Thomas sempat khawatir, jika Awan akan menyetujui rencana gila pamannya. Ia tidak ragu, jika pamannya dan orang-orangnya akan berhasil membunuh Akbar. Masalahnya adalah apa yang akan terjadi setelah itu. Thomas tidak sanggup membayangkan, pembalasan seperti apa yang akan dilakukan oleh keluarga Malik atas ulah pamannya. Mungkin yang ditargetkan pertama kali adalah klan 11S pamannya. Setelah pamannya jatuh, pasti dirinya akan ikut dikejar oleh keluarga Malik, begitu menemukan hubungannya dengan Dragon.Hal inilah yang dicemaskan oleh Thomas. Sehingga, ia bisa merasa lega, begitu mendengar kalimat bijak Awan. Sebagai gantinya, Thomas bahkan berinisiatif untuk mengantar kepergian Awan dan Rhaysa. Hanya saja, Awan segera menolak idenya tersebut.Lagian, mereka hanya sekedar mengunjungi seorang teman. Apa jadinya, jika ada yang melihat Thomas, orang terkaya di Hong Kong sampai bersedia mengantar mereka. Hal itu, akan mengekpos keberadaan dirinya ke publik. Meski publik negara ini belum me
"Elisa kamu kenapa?" Tanya Awan heran, melihat Elisa lebih banyak diam dibanding hari biasanya. Sebelumnya, ia sempat melihat Elisa ceria ketika membuka pintu untuknya. Namun, sedetik kemudian, Elisa terlihat menjadi lebih banyak diam. 'Apa wanita memang seperti ini? Atau dia sedang dalam siklus bulanan? Sehingga membuat moodnya jadi terganggu?' Pikir Awan bertanya-tanya. Tapi, Awan tidak mungkin menanyakan hal seperti itu lewat telepati mereka. Setidaknya, tidak di depan Rhaysa. Awan tidak ingin menyinggung perasaan Rhaysa dan menganggap dirinya ada motif lain menanyakan hal itu pada Elisa. Di mana mereka berada begitu dekat dan bisa bicara secara terbuka satu sama lain. "Tidak apa-apa. Aku, baik-baik saja. Mungkin karena aku kurang istirahat semalam." Jawab Elisa sekenanya dan terlihat sedikit murung. Di sisi lain, Rhaysa yang duduk di sebelah Awan, langsung menyadari alasan perubahan Elisa yang sebenarnya. Hanya saja, Awan tidak peka dengan situasi yang sedang terjadi. Rhaysa
Bagi orang biasa, mungkin tidak akan ada yang percaya, bahwa pusaka ghoib dengan level tinggi, memiliki ruhnya sendiri. Karena itu, Awan tidak perlu repot-repot menjelaskannya kepada Olivia dan juga Elisa. Sebagai gantinya, Awan segera mengeluarkan dark sword miliknya.Wosh!Ketika pedang hitam ini keluar, suhu di dalam ruangan seketika menjadi turun, terdistorsi oleh kemunculan pedang pusaka ini.Elisa dan Olivia yang melihat pedang ini, merasakan kengerian muncul dalam diri mereka."Tapi..." Olivia masih meragukan pernyataan Awan sebelumnya. Ia masih belum yakin, jika pedang inilah yang berubah menjadi sosok pria berjubah hitam, yang sebelumnya telah menyelamatkan dirinya."Sebenarnya, pedang ini bisa berubah menjadi pria yang kamu lihat sebelumnya. Tapi, sepertinya ia sedang malu untuk berubah wujud." Ucap Awan setengah tertawa ketika mengucapkan kalimatnya yang terakhir.Ia sudah memerintahkan Gundala untuk berubah ke wujud manusianya. Namun, Gundala bersikeras tidak ingin beruba
Awan terpaksa harus mengurungkan niatnya hari itu, untuk berangkat ke gunung Tai Mo Shan untuk segera menangkap Karra dan mengambil kembali Artemis Stone. Hanya saja, Rhaysa menahannya dan mengatakan jika itu bukan waktu yang tepat untuk menjalankan pergi ke sana.Meski urusan ini termasuk urgent. Hanya saja, Awan seperti bisa menerima saran Rhaysa, meski Rhaysa tidak menjelaskan lebih lanjut alasannya menahan kepergian Awan. Mungkin karena Rhaysa memiliki kemampuan 'misterius' yang belum diketahui oleh Awan. Karena itu, ucapan Rhaysa sudah cukup untuk meyakinkannya untuk menunda keberangkatannya hari itu.Sebagai gantinya, Thomas Lee tanpa diduga menelpon Awan tidak lama setelah mereka pulang ke Hotel dan mengundang mereka untuk datang dalam gala amal malam nanti. Lebih lanjut Thomas Lee menjelaskan kalau acara amal nanti malam akan banyak didatangi oleh para Taipan negeri ini. Karena, selain acara amal, juga terdapat acara lelang di dalamnya. Tentu saja, ini bukan acara lelang se
