Share

BAB 31

Penulis: sutan sati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tapi, kenapa kamu memakain nama panggung Ardella dan bukannya Karin?" Tanya Shiren sedikit bingung.

"Kan itu masih nama belakangku, Karin Ardella, ingat?"

"Hmn, iya benar. Lalu, kenapa kamu bisa ada di sini sekarang, Rin? Apa sedang ada konser di kota ini atau memang ada rencana bertemu seseorang di sekolah kita?" Tanya Shiren yang penasaran melihat kehadiran Karin di sekolah mereka, bersamaan dengan acara pertemuan mereka.

'Tentu saja, ini bukan sekedar kebetulan.' Pikir Shiren heran.

Oh, itu... Aku sengaja mampir karena kangen saja dengan sekolah kita. Kebetulan aku sedang berada di kota ini. Jadi, sekalian saja, 'kan!" Jawab Karin buru-buru berkata.

"Hmn, kebetulan banget kalau begitu. Kami juga berencana untuk reuni kecil-kecilan hari ini. Ada Awan sama Devi juga. Tapi, sepertinya mereka belum datang." Ujar Sherla polos.

"Oh, ya? Tapi, aku sudah cukup lama di atas sini dan belum melihat mereka." Seru Karin terkejut dan sekaligus penasaran. Karena orang yang sedang ia nantikan di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ichakue
terlalu bertele-tele aaaahhhh menthor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 32

    Tiga puluh menit berlalu ketika Karin dan yang lainnya berada di atap gedung sekolah. Pada saat itu, Devi dan Awan datang."Devi, Awan!" Sambut Sherla dan yang lainnya dengan berbagai perasaan yang melanda mereka.Suasana seketika berubah menjadi lebih riuh dan bersemangat. Tentu saja, mereka semua sudah menantikan pertemuan hari ini. Bergantian mereka menyambut Devi dan Awan dengan emosional."Devi lebih berisi sekarang, ya?" Puji Lina ketika melihat penampilan Devi. "Kalian juga banyak berubah. Jadi lebih cantik." Balas Devi.Sampai ketika para wanita ini menghampiri Awan, mereka bergantian memeluknya erat. Seakan sudah lama menahan rindu untuk bertemu dengannya, "Awan, kamu jadi lebih tinggi.""Iya, lebih putih juga.""Ya, wajar, sih. Konglomerat, hahaha." Canda mereka, namun tidak mengurangi rasa bahagia dalam hati mereka sudah dapat berkumpul lagi dengan Awan hari ini.Awan menyapa mereka dan berusaha terlihat normal, setelah menghabiskan waktu selama dua hari terakhir untuk me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 33

    Saat semua orang sedang asik bercerita tentang pengalaman mereka, ternyata Karin masih penasaran tentang keanehan yang dirasakannya tentang Awan. Tentu saja, ia secara diam-diam memperhatikan Awan dan menemukan Awan lebih banyak diam. Meski mata dan telinganya mendengar apa yang dibicarakan oleh semua orang, namun yang ditangkap oleh Karin, Awan seperti orang asing yang terlihat sedang menyimak apa yang diucapkan oleh teman-temannya.Ini seperti seorang murid yang sedang belajar di dalam kelas. Ia menyimak apa yang disampaikan oleh gurunya, semata karena ia tidak tahu dan berusaha untuk mendengar lebih banyak, agar bisa tahu lebih banyak. Seperti itulah kesan yang ditangkap Karin terhadap Awan saat ini.Untuk membuktikan kecurigaannya, Karin memancing dengan sebuah pertanyaan, "Awan, apa kamu masih ingat dengan Renata? Apa kamu telah bertemu dengannya sebelum ke sini?" Pertanyaan Karin sengaja dibuat bias untuk mengetahui reaksi Awan.Awan sedikit gugup. Dia sama sekali tidak menging

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 34

    Awan menatap Devi dengan bingung, seakan menuntut jawaban darinya.Devi tidak memiliki pilihan lain. Ia menghela napas dalam dan menghembuskannya dengan berat, "Maaf, kami telah berbohong pada kalian." Akunya tidak berdaya."Maksud kamu apa, Devi?""Sebenarnya... Awan tidak ingat satupun dari kita semua. Dia hilang ingatan. Awan bahkan tidak tahu siapa dirinya saat ini."Jawaban Devi bagai gelegar petir di siang hari. Semua orang tercenung, seakan tidak percaya."Ti-tidak, bagaimana bisa?" Tanya Sherla terkejut, lalu menatap Awan dengan perasaan rumit. 'Pantas saja, Awan terlihat kaku dan yang ia coba lakukan adalah memaksakan dirinya berbaur dengan pembicaraan kami sedari tadi. Itu semua, karena dia tidak mengingat kami.'Suasana seketika berubah menjadi sendu. Semua orang merasa canggung saat ini, mereka kasihan pada Awan, sampai mengalami kejadian menyedihkan seperti ini.Bukankah kehilangan ingatan tentang diri sendiri dan juga orang-orang yang kita sayangi, merupakan hal paling

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 35

    Devi melirik Radit sejenak, dengan segera ia dapat menangkap maksud Radit dan menganggukan kepalanya."Benar, Awan mengalami kecelakaan dua bulan yang lalu. Kepalanya kena benturan yang cukup kuat dan itu yang menjadi penyebab amnesianya. Aku sengaja mengajaknya ke sini dan bertemu kalian, dengan harapan dapat memulihkan ingatannya kembali."Sherla dan yang lainnya terkejut, kerongkongan mereka merasa tercekat dan sulit untuk berkata-kata. Mereka merasa prihatin dan turut sedih dengan apa yang menimpa Awan. Mereka mengelilingi Awan dengan kompak, seakan enggan melepaskannya. Awan sempat menatap bingung Devi, karena ini tidak ada sama sekali dalam skenario mereka sebelumnya. Devi hanya mengedipkan matanya dan memberi kode pada Awan untuk mengikuti apa yang diucapkannya."Kecelakaan apa yang menimpa Awan?" Tanya Karin masih syok mendengar penjelasan Devi. Sekarang semuanya menjadi masuk akal. Jika begitu keadaannya, apa Awan masih akan mengingat permintaannya dulu? Karin penasaran unt

