Awan tidak mengerti apa salahnya, sampai membuat wanita ini marah dan memukulinya. Ia sekali lagi coba bangkit, Awan berpikir, jika dengan ini ia dapat membuat wanita ini puas dan meninggalkan teman-temannya, maka ia tidak keberatan menerima pukulan dan tamparan sebanyak apapun.Di sisi lain, si wanita misterius dibuat terkejut, karena Awan sama sekali tidak membalas dan justru menerima tamparannya mentah-mentah. Selain itu, ada hal lain yang membuatnya lebih tidak percaya, dua tamparan barusan sedikit lebih kuat dari pukulan yang dilayangkannya pada dua teman Awan. Tapi, Awan terlihat tidak mengalami luka serius dan masih bisa bangkit. Tamparan kerasnya, hanya menyisakan sedikit bekas merah di pipi Awan, tapi itu bukan luka yang bisa berdampak serius."Kamu, kenapa kamu tidak membalasnya?" Tanya wanita misterius tersebut heran."Membalas?" Bagaimana mungkin dirinya bisa membalas, wanita tersebut begitu sadis dan kuat. Devi saja, bahkan tidak berkutik menghadapinya. Apalagi dirinya?
Wanita tersebut mengira jika Awan memandang remeh dirinya, jadi tidak ada salahnya membuat Awan mengingat namanya jika itu bisa membuat Awan lebih serius menghadapinya, "Baiklah. Namaku Disa dan saudara lelakiku yang tewas bernama, Denis. Sekarang, ingat nama kami baik-baik, agar kamu dapat menemukan saudaraku di alam sana untuk meminta maaf padanya."Setelah mengucapkan itu, Disa kembali menyerang Awan. Sekarang, ia tidak lagi menahan kekuatannya, dia mengeluarkan kekuatan yang sebenarnya. Udara di sekitarnya langsung terdistorsi begitu Disa melancarkan serangannya.'Bam.'"Awan?" Teriak Karin dan yang lainnya dengan napas tertahan.Devi juga menjadi semakin pucat dan kesal, karena tidak bisa berbuat apapun saat melihat Disa menyerang Awan.Braakk.Awan terbang cukup jauh, sebelum berhenti ketika menabrak salah satu kuburan dan menghancurkan batu nisan di atasya.Wajah Awan terlihat pucat, lalu memuntahkan seteguk darah segar.Disa tidak berhenti sampai di situ, dia kembali melesak d
'Glegar.'Mungkin ucapan Karin hanya tiga kata, tapi tiga kata itu seakan sengatan listrik langsung dalam kepala Awan."Sa-say..ang, Aku... sakit,""Aku.. aku bahagia. Kumohon, kamu tetap hidup. Aku dan... anak kita menunggumu di syurga."Sebuah kilasan memori tiba-tiba hadir berulang kali dalam kepala Awan, dan itu membuat tubuhnya gemetar kuat. Tanpa sadar, tubuh Awan mulai menegang, ketakutan dan rasa sakit yang begitu kuat seakan membuat seluruh tubuhnya meregang dan tanpa henti memberi rasa sakit."Angel... Angel.. tidak-tidak, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu." Ucap Awan tanpa sadar. Lalu, sebuah cahaya berwarna hijau menerangi kedua tangannya dan seolah tahu apa yang harus dilakukannya, tangan Awan bergeser ke bagian tubuh Karin yang terluka. Cahaya kehijauan tersebut secara alami berpindah masuk ke dalam tubuh Karin dan menyembuhkan setiap sel yang ada di dalamnya.Bagian atas tubuh Karin tersentak dan sedikit terangkat naik. Ia juga tidak mengerti apa yang te
Sekelompok pasukan elit dengan berpakaian ala pasukan khusus datang ke area pemakaman. Hanya saja, kedatangan mereka sedikit terlambat, karena musuh sudah pergi. Mereka hendak menyusul dan mengejarnya, namun teriakan Devi seketika menghentikan niat mereka.Tentu saja Devi tahu, kalau orang-orangnya tidak akan sanggup menghadapi Disa. Bagaimanapun, Disa merupakan seorang grandmaster setengah langkah, sama seperti dirinya. Meski orang-orangnya kuat, namun tidak akan mudah bagi mereka untuk dapat menaklukkan serta menangkap Disa.Ya, orang-orang ini merupakan unit dari pasukan elit tim Zeta. Pasukan khusus yang ada di bawah komando Devi. Devi segera menekan tombol darurat yang terhubung langsung dengan pasukannya, begitu sadar jika ia berhasil diperdaya oleh musuh. Tentu saja, prioritas utama dirinya adalah keselamatan ketua klan, Awan.Pasukan Devi tersebar di beberapa tempat di kota Bandung. Begitu mendapat peringatan tanda bahaya Devi, mereka langsung bergerak dan melacak keberadaan