"Mr. Awan, semuaya, acara sebentar lagi dimulai! Sebaiknya kita segera masuk ke dalam." Ajak Thomas begitu salah seorang panitia acara menjemput mereka dan mengingatkan bahwa acara amal dan lelang akan segera dimulai."Baiklah. Mari kita masuk kelau begitu." Ujar Awan tidak keberatan.Sebelumnya, ia sengaja memerintahkan dua pasukan bintang tetap berada di luar untuk menghindari perhatian banyak orang. Bahkan, ketika mereka masuk ke dalam hotel, Awan juga sengaja meminta Thomas Lee dan yang lainnya untuk berjalan lebih ke depan.Ketika mereka masuk ke dalam aula, Awan bisa melihat penataan ruang dan interior yang serba mewah di dalamnya.Ini adalah pengalaman pertama Awan mengikuti acara seperti ini, sehingga ia lebih banyak menyesuaikan diri.Sebelum kedatangan mereka, ternyata sudah banyak undangan yang hadir dan menempati kursi yang disediakan untuk tamu undangan.Tidak seperti dugaan Awan. Di dalam sana, ternyata setiap kursi telah disiapkan untuk orang-orang tertentu. Sepertinya,
Siapapun pasti sudah menduga, bahwa Thomas Lee sama sekali tidak dihormati dalam acara ini."Kamu berani main-main denganku? Jangan pikir aku tidak bisa marah karena ini! Kalau perlu, aku akan membeli hotel ini dan menendang kalian semua keluar dari sini." Ucap Thomas Lee mulai marah."Ma- maaf, tuan Thomas! Tapi, semua kursi di depan ini, benar-benar sudah dipesan oleh tuan Akbar Malik." Balas petugas tersebut mengigil ketakutan.Saat itu, Awan kembali menengahi dan memilih mengalah, "Pak Thomas, sudahlah! Tidak perlu meributkan masalah kursi. Ini hanya masalah kursi, duduk di manapun tidak akan membuat status kita otomatis jadi menurun. Kehormatan sebenarnya, ada di dalam sini." Ujar Awan menunjuk dadanya. Hal itu, sekaligus sebagai sindiran terhadap petugas dan juga Akbar Malik yang duduk tidak jauh dari sana dengan senyum menghina di wajahnya.Sementara, Karin yang juga bisa mendengar ucapan Awan karena segaja diucapkannya dengan cukup keras, hanya berkekspresi datar. Hanya matany
Ini adalah pengalaman pertama Awan mengikuti acara amal dan lelang seperti ini. Tapi, acara amal yang dibayangkan Awan, tidak sama dengan acara amal yang ada di negara asalnya.Acara amal ini, hanya bersifat selingan semata. Terbukti, tidak banyak orang yang terlibat dan ikut berpartisipasi. Namun, karena tamu undangan yang hadir di sana adalah para taipan kaya, panitia penyelenggara acara tetap dapat mengumpulkan donasi sesuai target mereka.Acara amal yang dijadikan sebagai acara pembuka itu sendiri, hanya berlangsung tidak lebih dari lima menit. Mereka yang hadir lebih antusias untuk menyambut acara lelang. Karena itu, mereka tanpa berpikir panjang, mengeluarkan cek dari saku mereka untuk amal agar acara seperti itu segera selesai.Setelah acara amal selesai dan panitia penyelenggara mengumumkan acara lelang akan segera dimulai, para pengunjung yang hadir di sana, seketika menjadi bersemangat dan antusias."Tuan Awan, hari ini ada total dua puluh barang yang akan dilelang. Tapi, un
Peter mencoba keberuntungannya terakhir kali dengan memasang harga, "Seratus empat puluh lima juta.""Seratus lima puluh juta." Balas Henry cepat dan tanpa ragu.Ekspresi Peter terlihat gelap, ia tidak mungkin berani menaikkan harga lebih dari ini.Senyum Henry mengembang, ketka melihat Peter tidak lagi berani menaikan harganya. Namun, saat Henry merasa jika kalung tersebut akan menjadi miliknya, tiba-tiba terdengar suara cukup keras dari kursi paling depan, "Dua ratus juta.""Wow! Kalung ini bernilai dua ratus juta sekarang! Bukankah ini sudah overprice?""Tidak heran. Lihatlah! Itu adalah tuan Akbar Malik."Beberapa peserta lelang kasak-kusuk dan ketika menyadari bahwa penawar terakhir itu adalah Akbar dari keluarga Malik, mereka tidak perlu lagi merasa heran. Hanya saja, mereka penasaran menunggu respons dari Henry Law atas tawaran tersebut.Beranikah Henry menaikan angka penawarannya dan melawan Akbar?Benar saja, melihat Akbar ikut ambil bagian untuk mendapatkan kalung 'Heart of
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,