Mereka telah sampai di lantai teratas dan pengawal yang membawa Awan berjalan di depan Awan berhenti di depan salah satu ruangan."Saya ingatkan, agar anda tidak membuat masalah di dalam dan jangan pernah menyela madam Lilith saat ia sedang bicara, mengerti?" Ucap pengawal tersebut mengingatkan Awan, sebelum membukakan pintu.Awan hanya mengangguk santai dan bersikap seperti anak penurut. Ia tidak ingin menimbulkan masalah apapun untuk sementara ini, sampai mengetahui situasi yang terjadi dengan jelas.Sebelum masuk, Awan sempat membuka mata bathinnya sekali lagi untuk melihat situasi di dalam ruangan. Hanya saja, ruangan tersebut memiliki aura merah yang sangat pekat dan membuat mata bathin Awan tidak bisa bekerja. Sepertinya ada kekuatan yang tidak tampak, yang dapat menghalangi mata spritual Awan.Jadi, Awan hanya bisa menyerahkan pada takdir untuk apapun yang terjadi selanjutnya.Begitu pengawal di depannya mempersilakan Awan masuk, ia berjalan dengan langkah tenang. Ruangan yang
Kido termasuk orang yang ramah dan tidak ragu mengungkapkan apa yang sedang dipikirkannya. Berbanding terbalik dengan saudara kembarnya yang dingin.Sebagai pembuka serangan, Kido sengaja mengunakan level satu jurus tapak andalannya untuk menguji ketangguhan Awan.Duar!Suara ledakan yang memekakkan terdengar nyaring, begitu Kido yang tanpa bisa dilihat pergerakannya, ternyata sudah berada tepat di depan Awan.Telapak tangan kanan Kido terlihat membara, seperti api.Jika serangan tersebut mengenai lapisan baja yang cukup tebal, maka serangan itu akan cukup untuk membuat baja tersebut meleleh. Hanya saja, lawan yang dihadapinya adalah Awan. Saat telapak tangan mereka saling beradu, telapak tangan Awan justru mengalurkan warna berbeda dan dilingkupi oleh api biru yang lebih panas dari bara api milik Kido.Terkejut dengan kekuatan lawan, Kido segera menarik diri.Ekspresinya terlihat tercengang.Tidak banyak yang bisa menghadapi serangan telapak penghancurnya. Namun, menghadapi Awan, tid
Saat berada dalam ruangan berdua dengan Lilith, Awan baru menyadari alasan yang menyebabkan mata bathinnya tidak dapat bekerja sebelumnya, yaitu setelah melihat sebuah kalung mewah dengan permata merah yang tergantung di leher Lilith. Karena, saat Awan coba mengarahkan penglihatan spritualnya itu ke luar ruangan, mata bathinnya bisa bekerja dengan baik. Awan bahkan dapat melihat sepupunya yang saat itu sedang berada satu lantai di bawah mereka. Seperti kecendrungan Stephen selama ini, ia langsung beraksi begitu melihat wanita cantik dan sekarang sedang coba merayu seorang wanita berpenampilan menawan. Namun, saat mata bathinnya ia arahkan ke Lilith, kabut merah pekat seakan menghalanginya. Aura tersebut sangat erat kaitannya dengan kalung permata merah yang saat ini digunakan oleh Lilith. "Kamu penasaran dengan permata ini?" Tanya Lilith tanpa basa-basi ketika sekilas menangkap tatapan mata Awan mengarah ke arah dadanya. Meski semula, ia sempat ingin menggoda Awan karena tatapanny
"Baiklah, aku akan melakukannya. Tapi, dengan satu syarat." Awan tersenyum licik. Tentu saja ia tahu tingkat kesulitan dari misi ini. Yang akan ia hadapi adalah salah satu dari dua belas saint penjaga ketua klan Rosemary. Awan sudah menghadapi salah satunya, Kido Santo. Dan itu tentu saja belum kekuatan penuhnya. Andai Kido serius, mungkin Awan akan kesulitan juga jika harus melayaninya. Menyadari potensi lawan, Awan melihat peluang untuk menyisipkan tujuannya."Syarat? Syarat apa yang kamu inginkan?" Tanya Lilith curiga. Sepertinya ia sudah bisa menebak jika Awan tentu saja tidak akan begitu saja menerima permintaan mereka.Sejauh yang ia pelajari tentang track record Awan sebelum ini, pemuda ini meski terlihat polos diluaran, tapi memiliki banyak ide yang diluar dugaan dalam benaknya. Beberapa informasi yang ia dapatkan tentang Awan, pria adalah alasan kenapa organisasi bawah tanah the Shadow yang telah menguasai Asia selama se-abad menjadi hancur. Ketuanya bahkan di nusir dari ne