"Apa itu artinya kekuatan Awan sudah pulih?" Tanya Noura penasaran.Devi menggeleng ragu, "Aku tidak tahu. Saat itu, aku melihat perubahan mata Awan yang terlihat sama seperti mata makhluk itu. Tapi, tatapannya terlihat kosong. Tidak lama, Awan kehilangan kesadarannya hingga sekarang." 'Deg.'Noura terkejut."Bukankah kata paman Kelvin, dua kekuatan spirit yang terdapat dalam tubuh Awan sudah hilang begitu segel terakhirnya dimusnahkan oleh Annisa? Lalu, apa artinya mata itu?"Tentu saja semua orang cemas, jika spirit Gumara hidup kembali. Noura dan yang lainnya sudah melihat sendiri, betapa mengerikannya kekuatan Gumara. Madam Gao saja, bahkan tidak berkutik menghadapi kekuatan puncaknya. Terlebih, Gumara memiliki ambisi untuk menguasai tubuh Awan demi menyempurnakan kebangkitannya. Jelas dia tidak peduli dengan apapun, selain kejayaannya sendiri. Bangkitnya Gumara, merupakan bencana bagi umat manusia. Semua orang langsung terdiam dan seakan kompak memikirkan hal yang sama.Setela
"Apa kami bisa menemuinya?" Tanya Karin lagi berharap.Sayangnya, Noura hanya dapat menghela napas dalam dan menggeleng, "Belum, untuk saat ini. Kalian tentu tahu, status Awan tidak biasa. Jadi, kami perlu memastikan kondisinya sampai ia bangun nanti. Sekarang, beberapa orang dari keluarga Sanjaya sudah datang untuk ikut memantau perkembangan kondisinya. Nanti, akan saya kabari jika ada perkembangannya."Karin dan yang lainnya terlihat kecewa, namun mereka bisa memaklumi kondisinya."Lalu, di mana Devi, mbak? Kami belum melihatnya dari tadi." Tanya Lina heran. Begitupun dengan teman-temannya yang lain. Mereka tahu, sekelompok pria yang datang di makam tadi itu merupakan pasukan khusus klan Atmaja. Melihat dari cara mereka bicara pada Devi, mereka berkesimpulan jika Devi pasti memiliki posisi penting dalam klan Atmaja. Herannya, semenjak mereka datang ke rumah sakit ini dan hingga saat ini, mereka sama sekali tidak melihat Devi di sana. Tidak mungkin Devi pergi begitu saja, sementara
"Jangan menyalahkan diri sendiri, karena keterbatasan yang kamu miliki." Ujar Noura sesaat setelah duduk di bangku kecil sebelah ranjang Radit."Eh, mbak Noura? Ma-maaf, aku tidak melihat kedatangan, mbak." Balas Radit coba menyembunyikan apa yang sedang dipikirkannya. Namun sudah terlambat baginya untuk bersandiwara, karena Noura sudah memperhatikan semuanya dengan begitu jelas, saat kakinya masuk ke dalam ruangan ini."Tidak usah malu karena kekalahanmu tadi. Wanita yang kamu hadapi merupakan seorang grandmaster setengah langkah. Dia berada di liga yang jauh berbeda denganmu. Bahkan dengan seorang kultivator yang baru mencapai tahap awakening, kamu masih bukan apa-apa. Jadi, kamu tidak perlu malu dengan semua itu." Jelas Noura lugas. Radit terperangah mendengar penjelasan Noura. Itu semua terdengar baru baginya, sehingga penjelasan Noura terdengar asing di telinganya. Bagi Radit, bertarung, yah bertarung! Siapa yang lebih handal dan kuat, maka dia lah pemenangnya. Setidaknya, itula
Melihat Awan mulai menggerakan beberapa ruas jarinya dan mengerjapkan matanya beberapa kali, Karin terlihat bersemangat. Ia segera berdiri dan duduk lebih mendekat. Ia sudah menunggu momen ini, saat di mana Awan terbangun dan sekarang sudah dua hari semenjak Awan tidak sadarkan diri. Ia cemas melihat Awan tidak sadarkan diri setelah menolongnya. Momen seperti itu, terasa seperti keajaiban baginya. Saat Awan di serang oleh Disa tempo hari, Karin tanpa ragu maju untuk menyelamatkan nyawa Awan. Meski pada akhirnya, nyawanya yang diselamatkan oleh Awan. Alasan ia bisa ada di sini, juga karena kejadian hari itu. Noura sendiri yang menginterogasi Karin, setelah mendengar pengakuan Devi, kalau kekuatan Awan bangkit karena terpancing oleh Karin. Mereka beranggapan, kalau Karin bisa membangkitkan kekuatan Awan, mungkin dia juga bisa merangsang kembali ingatan Awan.Makanya mereka sengaja menempatkan Karin di sana, namun tetap dengan beberapa pasukan elit klan yang berjaga di dekat mereka, un
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,