keduanya begitu dekat, yang membuat Awan dapat memperhatikan wajah tertidur Calista dari jarak yang hampir tiada batas. Belum lagi, wangi khas Calista yang merasuk lembut ke dalam indera penciumannya membuat Awan betah untuk berada dalam posisi tersebut untuk waktu yang cukup lama.Ada perasaan tidak tega dalam hatinya atas apa yang telah ia lakukan terhadap Calista di masa lalu."Maaf!" Ucap Awan pelan, sebelum merapikan tepian pakaian Calista yang sedikit terbuka.Awan bangun dan hendak pergi meninggalkan Calista. Namun, Calista yang sudah lama pingsan, tiba-tiba menggeliat dan merasakan kehadiran sese
"Apa maksudmu, mas?" Tanya Calista penasaran dan akhirnya melepaskan pelukannya dan menegakkan wajahnya. Meski begitu, jarak mereka masih cukup dekat untuk Awan menatap lekat wajah cantik Calista.Tanpa sadar, Awan tersipu dengan pesona kecantikan Calista."Hmn, ini- aku sebenarnya telah berbohong padamu. Lana itu...""Bukan kekasih mas, 'kan?" Potong Calista cepat dan matanya terlihat mencari pembenaran dari ucapannya.'Huft!'Awan terkejut dengan intuisi tajam Calista dan bisa menebak dengan benar. Awan yang sudah bertekad untuk jujur pada Calista, mengangguk, "Iya, benar. Dia bukan kekasihku. Lana itu...""Hmn, tunggu dulu! Bagaimana kamu menyadarinya?" Tanya Awan penasaran. Ia berpikir, bahwa sandiwaranya dengan Lana saat itu sudah begitu sempurna. Siapa sangka, Calista ternyata menyadari sandiwara mereka.Wajah sedih Calista, sekarang terlihat jauh lebih cerah setelah tebakannya ternyata benar."Aku tahu! Mas lupa, kalau aku adalah dosen? Aku juga belajar ilmu psikologi dan bisa
Ekspresi Lana bertolak belakang dengan Awan yang saat itu baru saja memasuki mobil dan duduk tepat di sebelah Lana. Dengan wajah sedikit cemberut, Lana berkata padanya, "Perasaan, tadi ada yang bilang cuma tiga menit!" Awan terkekeh mendengar sindiran pelayan pribadinya itu. Sebelumnya, Awan memang memerintahkan Lana untuk menjemput mobil dan menunggunya di depan rumah Calista dan waktu itu adalah empat jam yang lalu.Awan menyuruh Lana untuk bergegas, karena ia hanya butuh waktu tiga menit untuk mengantar Calista pulang dan menyelesaikan semua urusan di antara mereka.Karena perintah Awan juga, Lana sampai bergegas untuk mencari mobil untuk menjemput Awan. Karena Lana tahu, bahwa Awan kehabisan energinya dan tidak mungkin menggunakan kekuatan perpindahan ruangnya untuk kembali ke Villa Nirwana yang jaraknya cukup jauh dari komplek perumahan Calista tinggal.Beruntung, Lana ada meninggalkan mobilnya di apartemen lama Awan, sebuah Porsche Panamera. Sehingga, Lana bisa menghemat bany
Saat Awan masuk ke dalam rumah, di dalam ruang tamu ternyada sudah ada Agung dan beberapa anggota keluarga Pitaloka lainnya. Selain mereka, Awan cukup dikejutkan dengan keberadaan Jessica Walton di sana. Jessica duduk bersebelahan dengan Guntur, putranya Agung.Melihat itu, Awan bisa menebak apa yang terjadi di antara mereka berdua. Saat Jessica melihat kemunculan Awan di sana, ia terlihat salah tingkah dan dengan sedikit canggung menyapa Awan, "Halo- halo, tuan muda."Tidak terlihat lagi ekspresi tinggi hati yang ia tunjukkan saat bicara dengan Awan sebelumnya. Mungkin, kakek atau ayahnya sudah menjelaskan padanya tentang siapa Awan yang sebenarnya dan membuat Jessica tidak berani lagi memandang remeh Awan."Halo juga! Dan tolong, jangan pakai sebutan tuan muda atau semacamnya. Kamu bisa memanggil namaku, itu lebih baik." Balas Awan santai."Tapi.." Jessica merasa canggung dan merasa lancang jika dia memanggil Awan dengan namanya saja. Bagaimanapun, Awan adalah kepala klan Sanjaya.
Awan hanya bisa terkejut mendengar kalimat Abimana dan betapa santainya Abimana menanggapi hubugannya dengan Calista. Ketimbang menyalahkan Awan karena telah memiliki wanita lain selain cucunya atau justru memaksanya untuk menyingkirkan Calista demi Amanda, Abimana justru lebih khawatir tentang urutan wanita yang akan menjadi pasangan Awan. Awan hanya bisa mengangguk tanpa tahu harus berkomentar seperti apa saat itu. "Sekarang, ada hal penting yang harus kakek bicarakan denganmu." Awan hanya bisa bengong ketika mendengar Abimana bicara seperti itu, 'Jadi, apa yang kami bahas sekarang, tidak penting? Lalu, untuk apa semua kekhawatiranku tadi?' Pikir Awan greget. Padahal sebelumnya, ia sudah cemas setengah mati dan sempat berpikir bahwa Abimana akan memarahinya habis-habisan. Siapa sangka, Abimana justru tidak mempermasalahkannya dan terkesan seolah membiarkan Awan memiliki pasangan sebanyak apapun, asal Amanda tetap berada di nomor urut dua. *Sudah kayak penentuan nomor urut caleg
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,