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 36

    Saat Awan dan yang lainnya datang ke area pemakaman, cuaca sedikit mendung dan sepi dari aktifitas pengunjung. Mungkin karena hari itu adalah hari sibuk, sehingga tidak ada pelayat yang berkunjung ke sana. Namun, ketika mereka tiba di makamnya Renata. Sudah ada dupa yang dibakar dan masih menyisakan setengahnya, mungkin ada pelayat yang mengunjungi makam tersebut sebelum mereka. Mereka di sana sekitar tiga puluh menit dan semua orang menatap Awan penasaran, berharap ada sesuatu yang bisa membangkitkan memori Awan. Tapi, setelah melihat ekspresi biasa Awan, mereka menjadi kecewa. Karena cara itu sepertinya masih belum berhasil untuk merangsang ingatan Awan."Awan, apa ada yang kamu ingat tentang kak Renata?" Tanya Sherla penasaran.Seperti dugaannya, Awan menghela napas berat dan terlihat kecewa karena masih tidak mengingat apapun tentang sosok Renata yang menurut teman-temannya adalah kekasih yang paling dicintainya ketika di sekolah dulu.Awan menggeleng lemah, "Maaf, aku masih tid

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 37

    Mata Devi menyipit tajam menatap wanita misterius tersebut. Fakta bahwa ia mengetahui identitas Devi, menunjukkan bahwa ia bukanlah wanita sembarangan. Yang dicemaskan Devi, wanita ini tentu datang dengan persiapan sebelumnya. Adanya Awan dan yang lainnya dibelakangnya, Devi tidak akan berkompromi lebih jauh dengan wanita di depannya itu. Jika ia di sana untuk mencelakai teman-temannya."Siapa kamu dan apa tujuanmu?" Tanya Devi dingin.Dari balik tudungnya, wanita tersebut tersenyum dingin, "Seperti yang kukatakan, kamu bukan lagi ancaman bagiku. Jadi, kamu tidak layak untuk bertanya."Setelah mengucapkan kalimat itu, wanita bertudung misterius tersebut tiba-tiba menghilang dari tempatnya berdiri. Radit juga terkejut dan tidak sempat beraksi, begitu wanita tersebut secara tidak terduga muncul di depan Devi.Devi tentu saja bisa melihat gerakan itu dengan sangat jelas, bagaimapun kemampuannya tidak lebih lemah dari wanita tersebut. Devi langsung menghimpun energi internalnya dan coba m

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 38

    Radit tidak punya pilihan lain, meski tabu baginya untuk menyerang wanita. Namun, tidak sekarang. Tidak, saat wanita ini mengancam teman-temannya. Melihat wanita tersebut sama sekali tidak berhenti, Radit terpaksa maju dan menyerang dengan jurus andalannya. Tapi, serangan tersebut tidak ada apa-apanya bagi si wanita. Hanya dalam satu sapuan, serangan Radit berhasil dimentahkannya. Lalu, satu pukulan wanita tersebut cukup untuk mengirim Radit terbang sejauh belasan meter dan baru berhenti ketika tubuh Radit menghantam pagar pembatas makam.'Braakk'Radit meringkuk kesakitan, seluruh tulang ditubuhnya serasa remuk. Sulit untuk mempercayai betapa mengerikannya kekuatan wanita misterius ini. Radit yang dalam kesatuannya merupakan salah satu peringkat atas, sehingga terpilih masuk menjadi menjadi pasukan elit., seketika menjadi terperangah dan tidak percaya, jika ia akan kalah hanya dalam satu pukulan dari seorang wanita.Dalam kesatuan, kemampuan Radit sebanding dengan kemampuan lima pul

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 39

    Awan tidak mengerti apa salahnya, sampai membuat wanita ini marah dan memukulinya. Ia sekali lagi coba bangkit, Awan berpikir, jika dengan ini ia dapat membuat wanita ini puas dan meninggalkan teman-temannya, maka ia tidak keberatan menerima pukulan dan tamparan sebanyak apapun.Di sisi lain, si wanita misterius dibuat terkejut, karena Awan sama sekali tidak membalas dan justru menerima tamparannya mentah-mentah. Selain itu, ada hal lain yang membuatnya lebih tidak percaya, dua tamparan barusan sedikit lebih kuat dari pukulan yang dilayangkannya pada dua teman Awan. Tapi, Awan terlihat tidak mengalami luka serius dan masih bisa bangkit. Tamparan kerasnya, hanya menyisakan sedikit bekas merah di pipi Awan, tapi itu bukan luka yang bisa berdampak serius."Kamu, kenapa kamu tidak membalasnya?" Tanya wanita misterius tersebut heran."Membalas?" Bagaimana mungkin dirinya bisa membalas, wanita tersebut begitu sadis dan kuat. Devi saja, bahkan tidak berkutik menghadapinya. Apalagi dirinya?

Bab terbaru

  • GGAP 3 : THE LAST   EPILOG

    Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 638 (TAMAT)

    Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 637

    Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 636

    Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 635

    Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 634

    Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 633

    Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 632

    Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 631

    Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,

DMCA.com Protection Status