Xairuz pun turun dari anak tangga dan segera memerintahkan penjaganya untuk membuka pintu gerbang agar Juan bisa masuk ke pekarangan mansionnya.
"JESSICA! JESSICA!" teriak Juan yang masih ditahan oleh dua orang penjaga bertubuh besar.
"Tuan, hentikan dan kembalilah!" ucap salah satu penjaga, yang wajahnya sudah basah dengan keringat karena kesulitan mengatasi tenaga Juan yang sangat kuat.
Hingga dirinya menjadi tenang saat ia melihat ada satu orang dari dalam berlari mendekatinya. Jantungnya berdebar dengan gugup, merapalkan doa dalam hatinya agar ia bisa diijinkan oleh Xairuz untuk masuk ke dalam mansion.
"Lepaskan dia!" titah pria paruh baya tersebut.
"Biarkan dia masuk dan Tuan! Tolong, bersikaplah lebih sopan, atau kami tidak akan segan untuk menghubungi polisi untuk melemparmu keluar dari pekarangan rumah keluarga Romanov!" tegas pria bertubuh jangkung tersebut.
"Kau bisa memegang kata-kata saya," jawab Juan dan pria yang baru saja data
Tangan Juan langsung melayang dan bertemu dengan pintu. Ia masih sopan, mengetuknya walau dadanya sedang mengamuk bagai tsunami yang siap menyapu bersih apa saja yang ada di hadapannya."Permisi, Tuan dan Nona, saya sudah mengantarkan tamu anda," ucap pelayan tersebut sambil menatap kesal pada Juan yang dianggapnya lancang mengetuk pintu, seharusnya dirinyalah yang mengetuk pintu tersebut.Jessica menoleh dan mengangguk anggun. Xairuz tampak berdiri di sisi ranjang Jessica bagaikan seekor anjing penjaga.Sungguh! Pemandangan yang jauh lebih memuakkan lagi bagi Juan. "Bisakah, kita bicara berdua?" Juan menatap Jessica dengan sejuta kerinduan dan kekhawatiran.Tatapan manis yang selama ini tidak pernah dilihat oleh Jessica. Tatapan seperti ini, biasanya hanya untuk Amber seorang, lalu kini ia pun mendapatkan tatapan yang justru membuatnya kesulitan bernafas.Seluruh tulang belulangnya terasa lunak dan otot tubuhnya lemas tak bertenaga dengan desiran
Juan menggeleng dengan tegas. "Apa maksudmu hanya terbawa suasana?!" tuntut Juan tidak terima atas penilaiannya Jessica terhadap dirinya."Aku, harus istirahat, Juan. Kumohon, pulanglah," pinta Jessica, lalu menarik turun tubuhnya dan berbaring sambil memejamkan kedua matanya.Juan kalut, ia tidak mau kalau Jessica mengabaikannya seperti ini. Hingga dirinya tersadar, jika selama ini, dialah yang selalu mengabaikan Jessica.Bersikap dingin dan bahkan tidak perduli jika Jessica menangis di tengah malam. Menganggap remeh perbuatan keluarganya pada Jessica. "Ternyata, diabaikan sangatlah tidak nyaman," gumam Juan yang terdengar di telinganya Jessica.Sambil melonggarkan kemejanya, Juan menghembuskan nafasnya kasar. "Jess, pulanglah denganku. Bukan ke rumahku. Tapi, ke apartemenku. Cukup dua hari saja, sampai kita mengambil akta perceraian kita, jika jalan untuk rujuk kembali kau tolak mentah-mentah.""Maaf, tapi aku tidak bisa," tolak Jessica masih den
Tangan Xairuz terhenti di udara, ia tatap tidak percaya pada adiknya. Dilepaskannya tangan kerah baju Juan dan didorongnya tubuh Juan dengan kuat."Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Kau mau kembali jatuh di lubang yang sama, Jess?" desis Xairuz menatap Jessica khawatir sambil memegang kedua bahunya."Aku, akan baik-baik saja, Kak," bisik Jessica, menatap yakin wajah kakaknya.Ia lalu memeluk Xairuz dan mengusap punggung Xairuz, menenangkan kakaknya. "Aku akan baik-baik saja," bisik Jessica dan Juan tampak panas melihat kelakuan Jessica. Wanita yang sebenarnya sudah resmi menjadi mantan istrinya. Putusannya bahkan sudah turun tiga hari yang lalu, hanya saja, akta perceraian memang baru bisa diambil dua hari lagi.Xairuz menatap sendu pada Jessica dan Jessica menggeleng. "Tolong jangan, Kak. Ini hanya dua hari, setelahnya aku akan kembali ke mansion ini." Kembali Jessica meyakinkan kakaknya."Kalau sampai dua hari kau tidak k
“Pergilah dari tempat ini, Jessica. Aku, sudah muak, dengan segala ulah dan tingkah lakumu yang selalu tidak jelas!”“Selama ini, aku sudah cukup bersabar membiarkanmu menumpang di bawah atap rumahku! Tapi, hari ini cukup sudah!” desis Juan Myer menatap jengah pada istrinya.Tubuh Jesicca menggigil, seluruh gaun pesta yang melekat pada tubuhnya tidak lagi berwarna putih. Semua sudah ternoda dengan campuran es buah yang sengaja disiram oleh kakak iparnya sendiri.Jesicca malu, ia sangat malu saat melayangkan pandang ke seluruh tamu pesta yang sedang berbisik dan mencibir dirinya. “Ma-maafkan aku, Juan,” lirih Jessica, ia masih ingin menjelaskan pada Juan.Kalau bukan dirinya yang bersalah, bukan dirinya yang membuat tumpukan sampange itu jatuh dan menimpa, wakil komisaris perusahaan.“Tapi, bukan aku yang sudah-““DIAM! DIAM, Jessica! Sebelum kesabaranku habis, angkat kaki dari sini dan pulang! Aku tidak akan membiarkanmu mengacaukan pesta pengangkatanku sebagai CEO baru di Perusahaan