Benar saja, Stephen sedang nongkrong bersama sekelompok wanita dan ada dua pria dalam kelompok ini. Dari yang diketahui Awan tentang club malam milik Lilith ini, setiap lantai memiliki standar dan kelasnya sendiri-sendiri. Seperti halnya lantai tujuh ini, lantai ini diisi oleh para artis dan kalangan menengah ke atas. Biasanya para artis yang baru populer akan berkumpul dilantai ini. Namun, bagi artis atau publik figur yang sudah sangat terkenal, mereka akan memilih berada di lantai atasnya. Hal itu, dibuktikan juga oleh level kartu member yang mereka miliki. Jadi, tidak heran jika club ini memiliki gengsinya sendiri."Bro, sini!" Teriak Stephen begitu melihat kehadiran Awan di sana."Sebentar, gue harus menyambut sepupu gue dulu!"Stephen bergegas menghampiri Awan dan mengajaknya untuk duduk bersama teman-teman barunya.Awan melihat itu cukup heran dan bertanya, "Tumben-tumbennya lu main di lantai ini, bro?""Hahaha, lu gak tau, sih! Di sini artisnya masih segar-segar. Masih banyak
Dua orang wanita tersebut adalah Seila dan Caitlin, mantan teman sekelas Awan di JIU.Keduanya tampak canggung namun ragu untuk mengangguk saat itu, "Hmn, sebenarnya..."Mereka bingung menjelaskan status hubungan mereka dengan Awan seperti apa. Mengingat kelakuan buruk mereka di masa lalu terhadap Awan. Apalagi, Seila saat itu langsung melabeli Awan dengan sebutan 'aiden'. Sebutan yang melekat kuat pada mahasiswa miskin di kampus mereka. Sebutan itu, bahkan ikut digemakan oleh seluruh teman dan angkatannya untuk mengejek Awan dan teman-temannya.Mengetahui bahwa Awan adalah orang terkaya saat ini, Seila dan Caitlin merasa sangat malu jika harus bertemu dengan Awan.Sekarang, takdir justru mempertemukan mereka sekarang, mereka ingin bersembunyi sejauh mungkin rasanya saat itu juga."Oh, ternyata itu kalian!" Sapa Awan santai melihat Seila dan Caitlin."Lu kenal mereka berdua, bro? Anjir, si Caitlin incaran gue! Tapi, kalau lu mau, ya udah buat lu aja." Bisik Stephen terkejut, karena se
Awan tidak tahu, apa ia harus bangga atau sedih dengan sikap keduanya. Tapi, Awan sama sekali tidak menaruh dendam pada keduanya. Bagi Awan, sikap mereka padanya dulu, seperti orang yang sedang kehilangan arah. Hanya butuh seseorang untuk mengingatkan pada mereka, bahwa apa yang mereka lakukan itu salah."Bangunlah! Bukankah kita ini teman? Aku sudah melupakannya." Jawab Awan dan meminta mereka berdiri."Benarkah?" Tanya keduanya dengan tatapan berbinar.Awan mengangguk dan tersenyum pada keduanya, "Iya, bangunlah!"Seila dan Caitlin akhirnya bisa bersikap lebih cair setelah mereka mengakui kesalahan masa lalu mereka terhadap Awan. Saat itu, Awan hanya mengingatkan agar mereka bisa merubah karakter mereka. Seharusnya, sifat manusia itu seperti padi, semakin kaya atau semakin berisi dirinya, mereka akan semakin menunduk.Caitlin dan Seila dengan terus terang mengakui bahwa mereka malu dengan diri mereka yang di masa lalu. Awan yang mereka hina, justru adalah orang kaya yang sesungguhny
Ketika Fadly turun dari mobilnya, semua orang berlutut dengan kepala menunduk untuk menyambut kedatangannya.Sudut bibir Fadly mengembang, penyambutan penuh kepatuhan seperti itu menghadirkan rasa bangga dalam dirinya. Naomi yang berdiri paling depan hanya sekilas diliriknya. Fadly yang mengenakan setelan jas hitam yang mewah, berikut dengan atribut bermerek yang melekat di tubuhnya, tampak begitu percaya diri ketika berjalan masuk ke dalam Villa. Di dekatnya ada seorang pria botak dengan wajah serius, terlihat begitu dingin dan selalu setia mengawal setiap langkah Fadly."Tidak ku sangka, selera pria ini lumayan juga. Dia bisa merancang Villa sebagus ini dan bahkan hampir menyamai rumah utama."Ketika langkah kaki Fadly sampai di dalam Villa, puluhan pelayan yang ada di dalam sana secara serentak berlutut dan menundukkan kepala mereka."Tidak buruk! Sampah-sampah ini tahu juga bagaimana harusnya mereka berperilaku, hahaha!" Ujar Fadly dengan kepala menengadah melewati semua pelayan.
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,