“Aku sudah muak, Jessica. Satu bulan ini adalah satu bulan terpanjang dalam hidupku! Kalau saja kau tidak menabrak calon istriku, aku tidak akan terjebak dalam pernikahan bodoh ini,” desis Juan dan segera meletakkan surat gugatan cerai tersebut di atas meja riasnya Jessica.Dengan tegas Jessica menggeleng. “Berikan aku kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta padaku, Juan. Selama ini, kau selalu baik padaku. Kau tidak pernah memperlakukan aku seburuk ini. Tapi, kenapa semuanya berubah,” tangis Jessica.“Aku baik denganmu karena kau adalah bawahanku. Aku baik dengan semua pegawaiku, kau salah pengertian!”“Aku tidak sangka, kau memanfaatkan nyawa kekasihku untuk memenjarakan aku dalam pernikahan ini!” teriak Juan lalu memukul cermin lemari dan membuat tangannya berdarah.Melihat kemarahan tersebut, Jessica menghela nafas dan gelisah. Ia berjalan sambil menggigit bibir bawahnya. Sekuat tenaga berusaha menahan butiran bening yang sudah mulai tergenang di pelupuk matanya.“Ja-jangan sakiti
“Kau memecatku karena mama minta aku untuk menjadi istri rumahan?” tanya Jessica tidak percaya.Padahal setau Jessica, Juan sangat menyukai wanita cerdas dan pekerja keras. Juan pernah bercerita kalau dirinya bukanlah dari kalangan keluarga kaya. Untuk sampai ke titik ini, Juan bekerja keras dan giat.“Iya, mamaku ingin kau menjadi istri rumahan. Itu semua menjadi pilihanmu, Jessica. Kalau kau memilih untuk tetap bekerja di sini, maka tanda tangani surat cerai yang sudah aku berikan semalam.”“Tapi, kalau kau masih mau mempertahankan kesepakatan kita, belajarlah untuk menjadi istri yang taat pada suamimu.” Juan kembali ke meja kerjanya, ia bekerja seolah tidak ada Jessica di ruangannya.Jessica hanya bisa tertunduk dan segera berbalik meninggalkan ruangan suaminya serta kembali ke bilik kerjanya.Di sana ia membereskan seluruh barang-barangnya, dimasukkannya semua ke dalam sebuah kotak kerdus.Dengan susah payah ia berjalan sambil memegang kerdus yang membuatnya kesulitan melihat jala
“Kau sangat membenciku, Juan. Kau tidak pernah menginginkanku, lepaskan aku,” lirih Jessi menatap sendu pria yang menatapnya tanpa berkedip dengan pancaran penuh kekuasaan, yang memaksa agar Jessi menundukkan kepalanya seperti yang biasa Jessi lakukan.Tunduk terhadap pria yang teramat dicintainya hingga dirinya kehilangan akal sehatnya. Membuang semua privilege yang ada pada dirinya, demi memenangkan hati yang tak kunjung ia raih.Semuanya sia-sia … maka keinginan untuk dimilikinya malam ini pun akan menjadi sebuah cerita yang sia-sia belaka dalam perjalanan hidupnya Jessi.“Apa kau tadi bertemu dengan Amber?” Suara Jessi bergetar, sebuah kecemburuan menyeruak hingga membuat kerongkongannya tercekat dan kering.Dengusan nafas Juan menyapu wajah Jessi yang tampak sembab, aroma alcohol membuat tubuh Jessi bergejolak.Ia tidak pernah sedekat ini dengan suaminya. Wajah pria itu tidak pernah serapat ini dengan wajahnya. “Berhentilah bertanya dan membahas nama orang lain!” Tangan Juan lant
Kancing terakhir long coat Jessica pakai, menjadi sebuah perjuangan hebat saat dengan hati yang kacau menyadarkannya.Pada akhirnya, menyerahkan keperawanan pun tidak lantas dapat membuat semuanya baik-baik saja.Pernikahannya sudah terlanjur rusak, semua yang dibangun dengan pondasi kesalahan maka selamanya tidak akan bisa diperbaiki. Dengan langkah lebar, Jessica menarik dua koper besarnya.Ia turuni anak tangga rumah mantan suaminya dan dengan perjuangan ia mengangkat koper besar itu untuk masuk ke dalam mobil rongsok yang selama ini menjadi kemuflase untuknya melindungi diri.Jessica segera menyalakan mesin mobil tersebutdan segera keluar dari pekarangan rumah tersebut.“Nyonya, ini masih subuh, anda mau ke mana?” tanya tukang kebun yang tampak sudah semakin menua.“Selamat tinggal, Bono. Hanya kau satu-satunya orang yang paling baik selama aku tinggal di sini.”“Jika suatu saat kau ingin resign dan mencari pekerjaan baru yang lebih ringan dengan bayaran yang lebih tinggi, jangan